Share

Pertemuan Keluarga

Aya benar-benar tampil sempurna untuk pertemuan kali ini. Memilih gaun paling elegan yang dia miliki dan merias diri secantik mungkin tapi berusaha tetap natural. Setelah membuat kesepakatan dengan Alister satu minggu lalu, kini Aya melangkah ke jenjang berikutnya yaitu dikenalkan pada keluarga inti pria itu. Ya, kalian tidak salah dengar, Aya akan segera dikenalkan sebagai calon istri kedua Alister pada Reanaldy Byantara dan keluarga. Bukan hanya mereka sebenarnya, istri pertama Alister dan mertua pria itu pun dikabarkan akan turut hadir. Bisa dibayangkan semenegangkan apa suasana di sana nanti.

Jantung Aya serasa mau copot saking gugupnya. Ini jauh lebih menegangkan dibandingkan dengan berbagai ujian kedokteran yang pernah dia lakukan. Padahal, jauh sebelum hari ini datang, Alister sudah menceritakan segala rencananya pada Aya. Gadis itu juga sudah memprediksi reaksi dan masalah apa yang akan timbul dari keputusan Alister. Hampir 80% prediksi Aya menjadi kenyataan.

Keluarga Alister bingung akan kehadiran Aya, itu prediksi yang pertama. Istri dan mertua Alister melayangkan tatapan tajam dan penuh kecurigaan, itu prediksi yang kedua. Aya seperti sedang dikuliti habis-habisan oleh semua orang yang ada di sana. Dia menarik napas panjang dan berusaha tampil tenang agar penyamaran dan kegugupannya tidak terbaca orang-orang.

"Ali, kamu belum menjelaskan apa-apa sejak tadi. Siapa perempuan cantik yang datang bersamamu ini? Apa dia sekretaris barumu?" tanya Amanda, ibu dari Alister.

Alister menoleh sebentar pada Aya, gadis itu seolah bertanya melalui pandangannya, apa yang harus dia lakukan sekarang? Ali hanya membalas kebingungan Aya itu dengan senyum tipis—berusaha menenangkan.

"Dia Rayasa, Bu, kekasihku," jawab Alister penuh keyakinan.

Semua orang terperangah, merek menghentikan aksi makan malamnya walaupun ada sebagian orang yang sudah selesai. Fokus mereka hanya terpusat pada Alister dan Aya dengan berbagai reaksi. Ada yang kesal, marah, sedih, dan bingung seakan tak percaya pun ada.

"Alister, apa maksud kamu?!" sentak Heri, ayah mertua Alister.

"Lancang sekali kamu mengatakan hal seperti itu di hadapan kami semua. Tidak punya sopan santun!" ibu mertuanya juga ikut murka, sementara istri Alister diam saja.

Dia menatap suaminya nanar, Mila sudah curiga sejak awal kedatangan Alister. Pria itu tampak sangat perhatian dan akrab dengan Aya. Dan kini semua kekhawatirannya menjadi nyata. Dada Mila terasa sakit sekali, kenapa suaminya bisa setega ini?

"Maaf jika kabar ini mengejutkan Om dan Tante, mungkin apa yang akan kusampaikan berikutnya jauh lebih mengejutkan dari ini," kata Alister tenang.

Pria itu kemudian mengalihkan perhatiannya pada Reanaldy dan Amanda.

"Ayah, Ibu, aku sudah memutuskan akan menikahi Aya dalam waktu dekat. Aku sudah bicara dengan orang tuanya dan mereka setuju. Orang tua Aya tidak mempermasalahkan statusku yang masih memiliki istri."

Reanaldy menghirup udara sebanyak yang dia bisa. Tidak langsung merespons ucapan anaknya.

"Kurang ajar! Kamu mau menduakan anakku, begitu?!" bentak Heri lagi, dia benar-benar tidak bisa menerima keputusan Alister.

"Tenang dulu Mas Heri, mari kita dengarkan penjelasan Ali tentang masalah ini," ujar Amanda menenangkan.

"Bagaimana aku bisa tenang, Mbak?! Anakmu mau poligami! Dia mau menyakiti anakku secara terang-terangan. Aku tidak mungkin diam saja!" balas Heri penuh emosi.

"Iya, Mbak Amanda ini bagaimana sih, anaknya salah kok masih dibela. Poligami itu adalah aib bagi keluarga kita. Mau ditaruh di mana muka kami Mbak kalau keluarga besar tahu Mila akan dipoligami. Belum lagi omongan kerabat, rekan bisnis, dan media. Nama baik keluarga kita akan hancur! Bukan hanya Mila yang malu, tapi Alister juga akan dicap sebagai pengkhianat. Mbak harusnya memikirkan tentang itu!" balas mama Mila tak tertahan emosinya.

"Ma, sudah, tenang dulu," ucap Mila berusaha menenangkan ibunya, kebetulan mereka duduk berdampingan sementara Alister malah duduk di samping Aya. Memang laki-laki itu tidak punya hati!

"Tidak bisa, Mil! Pokoknya Mama tidak terima kalau kamu harus dimadu!"

Mama Mila sampai menggebrak meja mengekspresikan kemarahannya yang menggelora.

"Ali, tolong jangan bercanda, kenapa tiba-tiba kamu mau menikah lagi?" Reanaldy tetap tenang menghadapi situasi ini.

Dia tidak ingin menghakimi Alister sebelum tahu alasan dan latar belakang dari keputusan putranya ini. Reanaldy sangat mengenal kepribadian putranya. Dia tidak mungkin mengambil langkah besar jika tidak ada keputusan kuat yang mendorongnya.

"Ini sama sekali tidak tiba-tiba, Yah. Aku sudah lama mengenal Aya. Dia adalah dokter kenalan Vincent. Kami dekat setahun terakhir dan memutuskan untuk pacaran. Aku mencintainya dan ingin hidup bersamanya. Maka dari itu, kuputuskan untuk menikahinya. Tidak ada yang salah dengan itu. Bukankah dulu Ayah sendiri yang bilang, suatu saat, jika aku kembali menemukan seseorang yang kucinta maka bawa perempuan itu pada ayah. Sekarang aku sudah melakukannya."

Aya diam saja, dalam hati dia memuji akting Alister yang begitu meyakinkan dan terdengar tulus. Seolah semua yang diucapkannya adalah kebenaran.

"Begitu rupanya, jadi semua ini berlandaskan rasa cinta?" ujar Reanaldy seperti menimbang sesuatu dalam pikirannya.

Alister tegas mengangguk sedangkan istrinya terdiam perih. Matanya telah berkaca-kaca.

"Baiklah, jika itu keputusanmu maka lakukanlah. Nikahi Aya sesuai keinginanmu," putus Reanaldy sekali lagi membuat seisi ruang makan ternganga.

"Mas Reanaldy, ini tidak benar! Mas tidak bisa memutuskan secara sepihak begini! Sebagai orang tua dari Mila, saya tetap keberatan dan tidak setuju Alister menikah lagi!" tentang pak Heri masih teguh dengan pendiriannya.

"Dasar pelakor! Orang tuamu tidak pernah mendidikmu dengan benar, ya? Sampai kamu berani berpacaran dengan suami orang."

"Maaf Tante, anda tidak punya hak mengatakan hal seperti itu tentang orang tua saya. Mereka orang baik yang tidak pantas direndahkan oleh siapa pun, terutama di depan saya," balas Aya tegas.

Ia tidak akan tinggal diam ketika kedua orang tuanya yang disenggol. Enak saja!

"Halah! Omong kosong! Kalau kamu dan orang tua kamu memang baik, kalian tidak mungkin berusaha menghancurkan rumah tangga orang lain. Ngakunya saja dokter tapi kelakuan jalang!"

"Mama udah, jangan bicara kasar begitu," Mila mengingatkan.

"Biarin aja, Mil, biar si pelakor itu tahu diri! Dia sama sekali enggak selevel sama kamu. Mata Alister aja yang rabun sampai mau nikahin gadis jalang kayak dia."

"Anjir nih mulut emak-emak! Minta gue robek apa gimana?!" omel Aya dalam hati.

Wajahnya merah padam menahan kekesalan. Kalau saja saat ini dia tidak sedang berakting jadi calon menantu idaman, mungkin sudah Aya jambak mama Mila itu. Dia cari perkara dengan orang yang salah. Setelah ini, Aya pastikan orang tua menyebalkan itu akan mendapatkan balasannya.

"Tante saya peringatkan jangan pernah berkata seperti itu lagi tentang Aya. Dia perempuan baik-baik dan berasal dari keluarga terhormat, yang sangat mendukung apa pun yang diinginkan anaknya. Orang tuanya setuju dengan hubungan kami semata-mata karena mereka ingin putrinya bahagia dengan orang yang dia cinta."

Aya refleks menoleh pada Alister, takjub berulang kali dengan tipu daya laki-laki ini.

"Ini orang cocok banget jadi aktor. Yakin menang artist of the year, sih! Mulut manisnya itu, loh, kagak nahannn," batin Aya lagi-lagi memuji setengah menyindir.

"Apa kamu hanya bisa memikirkan kebahagiaan perempuan itu? Bagaimana dengan anakku, Alister? Bagaimana dengan Mila? Kamu sudah izin padanya untuk menikahi perempuan itu? Papa yakin kamu belum melakukannya."

"Aku tidak perlu izinnya untuk menikah lagi, Om."

Sesadis itu Alister, seperti tidak ada tenggang rasa sama sekali pada istrinya sendiri. Ada apa sebenarnya? Mengapa Alister tampak begitu membenci Mila? Dia bahkan masih memanggil kedua mertuanya dengan sebutan "Om" dan "Tante".

"Dalam rumah tangga, kamu tidak bisa memutuskan segala sesuatunya secara sepihak!"

"Kenapa tidak? Pernikahan kami juga  bermula dari keputusan sepihak, bukan? Lantas, apa salahnya jika sekarang aku melakukan hal yang sama seperti yang kalian lakukan tiga tahun lalu?"

Orang tua Mila terdiam, begitu pun dengan putri mereka yang sudah menangis pilu sejak tadi. Dia tidak kuat menyaksikan ini semua. Melihat Alister yang mati-matian membela Aya teramat menusuk hati Mila.

"Tapi tetap saja kamu tidak bisa memperlakukan Mila seperti ini, Alister. Kalian sudah menikah selama tiga tahun! Bayangkan, tiga tahun, kurang apa Mila, hm? Sampai kamu harus cari perempuan lain seperti ini? Dia pintar, baik, taat sama suami, bisa masak, dia selalu melayani kamu dengan sepenuh hatinya. Tega kamu nyakitin dia kayak gini, Al?" Ratna masih ingin menantunya ini sadar.

"Mila memang sempurna sebagai perempuan tapi ada satu yang membuatnya menjadi tidak sempurna sebagai seorang istri. Dia tidak bisa mengandung cicitku, itu kesalahan fatal!" tambah seorang perempuan tua berusia sekitar 65 tahun yang juga ada di acara makan malam itu.

Sejak tadi dia hanya menyimak perdebatan yang bergulir tanpa berniat merespons. Menurutnya, ini saat yang tepat untuk buka suara agar cucu kesayangannya tidak terus-terusan disudutkan keluarga Mila.

"Alister, jangan memikirkan kata-kata mertuamu, lanjutkan saja rencanamu menikahi Aya. Yang meriah kalau perlu, biar semua orang tahu, istri pertamamu tidak bisa menjalankan kewajibannya dengan maksimal sampai kamu harus mencari perempuan lain."

Nenek Alister memang terkenal tegas, diktator, serta suka memaksakan kehendak. Tipikal nenek mertua yang sulit diluluhkan pokoknya.

"Badas juga nih si emak satu, mesti dijadiin sekutu fix buat bekingan," pikir Aya dengan segala akal bulusnya.

"Terima kasih, Oma, sebetulnya dengan atau tanpa persetujuan kalian, aku memang akan tetap menikahi Aya karena aku sangat mencintainya."

Secara tiba-tiba Alister menggenggam tangan Aya dan membuat gadis itu terenyak sesaat. Alister mencium punggung tangan Aya romantis, sementara gadis itu hanya tersenyum kaku.

"Ini orang hobi banget ngagetin gue! Adegan ini enggak ada di skenario, woi!" protes Aya lagi dan lagi hanya bisa membatin.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status