Beranda / Romansa / Istri Sewaan CEO Duda / 6. Seperti Drama Konglomerat

Share

6. Seperti Drama Konglomerat

Penulis: Skuka_V
last update Terakhir Diperbarui: 2023-12-27 20:37:30

"Om?" panggil Naura mulai tak nyaman.

Hanya saja, pandangan Arkan masih tak lepas dari Naura.

Ia kagum melihat Naura yang berpakaian sederhana, tetapi memiliki aura yang begitu mengagumkan.

"Om!" ucapnya lebih kencang.

Menahan rasa malu, Naura pun bertanya, "Bagaimana sifat Ibu Om?" 

Arkan sontak sadar. Dia pun berdehem lalu berkata, "Cerewat dan galak. Dia enggak suka wanita yang kampungan dan berkomentar asal. Dia juga gak terlalu suka wanita cantik dengan dandanan menor."

Naura mengangguk.

Melihat ketenangannya, Arkan kini yang bingung. "Sepertinya kamu terlihat begitu tenang?"

"Hm ... Sifatnya seperti ibuku, aku bisa menanganinya. Aku yakin Ibu Om akan suka sama aku karena aku enggak cantik."

Arkan tersenyum.

Dia tak menyangka jika wanita yang ada di sampingnya itu terlalu polos.

Untungnya tak lama, mobil mereka pun sampai di halaman rumah megah yang baru Naura lihat seumur hidupnya.

"Di dalam kamu enggak perlu bicara, cukup aku saja," peringat Arkan begitu keluar dari mobil, sedangkan Naura masih mengagumi rumah Arkan yang begitu mewah seperti di film-film.

"Semoga Ibunya memberiku uang satu miliar agar aku berpisah dengan si Om atau mereka menyuruh aku pindah ke luar negeri dan semua di biayai mereka," batinnya polos sembari menyunggingkan senyum bahagia.

"Hei, senyum sendiri. Lagi yang mikirin yang jorok-jorok, ya?"

Naura sontak mendelik lalu mengikuti langkah kaki Arkan.

Namun tepat di ruang tamu, Naura melingkarkan tangannya di lengan Arkan.

"Kita harus terlihat mesra," ujar Naura mengedipkan satu matanya.

Arkan menggeleng pelan, berjalan beriringan dengan Naura.

"Malam semua," sapa pria itu.

Seketika semua orang yang ada di ruang makan menoleh ke arah Naura dan Arkan. Naura pun meneliti wajah mereka yang sedang berkumpul di sana.

"Yang mana Ibunya Om Arkan?" batin Bella.

"Arkan ...!" Seorang wanita paru baya berjalan mendekati Arkan. "Apa kamu gila, kenapa kamu datang bersama—"

Wanita paruh baya itu menghentikan ucapannya, sesaat melirik ke arah Naura.

"Kamu tahu ini acara apa! Kenapa kamu datang membawa wanita ini?" sambungnya dengan merekatkan giginya karena kesal.

Bukannya menjawab ucapan wanita itu, Arkan malah melewatinya sembari memegang erat jemari Naura.

"Maaf, perjodohan ini harus dibatalkan karena aku akan menikahi kekasihku."

Naura menelan saliva-nya melihat pandangan orang-orang yang menatapnya dengan tatapan sinis.

Salah satunya wanita muda yang memberinya tatapan membunuh.

"Mati aku! Apa dia akan memukulku atau menjambak rambutku karena merebut Om Arkan?" Naura hanya bisa membatin sembari menahan rasa takutnya.

"Arkan, apa kamu gila. Kita sudah menentukan tanggal pernikahan kita!" protes wanita cantik yang mendekat ke arah mereka berdua.

Arkan menarik Naura agar berada di belakangnya.

Dari awal, aku enggak pernah setuju dengan perjodohan ini. Keluargamu saja yang terus datang ke rumahku dan melakukan hal-hal konyol agar kita cepat menikah,” tegas Arkan.

Mendengar itu, Sinta melipat bibirnya.

Bagaimana bisa Arkan berterus terang seperti itu di depan besan yang akan menjadi mertuanya?

"Tutup mulut, Arkan!" bisik Ibu Arkan itu cepat.

"Maaf atas ketidaksopanan putraku. Sebaiknya kita bicarakan semuanya dengan kepala dingin."

Hanya saja, orang tua wanita itu tampak tak senang.

"Cukup, Bu Sinta. Sepertinya, Nak Arkan sudah menjelaskan semuanya. Saya cukup sadar diri karena saya memang meminta menjodohkan putriku dengan Nak Arkan, tanpa memikirkan apa Nak Arkan sudah mempunyai pasangan atau tidak."

"Papa!" protes Sonia yang memang ingin sekali menikah dengan Arkan.

Selain kaya, Arkan juga memiliki wajah yang tampan hingga ia disukai banyak wanita. Bahkan, para orang tua pun mendatangi Sinta hanya untuk menjodohkan mereka.

Peduli setan, statusnya yang duda.

"Tunggu, dulu Pak Hadi," cegah Sinta. Dia berusaha menenangkan kerabatnya itu.

Namun, diam-diam, dia memaki Arkan dalam hati.

Sayangnya, Hadi hanya mengangguk sopan, lalu berjalan melewati Arkan dan Naura.

Tak lupa, ia menarik tangan Sonia agar ikut dengannya dan sang istri.

"Ayo, kita pulang," ucap Arkan menyadarkan Naura dari lamunan.

Sungguh, dia merasa seperti menonton film-film keluarga konglomerat barusan.

Namun, sayangnya di mana bagian ibu pihak pria menawarinya uang tidak ada di sana.

Naura menghela napasnya, harapan pertamanya ingin di beri uang seperti di film pun hilang.

"Tunggu, apa mereka akan membunuhku karena enggak mau melepaskan Om Arkan," batinnya.

"Hei ... Ayo, kita pulang!"

"Secepat itu? Kita enggak makan dulu?" tanya Naura pada akhirnya.

Bukan karena ingin makan, sebenarnya Naura ingin mengulur waktu agar bisa bernegosiasi dengan Sinta.

Arkan menahan kesal akan kepolosan kekasih kecilnya itu.

"Ikut saja, aku akan memberimu makan, tapi enggak di sini," ucapnya, lalu menarik tangan Naura agar segera pergi dari rumah orang tuanya.

Naura memilih menurut.

Dia pun tersenyum kala berjalan beriringan.

Namun, langkah keduanya terhenti saat berpapasan dengan Sinta.

"Apa kamu puas, Arkan?" tanyanya dengan tatapan tajam.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Jaritelunjuk
dibikin penasaran
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Istri Sewaan CEO Duda   157. Akhir Yang Bahagia

    Satu bulan berlalu hubungan Naura dan Arkan semakin erat. Meski harus menjalani hubungan long distance relationship, tak menghalangi rasa cinta Arkan untuk anak dan istrinya."Pagi, Sayang."Perlahan Naura membuka mata saat mendengar suara bariton berbisik di telinganya."Kapan kamu datang?""Lima menit yang lalu. Aku rindu memeluk tubuhmu, Sayang."Seketika Naura membuka matanya. "Axel, di mana dia?"Arkan mengeratkan pelukannya. "Dia di bawah sama Papah dan Bu Dila.""Oh." Naura hanya ber-oh-ria lalu menyibak selimut yang menutupi tubuhnya. "Kamu mau ke mana?""Mau buat sarapan," jawab Naura mengikat rambutnya. Namun, Arkan menarik tubuh Naura hingga tergeletak di atas kasurnya. "Aku masih kangen, diam di sini sebentar saja."Naura lalu membiarkan Arkan untuk memeluknya beberapa saat sampai dia puas meluapkan rasa rindunya."PAPA ...." teriak Axel."Tuh anaknya manggil, sana samperin."Arkan menghela napasnya lalu mencium bibir Naura dengan lembut. "Ku menginginkanmu Sayang." Tanga

  • Istri Sewaan CEO Duda   156. Menikah Rasa Pacaran

    Suara gemercik air membangunkan Naura dari tidurnya. Dia lalu mengibas selimut yang menutupi tubuhnya dan— "Argh." Naura berteriak histeris saat melihat tubuhnya yang polos tanpa sehelai benang pun. "Apa yang terjadi, di mana bajuku?" gerutu Naura. Tak lama dia mendengar suara seseorang membuka pintu. Naura pun segera menutup tubuhnya dengan selimut berpura-pura tidur untuk melihat siapa orang yang keluar dari kamar mandi. Sedikit demi sedikit Naura membuka matanya dan mendapati Arkan yang sedang memakai pakaiannya setelah mandi. "Arkan, jadi aku tidur dengan dia. Tunggu, kenapa aku bisa bersama Arkan?" batinnya. Naura mencoba mengingat kembali apa yang terjadi di klub semalam. Ingatannya mulai berputar seperti sebuah rekaman dan berakhir saat dia mencium Arkan. Naura begitu menikmati ciuman itu hingga membuatnya tak ingin melepaskan sedetik pun kesempatan itu. "Aku mencintaimu, Naura." "Aku juga mencintaimu, Arkan," ucap Naura dengan sadar hingga membuat wajahnya bers

  • Istri Sewaan CEO Duda   155. Aku Mencintaimu, Arkan

    Dentuman musik mengalun begitu kencang hingga memekikkan telinga. Namun, hal itu malah menarik atmosfer di sekitar membuat orang-orang yang berada di dalam klub ikut terhanyut dengan irama musik yang dibawakan oleh seorang DJ. "Naura, ayo turun!" ajak Sela saat mereka memasuki klub malam. "Kamu aja aku tunggu di bar ya." "Jangan di bar kita cari meja saja," ujar Sela. Matanya melihat ke sekeliling mencari tempat yang kosong. Namun, sayang tidak ada tempat kosong. Hampir semua meja terisi penuh oleh orang-orang yang sedang menikmati malam panjang mereka. "Tunggu, bukankah itu Arkan. Kita ikut di meja dia saja." Naura mencekal tangan Sela, tapi wanita itu terus berjalan meninggalkannya begitu saja. Mau tidak mau Naura pun mengikuti Sela hingga berhenti tepat di depan meja Arkan. "Hai, Arkan. Sendiri aja nih, boleh gabung?" Arkan mendelik, tanpa bicara dia bergeser tanda jika dia mempersilahkan mereka untuk duduk bersama dengannya. "Terima kasih, aku titip Naura dulu ya. B

  • Istri Sewaan CEO Duda   154. Cemburu Buta

    Deburan ombak mengalihkan perhatian Naura dari Roni dan Sela yang sedang berbincang. Padahal meeting sudah berakhir dan mereka berdua masih asik bersama."Ini." Naura menoleh ke samping saat Raka memberikan kopi untuknya. "Makasih.""Sama-sama."Naura kembali menoleh ke arah Sela dan Roni, tapi mereka sudah tidak ada di sana. "Ke mana mereka pergi?""Siapa? Oh Pak Roni dan Bu Sela, paling ke hotel.""Hah, kok bisa secepat itu?"Raka tertawa terbahak-bahak melihat ekspresi terkejut Naura. "Kamu tenang saja mereka sedang melihat lokasi untuk penempatan barang-barang.""Oh," ujar Naura bernapas lega. Naura pun memilih berteduh di bawah pohon yang rindang lalu menurunkan bokongnya di atas pasir. "Menurutmu bagaimana Bu Sela dan Pak Roni?""Maksudnya?"Raka tersenyum lalu menjawab, "Aku sudah lama ikut kerja dengan Pak Roni, aku tau dia tertarik pada Bosmu.""Oh, aku pikir Pak Roni bukan tipe pria idaman Bu Sela. Apa lagi usia mereka terpaut jauh, aku nggak yakin hubungan mereka akan b

  • Istri Sewaan CEO Duda   153. Kecemburuan Sela

    Setelah pertemuan Sela dan Arkan, wanita itu terus mendiamkan Naura seolah kesal kepada.Naura pun tidak tahu harus melakukan apa karena Sela terus memalingkan wajahnya."Sebentar lagi kita sampai, apa kamu akan terus bersikap seperti itu?"Sela mendelik dan hanya menggerakkan tubuhnya seolah tak memperdulikan Naura. Kesal, Naura pun menginjak rem hingga tubuh Sela terhuyung ke depan. "Argh ... Kamu gila, apa kamu ingin aku mati?""Lihat kamu masih hidup dan berteriak dengan kencang."Sela mendelik, dengan anggunnya dia merapihkan rambutnya. "Aku kesal karena kamu nggak ngasih tahu aku kalau Arkan ada di sini.""Aku juga nggak tahu kalau dia datang ke sini. Lagi pula baru tadi pagi aku ketemu sama dia. Tunggu, kenapa kamu sekesal ini sama aku. Apa kamu masih mengharapkan dia?""Hah, yang benar saja. Mana mungkin aku mau sama duda apa lagi bekas karyawanku," cibirnya.Naura berdecak kembali mengendarai mobilnya. "Berhenti berbohong buktinya kamu kesal saat melihat aku dan Arkan bersa

  • Istri Sewaan CEO Duda   152. Ciuman Membuat Hati Berdesir

    Deburan ombak mengalun indah menemani Naura yang sedang menikmati kopi di pagi buta. Dia sama sekali tak bisa tidur nyenyak saat berada jauh dari putra semata wayangnya.Tok,tok."Permisi, room service."Naura menoleh ke arah pintu lalu beranjak dari kursinya.CeklekNaura terkejut melihat staf hotel membawakan sarapan ke kamarnya. "Maaf aku nggak pesan, mungkin salah kamar."Staf tersebut melihat kartu untuk memastikan jika mereka tidak salah kamar. "Dengan Ibu Naura kamar 210""Iya aku Naura, tapi aku nggak pesan," tutur Naura mencoba menjelaskan. Tak lama ponsel Naura berdering terlihat nama Arkan di sana. "Halo."[Selamat menikmati sarapannya.]"Apa, jadi kamu yang kirim makanan ini. Dari mana kamu tahu aku ada di hotel ini?"[Selamat menikmati, Sayang.]Arkan mematikan panggilannya sepihak. Mau tidak mau Naura pun mempersilahkan staf untuk masuk dan menyajikan makanan pesanan Arkan.Sudut bibir Naura terangkat saat melihat makanan pesanan Arkan. Tak lupa dia mengabadikan momen

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status