Share

Lelang Perawan

Author: Maheera
last update Last Updated: 2024-02-23 10:21:32

Aku tidak mau, Buk!"

Laras terus menangis memohon kemurahan hati Indah. Alih-alih merasa kasihan, wajah malaikat Indah yang tadi ditampakkan di rumah sakit, kini sekonyong konyong berubah menjadi wajah ib-lis.

"Tidak ada penolakan! Aku sudah menghabiskan banyak uang untukmu, jadi kau harus melakukan apa yang aku perintahkan," bentak Indah dengan nada pongah. Wanita itu menggerakkan jarinya sebagai isyarat memerintahkan beberapa pelayan untuk menanggalkan pakaian yang dikenakan Laras dan mengganti dengan gaun yang dia berikan tadi.

Laras mencoba memberontak. Akan tetapi, sekuat apa pun dia menolak tenaga gadis itu kalah kuat dengan tenaga para pelayan Indah, sehingga pakaian lama yang dikenakan oleh Laras robek besar. Gadis itu menangis, memohon, dan menghiba, tetapi Indah malah tertawa dan mengejek gadis tersebut.

"Sekarang kau menolak dan menangis histeris seperti ini. Akan tetapi, nanti setelah kau melakukan pekerjaan pertama dan kedua, kau akan tertawa lebar sambil mengibaskan uang di wajahmu, malah kau akan menikmati pekerjaan ini nanti, Laras, percayalah padaku," ucap Indah sambil memperhatikan jari jarinya yang dicat kutek berwarna merah.

Laras menggeleng cepat. "Tidak, aku tidak mau, Buk! Aku tidak mau menjadi pelacur, tolong lepaskan aku." Dia memohonnya dengan air mata yang berderai di pipi.

Indah yang sudah habis kesabaran,  menghampiri Laras dan menam-par pipi gadis itu dua kali, sehingga tubuh Laras terhempas keras ke lantai.

"Dasar gadis tidak tahu diri! Aku sudah habis banyak untuk membayar biaya perawatan Ayahmu, kalau kau tidak mau, tidak apa apa, aku akan suruh preman bayaranku untuk menghabisi nyawa Ayahmu hari ini juga, bagaimana?!" ancamnya dengan sorot menajam, seolah-olah hendak menguliti kulit tubuh Laras hidup-hidup.

Mata Laras membeliak, dia memegang kaki Indah. "Jangan, jangan ... tolong kasihinilah Ayahku, dia sudah tua hanya dia satu-satunya yang aku punya di dunia ini. Tolong jangan lakukan itu," tangis gadis itu meledak, wajahnya semakin basah oleh air mata.

Indah tersenyum penuh kemenangan. "Kalau kau ingin Ayahmu selamat kau turuti perintahku. Kau akan mendapatkan uang yang banyak sehingga bisa membiayai pengobatannya sampai sembuh. Kau juga bisa membeli apa pun yang kau mau. Kapan lagi kau bisa membahagiakan Ayahmu dan menjadi anak berbakti? Berkorban sedikit saja tidak apa apa untuk membahagiakan laki laki tua itu," ucapnya mempengaruhi pikiran Laras yang sedang kalut dan ketakutan.

Indah kembali memberi isyarat ketika melihat Laras tidak lagi melawan. Kedua pelayan wanita itu segera memakaikan gaun tadi kepada si gadis. Keduanya juga memoles wajah Laras dengan make up tipis, lalu menyanggul rambut gadis itu sehingga leher dan tengguknya  terlihat jelas. Setelah keduanya selesai mendandani Laras, Indah memberi isyarat kepada kedua pelayannya untuk membawa gadis tersebut ke sebuah ruangan khusus.

Laras tidak punya daya lagi menolak ketika dibawa ke sebuah ruangan yang pencahayaannya kurang. Di sana bukam hanya dia, tetapi ada gadis-gadis lain berpakaian minim sepertinya. Laras menyesal terlalu percaya pada Indah. Kebaikan wanita itu menolongnya setelah diusir pemilik kontrakan berbuah petaka.

"Kau lihat kan, banyak gadis gadis sepertimu. Mereka juga membutuhkan uang yang banyak. Jangan kau kira mereka tidak berusaha mencari pekerjaan yang layak. Akan tetapi, tidak mudah mencari pekerjaan di zaman sekarang. Apalagi tidak mempunya pengalaman dan koneksi. Mencari uang juga harus memakai uang sekarang."

Laras mendengarkan perkataan Indah sambil menatap satu per satu wajah para gadis yang sedang didandani. Ada yang diam sembari menahan air mata, ada yang terlihat santai seakan-akan sudah yakin dengan apa yang dilakukan, ada juga yang hanya diam menatap ke depan dengan tatapan kosong. Laras menunduk memikirkan keadaannya sama saja dengan para gadis itu. Pasti di antara mereka ada yang terpaksa melakukan ini. Entah karena keadaan atau ditipu.

"Kalian semua berkumpul di sini!" Indah memberi perintah kepada semua gadis.  Mereka semua seperti hamba yang mematuhi perkataan sang tuan. "Sebentar lagi acara akan dimulai. Aku tidak ingin kalian mengacaukan acara nanti, kalau sampai terjadi kalian harus membayar mahal semuanya."

Kesemua gadis itu hanya mengangguk patuh. Mereka semua termasuk Laras digiring menuju lorong yang panjang dan redup. Mereka naik ke sebuah panggung, berbaris sejajar, dan disuruh menunggu di balik kain raksasa yang terbentang tinggi dan lebar. Tak lama terdengar suara seorang wanita memperkenalkan dirinya dengan gaya centil. Sepertinya di balik kain merah itu banyak pengunjung karena terdengar suara riuh. Tak lama, tirai raksasa itu terbuka lebar, Laras memicingkan matanya karena di balik layar itu cahaya lampu begitu terang menyorot ke arah panggung.  Begitu dia pandangannya kembali normal, mata gadis itu melebar karena begitu banyak mata yang menatap lapar ke arah panggung. Mata para pria yang menatap dengan sorot lapar, seolah-olah sudah tidak sabar hendak menerkam para gadis.

"Tuan tuan sekalian, inilah sepuluh gadis pera-wan yang pernah tersentuh oleh tangan laki laki. Lihat, betapa ranumnya mereka." Wanita berambut pirang dengan pakaian seksi memperkenalkan para gadis.  Dia mendekati mereka satu per satu.

"Lihat, wajah mereka begitu cantik." Dia menyentuh wajah seorang gadis bergaun merah. Lalu menyentuh pinggang agar gadis itu berputar. "Betapa indah tubuhnya, dia sangat ranum."

Perut Laras terasa diaduk-aduk dari dalam mendengar perkataan vul-gar wanita tersebut. Dia mengerti bahwa mereka sedang dilelang di depan pria hidung belang, persis seperti barang dagangan. Ingin rasanya menangis. Akan tetapi, sorot mata Indah menatapnya tajam, seolah-olah memperingatkannya agar tidak membuat kekacauan. Gadis itu mere-mas kedua sisi gaunnya kuat kuat, dia juga menggigit bibir agar tangisnya tidak keluar.

Satu per satu satu para gadis itu disuruh maju. Mereka di suruh berputar, berjalan, dan menari untuk mendapatkan penawaran yang tinggi. Suara riuh pria hidung belang ramai menawar para gadis satu per satu. Ketika satu orang berhasil mendapatkan gadis tersebut, dia segera membayar, lalu gadis itu dibawa pergi entah ke mana.

Tiba giliran Laras. Tubuh gadis itu gemetar ketika harus mulai menari. Dia tidak pernah menari sebelumnya, apalagi di hadapan para pria dengan pakaian minim pula. Keringat dingin menetes di dahinya berharap tidak ada seorang pun yang menawarnya. Akan tetapi, doa gadis itu tidak terkabul. Justru yang menawarnya sangat banyak, sahut bersahutan, keadaan lebih ramai dari para gadis sebelumnya. Seperti Laras sangat menarik di mata para hidung belang yang berkumpul. Semakin tinggi penawaran, tubuh gadis itu semakin gemetar. Namun, berbanding terbalik dengan Indah. Wanita itu tersenyum puas. Pandangannya tidak salah saat pertama kali melihat gadis itu. Laras akan menjadi favorit baru untuk para pelanggannya.

"Ada lagi yang mau menawar?" tanya wanita berambut pirang ketika tawaran tertinggi mencapai tiga ratus juta. Tidak ada yang menjawab, semua laki laki yang ada di sana hanya bergumam seperti dengan lebah mereka saling melirik satu sama lain, berpikir tiga ratus juta adalah harga paling tinggi untuk seorang gadis perawan.

Laki laki bertubuh gempal dengan kulit hitam legam tersenyum penuh kemenangan. Dia merasa sudah menjadi pemenang dari pelelangan tersebut. Matanya menatap tubuh Laras lapar. Dia sudah tidak sabar ingin menikmati tubuh gadis tersebut. Sementara wajah Laras memucat, tubuhnya gemetar melihat laki laki yang berhasil menawar kegadisannya. Wajah laki laki itu sangat menyeramkan dengan bekas luka panjang dari dahi ke pipi. Mulut laki laki tersebut tidak berhenti mengepulkan asap rokok. Saat tersenyum tampak giginya berwarna kuning kehitaman, pertanda laki laki itu banyak sekali mengkonsumsi nikotin. Laras bergidik ngeri membayangkan jika laki laki itu akan menyetubuhinya.

"Baiklah, jika tidak ada lagi yang menawar, saya akan menghitung sampai sepuluh."

Laras memejamkan matanya erat erat sambil berdoa dalam hati agar ada orang lain yang menawarnya lebih tinggi dari itu. Dia tahu tidak bisa lari dari rumah pelacu-ran milik Indah. Oleh karena itu, dia berharap seseorang yang baik hati membawanya keluar dari tempat tersebut agar dia tidak perlu melayani banyak laki-laki

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Istri Simpanan CEO Arogan   Kedengkian Eva

    Setelah mengetahui siapa dirinya yang sebenarnya dan dari mana dia berasal, keinginan untuk menjauh dari Sena semakin kuat. Jika dulu dia ragu untuk pergi karena tidak mau membawa anaknya dalam kesengsaraan, tetapi kini dia justru bisa memberikan kehidupan yang baik untuk anaknya. Apakah pikiran Sena akan berubah kalau mengetahui bahwa mereka memiliki hubungan keluarga? Laras mengusir harapan-harapan semu itu, dia rasa percuma mengharapkan Sena. Bahkan, sampai sekarang laki-laki itu tidak pernah mengabarinya. Apakah Sena tidak tahu kalau dia mengalami musibah? Apakah tidak terbetik keinginan di dada laki-laki itu untuk bertanya kabarnya saja? Atau setidaknya keadaan anaknya. Namun, sepertinya berlibur bersama sang istri adalah prioritas si lelaki sekarang, membuat Laras semakin tahu diri di mana posisinya di hati laki-laki tersebut. "Sekarang apa keputusanmu?" Pertanyaan Randy beberapa waktu yang lalu membuat Laras berpikir lebih dalam. "Kini kau punya segalanya. Kau tidak perlu lagi

  • Istri Simpanan CEO Arogan   Waktunya Kebenaran

    Laras meraba perutnya dengan pikiran menerawang. Nyaris saja dia kehilangan calon bayi karena kecerobohan sendiri. Beruntung janinnya sangat kuat sehingga bisa bertahan meski terjatuh dan berguling lalu terhempas ke lantai. Helaan napas gadis itu terdengar berat. Pandangannya pun berlabuh ke luar jendela. Langit tampak mendung pagi ini, serupa dengan hatinya yang digelayuti sendu. Kesepian juga rindu berdesakan memenuhi setiap sendi rongga dadanya, menuntut mencari jalan keluar. Sebaris nama terus saja hadir menggoda benaknya, meski gadis itu telah berusaha melupa, tetapi tetap saja sulit menggerus dari ceruk kepala."Laras ...."Laras menoleh ketika mendengar pintu kamar terbuka dan seseorang memanggil namanya. Da tersenyum dengan mata berembun melihat sang ayah berjalan menghampiri. Air mata gadis itu jatuh begitu saja. Saat ini dia memang sangat membutuhkan sosok sang ayah yang kerap ada setiap kali dia merasa sedih. Laki-laki itu akan selalu memeluknya dan mengatakan kalau semua b

  • Istri Simpanan CEO Arogan   Laras Putriku

    "Tuan, apa Anda mendengar kabar tentang Tuan Sena?" Maria menghampiri Randy yang berdiri di dekat brankar tempat Larslas terbaring. Gadis itu baik-baik saja, pun bayi yang usianya baru hitungan minggu. Laras hanya mengalami shock yang membuatnya harus beristirahat. "Pelankan suaramu ....," desis Randy melirik ke arah Laras. Dia tidak ingin gadis itu mendengar kabar apa pun tentang Sena. Maria mengatupkan bibirnya rapat. Dia mengikuti Randy ketika laki-laki memberi isyarat padanya keluar dari kamar tempat Laras di rawat. "Mulai hari ini jangan pernah ada nama Sena lagi. Kesepakatan antara Laras dan dia sudah berakhir, ingat itu!" Randy memperingatkan Maria. Wanita itu mengangguk. Dia masih ingat ketika Randy menyuruhnya memberi kabar kepada Sena bahwa Laras keguguran. Dia menyetujuinya karena hanya itu satu-satunya cara untuk membawa gadis tersebut pergi dari rumah orang tua Sena. Maria tidak ingin Laras mengalami nasib sepertinya. Lagi pula dia sangat yakin gadis itu adalah darah

  • Istri Simpanan CEO Arogan   Sekali Licik Tetap Licik

    "Maaf, Nyonya, Anda tidak boleh masuk!"Okta membentangkan tangannya ketika Eva memaksa masuk ke dalam ruangan steril, di mana Sena ditempatkan setelah mendapat tindakan operasi. Kecelakaan tunggal yang dialami laki-laki tersebut menyebabkan dia mengalami patah tulang tangan dan kaki. Tidak itu saja, kepalanya mengalami luka parah karena air bag di mobilnya tidak berfungsi dengan baik saat terjadi benturan."Kau tidak berhak melarangku! Aku istrinya!" Eva memelotot memarahi Okta. Dia menepis tangan asisten Sena itu agar bisa masuk.Namun, Okta jauh lebih tegas. Dia memberi isyarat agar dua orang bodyguard yang berjaga di depan pintu untuk menarik Eva menjauh."Lepaskan!" Eva berseru dan menepis keras tangan dua bodyguard yang memegang lengannya. "Jauhkan tangan kotor kalian dariku.""Nyonya, ini rumah sakit. Saya harap Anda tidak membuat keributan." Lagi Okta memberi peringatan dengan raut datar."Kau memang tidak tahu diri!" Eva menuding ke arah Okta dengan jari menunjuk runcing, mat

  • Istri Simpanan CEO Arogan   Terkuaknya Rahasia Eva

    Sena membiarkan Eva berkonsultasi dengan dokter di dalam ruangannya, sebabd dia menyerahkan semua urusan kepada para ahli yang tentu lebih mengetahui seluk-beluk dari proses bayi tabung. Lagi pula Sena tidak terlalu kuat mencium aroma obat-obatan di dalam ruangan dokter tersebut, jadi dia memilih untuk menghirup udara segar dengan berjalan menyusuri selasar rumah sakit. Mata Sena melihat seorang laki-laki sedang mendorong kursi roda yang diduduki wanita hamil membuat ingatannya melayang kepada Laras. Dia tersenyum membayangkan seperti apa wajah anaknya kelak. Imajinasinya terjeda ketika ponselnya berbunyi penanda pesan masuk dari aplikasi WhatsApp. Dahi Sena berkerut ketika melihat nomor pengirim tidak tersimpan di kontaknya. Dia segera membuka pesan yang dikirimkan oleh nomor yang tidak dikenal tersebut. Seketika rahang laki-laki itu mengeras, Sena meremas ponselnya dengan sangat erat melihat foto-foto Laras bersama Randy terlihat sangat akrab. Di mana sepupunya itu sedang menggeng

  • Istri Simpanan CEO Arogan   Rencana Randy

    "Randy, ini air esnya!"Randy menoleh ketika mendengar suara Laras, membuat Maria bernapas lega, wanita itu segera undur diri dengan jantung berdebar."Makasih, ya." Randy menerima air yang disodorkan Laras, dia duduk kembali ke sofa di sisi gadis itu."Aku masih belum mengerti hubunganmu dengan Sena. Kalau kalian bersaudara tiri apa dia tahu?" Laras kembali bertanya, karena otaknya ruwet memikirkan silsilah keluarga kedua lelaki itu.Randy menggeleng. "Aku yakin tidak tahu, karena sejak lahir dia tinggal di luar negeri bersama keluarganya. Ayahku juga tidak berminat menceritakan hal-hal pribadi dengan saudaranya itu." Dia menjeda kata-katanya, "eeem ... sebenarnya hubungan Ayah angkatku dan Ayah Sena tidak baik. Keduanya baru dekat setelah Kakek meninggal."Laras mulai mengerti. Ternyata runutan keluarga Sena tidak sesulit yang dia pikirkan. Mengingat laki-laki itu kembali kesedihan hadir di dada gadis tersebut. Sekuat apa pun gadis itu mencoba tetap saja dia tidak bisa mengenyahkan

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status