Share

Lelang Perawan

Aku tidak mau, Buk!"

Laras terus menangis memohon kemurahan hati Indah. Alih-alih merasa kasihan, wajah malaikat Indah yang tadi ditampakkan di rumah sakit, kini sekonyong konyong berubah menjadi wajah ib-lis.

"Tidak ada penolakan! Aku sudah menghabiskan banyak uang untukmu, jadi kau harus melakukan apa yang aku perintahkan," bentak Indah dengan nada pongah. Wanita itu menggerakkan jarinya sebagai isyarat memerintahkan beberapa pelayan untuk menanggalkan pakaian yang dikenakan Laras dan mengganti dengan gaun yang dia berikan tadi.

Laras mencoba memberontak. Akan tetapi, sekuat apa pun dia menolak tenaga gadis itu kalah kuat dengan tenaga para pelayan Indah, sehingga pakaian lama yang dikenakan oleh Laras robek besar. Gadis itu menangis, memohon, dan menghiba, tetapi Indah malah tertawa dan mengejek gadis tersebut.

"Sekarang kau menolak dan menangis histeris seperti ini. Akan tetapi, nanti setelah kau melakukan pekerjaan pertama dan kedua, kau akan tertawa lebar sambil mengibaskan uang di wajahmu, malah kau akan menikmati pekerjaan ini nanti, Laras, percayalah padaku," ucap Indah sambil memperhatikan jari jarinya yang dicat kutek berwarna merah.

Laras menggeleng cepat. "Tidak, aku tidak mau, Buk! Aku tidak mau menjadi pelacur, tolong lepaskan aku." Dia memohonnya dengan air mata yang berderai di pipi.

Indah yang sudah habis kesabaran,  menghampiri Laras dan menam-par pipi gadis itu dua kali, sehingga tubuh Laras terhempas keras ke lantai.

"Dasar gadis tidak tahu diri! Aku sudah habis banyak untuk membayar biaya perawatan Ayahmu, kalau kau tidak mau, tidak apa apa, aku akan suruh preman bayaranku untuk menghabisi nyawa Ayahmu hari ini juga, bagaimana?!" ancamnya dengan sorot menajam, seolah-olah hendak menguliti kulit tubuh Laras hidup-hidup.

Mata Laras membeliak, dia memegang kaki Indah. "Jangan, jangan ... tolong kasihinilah Ayahku, dia sudah tua hanya dia satu-satunya yang aku punya di dunia ini. Tolong jangan lakukan itu," tangis gadis itu meledak, wajahnya semakin basah oleh air mata.

Indah tersenyum penuh kemenangan. "Kalau kau ingin Ayahmu selamat kau turuti perintahku. Kau akan mendapatkan uang yang banyak sehingga bisa membiayai pengobatannya sampai sembuh. Kau juga bisa membeli apa pun yang kau mau. Kapan lagi kau bisa membahagiakan Ayahmu dan menjadi anak berbakti? Berkorban sedikit saja tidak apa apa untuk membahagiakan laki laki tua itu," ucapnya mempengaruhi pikiran Laras yang sedang kalut dan ketakutan.

Indah kembali memberi isyarat ketika melihat Laras tidak lagi melawan. Kedua pelayan wanita itu segera memakaikan gaun tadi kepada si gadis. Keduanya juga memoles wajah Laras dengan make up tipis, lalu menyanggul rambut gadis itu sehingga leher dan tengguknya  terlihat jelas. Setelah keduanya selesai mendandani Laras, Indah memberi isyarat kepada kedua pelayannya untuk membawa gadis tersebut ke sebuah ruangan khusus.

Laras tidak punya daya lagi menolak ketika dibawa ke sebuah ruangan yang pencahayaannya kurang. Di sana bukam hanya dia, tetapi ada gadis-gadis lain berpakaian minim sepertinya. Laras menyesal terlalu percaya pada Indah. Kebaikan wanita itu menolongnya setelah diusir pemilik kontrakan berbuah petaka.

"Kau lihat kan, banyak gadis gadis sepertimu. Mereka juga membutuhkan uang yang banyak. Jangan kau kira mereka tidak berusaha mencari pekerjaan yang layak. Akan tetapi, tidak mudah mencari pekerjaan di zaman sekarang. Apalagi tidak mempunya pengalaman dan koneksi. Mencari uang juga harus memakai uang sekarang."

Laras mendengarkan perkataan Indah sambil menatap satu per satu wajah para gadis yang sedang didandani. Ada yang diam sembari menahan air mata, ada yang terlihat santai seakan-akan sudah yakin dengan apa yang dilakukan, ada juga yang hanya diam menatap ke depan dengan tatapan kosong. Laras menunduk memikirkan keadaannya sama saja dengan para gadis itu. Pasti di antara mereka ada yang terpaksa melakukan ini. Entah karena keadaan atau ditipu.

"Kalian semua berkumpul di sini!" Indah memberi perintah kepada semua gadis.  Mereka semua seperti hamba yang mematuhi perkataan sang tuan. "Sebentar lagi acara akan dimulai. Aku tidak ingin kalian mengacaukan acara nanti, kalau sampai terjadi kalian harus membayar mahal semuanya."

Kesemua gadis itu hanya mengangguk patuh. Mereka semua termasuk Laras digiring menuju lorong yang panjang dan redup. Mereka naik ke sebuah panggung, berbaris sejajar, dan disuruh menunggu di balik kain raksasa yang terbentang tinggi dan lebar. Tak lama terdengar suara seorang wanita memperkenalkan dirinya dengan gaya centil. Sepertinya di balik kain merah itu banyak pengunjung karena terdengar suara riuh. Tak lama, tirai raksasa itu terbuka lebar, Laras memicingkan matanya karena di balik layar itu cahaya lampu begitu terang menyorot ke arah panggung.  Begitu dia pandangannya kembali normal, mata gadis itu melebar karena begitu banyak mata yang menatap lapar ke arah panggung. Mata para pria yang menatap dengan sorot lapar, seolah-olah sudah tidak sabar hendak menerkam para gadis.

"Tuan tuan sekalian, inilah sepuluh gadis pera-wan yang pernah tersentuh oleh tangan laki laki. Lihat, betapa ranumnya mereka." Wanita berambut pirang dengan pakaian seksi memperkenalkan para gadis.  Dia mendekati mereka satu per satu.

"Lihat, wajah mereka begitu cantik." Dia menyentuh wajah seorang gadis bergaun merah. Lalu menyentuh pinggang agar gadis itu berputar. "Betapa indah tubuhnya, dia sangat ranum."

Perut Laras terasa diaduk-aduk dari dalam mendengar perkataan vul-gar wanita tersebut. Dia mengerti bahwa mereka sedang dilelang di depan pria hidung belang, persis seperti barang dagangan. Ingin rasanya menangis. Akan tetapi, sorot mata Indah menatapnya tajam, seolah-olah memperingatkannya agar tidak membuat kekacauan. Gadis itu mere-mas kedua sisi gaunnya kuat kuat, dia juga menggigit bibir agar tangisnya tidak keluar.

Satu per satu satu para gadis itu disuruh maju. Mereka di suruh berputar, berjalan, dan menari untuk mendapatkan penawaran yang tinggi. Suara riuh pria hidung belang ramai menawar para gadis satu per satu. Ketika satu orang berhasil mendapatkan gadis tersebut, dia segera membayar, lalu gadis itu dibawa pergi entah ke mana.

Tiba giliran Laras. Tubuh gadis itu gemetar ketika harus mulai menari. Dia tidak pernah menari sebelumnya, apalagi di hadapan para pria dengan pakaian minim pula. Keringat dingin menetes di dahinya berharap tidak ada seorang pun yang menawarnya. Akan tetapi, doa gadis itu tidak terkabul. Justru yang menawarnya sangat banyak, sahut bersahutan, keadaan lebih ramai dari para gadis sebelumnya. Seperti Laras sangat menarik di mata para hidung belang yang berkumpul. Semakin tinggi penawaran, tubuh gadis itu semakin gemetar. Namun, berbanding terbalik dengan Indah. Wanita itu tersenyum puas. Pandangannya tidak salah saat pertama kali melihat gadis itu. Laras akan menjadi favorit baru untuk para pelanggannya.

"Ada lagi yang mau menawar?" tanya wanita berambut pirang ketika tawaran tertinggi mencapai tiga ratus juta. Tidak ada yang menjawab, semua laki laki yang ada di sana hanya bergumam seperti dengan lebah mereka saling melirik satu sama lain, berpikir tiga ratus juta adalah harga paling tinggi untuk seorang gadis perawan.

Laki laki bertubuh gempal dengan kulit hitam legam tersenyum penuh kemenangan. Dia merasa sudah menjadi pemenang dari pelelangan tersebut. Matanya menatap tubuh Laras lapar. Dia sudah tidak sabar ingin menikmati tubuh gadis tersebut. Sementara wajah Laras memucat, tubuhnya gemetar melihat laki laki yang berhasil menawar kegadisannya. Wajah laki laki itu sangat menyeramkan dengan bekas luka panjang dari dahi ke pipi. Mulut laki laki tersebut tidak berhenti mengepulkan asap rokok. Saat tersenyum tampak giginya berwarna kuning kehitaman, pertanda laki laki itu banyak sekali mengkonsumsi nikotin. Laras bergidik ngeri membayangkan jika laki laki itu akan menyetubuhinya.

"Baiklah, jika tidak ada lagi yang menawar, saya akan menghitung sampai sepuluh."

Laras memejamkan matanya erat erat sambil berdoa dalam hati agar ada orang lain yang menawarnya lebih tinggi dari itu. Dia tahu tidak bisa lari dari rumah pelacu-ran milik Indah. Oleh karena itu, dia berharap seseorang yang baik hati membawanya keluar dari tempat tersebut agar dia tidak perlu melayani banyak laki-laki

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status