Laras terpaksa menerima tawaran menjadi istri simpanan seorang pengusaha untuk menarik perhatian istri sah si lelaki yang acuh tak acuh. Sejak awal lelaki tersebut sudah mengingatkan agar Laras tidak jatuh cinta padanya. Dia juga berbuat semaunya, mendatangi Laras kapan saja lalu meninggalkan tanpa pesan apa-apa. Keadaan berubah saat Laras hamil, rasa cinta mulai tumbuh di dada keduanya. Namun, istri simpanan tidak akan pernah menjadi prioritas hingga Laras harus memilih. Tinggal, tapi diabaikan atau pergi bersama anak yang dia kandung.
Lihat lebih banyakSepanjang perjalanan Laras tidak sekali pun menatap ke arah Sena. Pandangan wanita itu berlabuh keluar melalui kaca jendela mobil memperhatikan pohon pohon yang seolah-olah berlarian berlawanan arah dengan laju kendaraan yang dikemudikan sopir laki laki tersebut. Laras tidak ingin Sena melihat air mata yang terus berjatuhan di pipinya. Dia tidak mau laki laki itu semakin bahagia melihat kesedihannya. Serapuh apa pun dia tidak mau menarik simpati Sena dengan air matanya."Setelah ini kau tidak boleh pergi tanpa ijin dariku." Sena membuka suara. Dia melirik sekilas ke arah Laras yang mengangguk patuh. Laki-laki itu mengembuskan napas dalam. Dia tidak bermaksud untuk menyakiti Laras dengan kata katanya. Melihat gadis itu tertawa dengan Randy membuat dadanya terasa panas, lalu dia melampiaskan rasa kesal itu kepada Laras. Dia pikir, dengan mengingatkan siapa gadis itu akan membuat Laras kembali tunduk dan menjadi gadis penurut seperti awal mereka bertemu."Apa kau dengar apa yang aku kat
"Ayahmu benar benar lawan bermain catur yang hebat."Randy memuji kehebatan Ayah Laras setelah makan siang dan berbincang bincang, laki laki itu mengajak Bastian bermain catur. Kebetulan sekali bos Mayapada Corporation itu memang menyukai olahraga otak tersebut. Biasanya dia selalu bisa menang dengan mudah. Namun, melawan Ayah Laras dia berkali kali mati langkah, sehingga Randy tidak lagi meremehkan kemampuan Ayah Laras. Bahkan, beberapa kali kalah di 'skak mat' oleh laki laki itu. Baru kali ini ada orang yang bisa mengalahkannya dalam sepuluh langkah. Randy yakin laki laki itu bukan orang sembarangan. Meski terlihat sangat sederhana, tetapi raut cerdas terlihat jelas di wajahnya.Laras tersenyum mendengar pujian Bastian untuk ayahnya."Ayah memang sangat menyukai olahraga catur. Bahkan dulu di tempat tinggal kami, hampir setiap hari orang orang datang mengajak Ayah bermain catur. Tidak seorang pun yang mampu mengalahkan Ayah karena beliau sangat lihai dalam mengatur strategi. Bagaima
Salah satu yang paling disukai Laras ketika tinggal bersama ayahnya adalah, perhatian laki-laki itu yang semua untuknya. Sampai seusia sekarang sang ayah masih nyinyir mengingatkan tentang alerginya. Bahkan, laki-laki itu mengingatkan kepada asisten rumah tangganya apa apa saja yang boleh dan tidak untuk dimakan sang putri. Sepanjang malam dihabiskan dengan mendengarkan sang ayah bercerita tentang masa kecil Laras. Senyum wanita itu tidak memudar sepanjang ayahnya bercerita. Senyum itu terulas sampai dia tertidur.Laras bangun dengan perasaan lebih baik. Dia keluar rumah ingin menikmati suasana pagi di tempat tinggal sang ayah. Suhu sejuk dan udara yang segar, serta banyaknya pepohonan tabebuya yang berbaris di sepanjang jalan menjadikan sekitar komplek perumahan itu asri. Apalagi bila pohon itu berbunga di musim kemarau, sekitar bulan Juli sampai september, pasti terlihat lebih indah. Dulu sekali saat anak anak dia suka sekali berdiri di bawah pohon menunggu bunganya rontok dari dah
Laras tidak bisa memejamkan matanya. Pikirannya masih tertuju kepada Sena. Lelaki itu telah membuatnya jatuh cinta sedalam dalamnya hingga rasanya wanita itu tidak menemukan celah untuk membencinya. Menilik ke belakang, Sena memang tidak menjanjikan apa apa. Lelaki itu membayar kegadisannya, juga mengeluarkan dari cengkeraman Indah agar bisa memberikan keturunan untuknya. Mana Laras tahu kisah mereka berkembang seperti sekarang. Harusnya dia sudah mengira tidak mungkin laki-laki tampan dan mapan seperti Sena tidak memiliki seseorang yang spesial."Nyonya Eva model brand ternama. Dia beberapa bulan ini tinggal di Paris. Tuan Sena yang sering ke sana mengunjunginya. Mereka memiliki banyak rumah. Ini rumah orang tua Tuan. Dia ke sini hanya kalau Nyonya tidak di rumah."Kata-kata Maria kembali melintas di tempurung kepala Laras. Pantas saja Sena pergi begitu saja karena Eva telah kembali. Perih kembali menikam dada wanita itu, membuat matanya panas lalu dengan cepat melinangkan genangan d
Akhirnya semua urusan Sena di negara kincir angin sudah selesai. Waktunya dia dan Laras kembali pulang. Dada lelaki itu penuh dengan tumpukan rasa bahagia. Sejak pulang sampai pesawat jet mendarat di bandar udara Soekarno - Hatta dia selalu menggenggam tangan Laras erat erat. Sena mulai berpikir menjadikan wanita itu satu satunya. Dia harus segera menyelesaikan urusannya dengan Eva."Tuan, apa boleh aku menjenguk Ayah?"Sena mengecup tangan Laras dalam genggamannya. "Ayahmu sudah keluar dari rumah sakit karena keadaannya sudah pulih. Besok aku akan mengantarmu. Sekarang kita pulang dan beristirahat.""Benarkah?" Mata Laras berpendar cerah mendengar ayahnya baik-baik saja. "Terima kasih banyak, Tuan." Laras memeluk Sena erat-erat.Lelaki itu membalas pelukan Laras. Dia membubuhkan kecupan di pucuk kepala wanita itu. "Iya, aku sudah membelikan rumah untuknya dan menggaji asisten rumah tangga dan perawat untuk mengurus Ayahmu.""Aku berhutang budi pada Anda, Tuan," lirih suara Laras. Dia
Namun, kata kata itu hanya sampai di pangkal lidah Sena kemudian tertelan kembali saat bayangan Eva melintas di matanya. Laki-laki itu tidak tahu mengapa dia masih mempertahankan Eva, meski wanita tersebut telah membuatnya seperti seorang pengemis cinta. Padahal, kebersamaan selama kurang lebih dua tahun, dia tidak pernah merasakan perasaan nyaman seperti saat bersama Laras. Bukan sekadar nyaman, tetapi juga tenang.Meski belum terlalu lama berinteraksi dengan Laras, tetapi dia yakin sifat wanita itu memiliki hati yang baik. Laras begitu lembut dan mudah iba pada orang lain. Satu yang membuatnya semakin menyukai perilaku wanita itu, setiap kali dia mengajak Laras ke outlet barang barang branded, wanita itu malah berbisik di telinganya agar segera keluar. Laraa ngeri melihat harga yang tertera di tag price. Kalau saja Sena tidak bersikeras membeli beberapa buah tas branded dan gaun hasil rancangan desain ternama, mungkin mereka akan keluar dari tempat tersebut dengan tangan kosong. Jau
Laras menggeliat ketika cahaya menerpa wajahnya. Wanita itu mengerjap beberapa kali sembari mengumpulkan kesadaran. Bibirnya mengelus senyum ketika merasakan tangan Sena memeluk pinggangnya posesif. Ketika bayangan kedekatan mereka melintas di benak, senyum wanita tersebut semakin lebar. Wajahnya juga terasa panas kala mengingat mereka bercinta lagi beberapa kali dalam semalam. Wanita itu menoleh ke arah Sena. Jemari lentiknya menyentuh wajah si laki laki perlahan. Gerakan jarinya menyusuri dahi, hidung, dan pipi. Laras tersenyum merasakan lembut bibir Sena ketika jemarinya menyentuh bagian tersebut. Bibir yang menjadi biang keladi membawanya terbang ke awang awang."Jangan lakukan itu." Suara serak Sena membuat Laras menarik jarinya. Dia membuang wajah, tetapi laki laki itu menahan dagunya. "Apa kau ingin menggodaku?" Kelopak mata Sena terbuka dan menatap lurus ke arah Laras.Mata Laras melebar dengan bibir sedikit terbuka, membuat Sena menggeram pelan. Sebuah kecupan kilat dilabuhk
Sena terbangun di tengah malam. Aroma lavender yang berasal dari rambut Laras menyadarkan siapa yang kini tidur memeluk tubuhnya. Tangannya juga memeluk tubuh wanita itu posesif. Bibir laki laki itu mengulas senyum saat menyadari mereka telah melewati malam panas yang sangat indah. Masih terbayang wajah merona Laras saat dia mencumbu gadis itu penuh gairah. Sena menyentuh selembut mungkin. Meski bukan pertama kali, Sena tak mau sentuhannya menyakiti wanita tersebut. Dia merasa beruntung mendapat Laras yang tidak pernah disentuh laki laki lain. Berbeda dengannya yang sangat mahir membawa wanita ke surga dunia.Meski bukan yang pertama, Sena merasakan hal yang berbeda saat menyentuh Laras. Kepolosan, keluguan, dan kecanggungan wanita itu melayani membuatnya merasa sangat superior sebagai seorang laki laki. Lagipula, hanya Laras satu-satunya wanita yang dia sentuh dalam kondisi masih perawan. Berbeda dengan Eva yang sangat mahir bermain di atas ranjang.Ingatan tentang Eva embali mengac
"Buka baju Anda." Suara Laras membuat Sena yang sedang menonton menoleh dan menatap gadis itu dengan dahi berkerut."Kok, malah bengong. Anda mau sembuh enggak?" Lagi, Laras berujar.Anehnya Sena menurut, tapi ketika laki laki itu sudah bertelanjang dada giliran Laras yang terdiam. Mata gadis terhipnotis melihat roti sobek milik Sena. Dia menelan ludah berkali kali membayangkan memegang otot kejang itu dengan tangan."Katanya mau obatin aku, malah diam. Pasti mikir yang tidak tidak."Laras tergagap. Rona merah tampak menjalari wajahnya. Gadis berdeham mendekat, begitu pun Sena. Entah mengapa jantung laki laki itu berdetak lebih kencang ketika jaraknya dengan Laras semakin dekat."Tengkurap!" Laras berkata.Dahi Sena berkerut. "Kenapa tengkurap? Apa tidak susah?""Memang harus tengkurap biar gampang."Laki laki itu berbalik, menuruti perintah Laras. Dia merasakan kasur melesak ke dalam karena gadis itu mulai naik ke atas ranjang. Sena berjengit ketika tangan gadis tersebut mengusap p
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.