Share

Suhu atau Cupu?

Author: Maheera
last update Last Updated: 2024-03-26 15:19:18

Aku mengerjap beberapa kali ketika terbangun. Tanganku memijit dahi sedikit ditekan karena rasa penggar di kepala. Sial! Terlalu banyak minum semalam sampai mabuk berat. Semua gara gara wanita itu. Mengapa dia sangat keras kepala dan selalu menentangku? Parahnya aku tidak bisa bersikap tegas padanya sehingga dia leluasa dalam bersikap. Semua karena perjanjian sialan itu. Harusnya aku masih melajang sampai sekarang, tetapi demi Ayah aku terpaksa menerima pernikahan dengan putri sahabatnya.

Andai orang-orang tahu aku sekacau ini karena wanita itu, pasti mereka akan menertawakanku. Namaku  Rakasena, seorang laki laki bertubuh tegap dengan otot-otot keras terbentuk di beberapa bagian berkat latihan rutin di gym. Parasku tampan. Aku bukan seorang narsistik juga tak pandai meninggikan diri sendiri. Apa yang aku katakan benar adanya. Aku memiliki Ibu asli Prancis dan Ayah berdarah Sunda tulen. Bahkan, aku memiliki dua kewarganegaraan. Masa kecil dan remaja aku habiskan di negara Paman Sam, sehingga aku tidak terlalu lekat dengan budaya Sunda. Ayah dan Ibu pun berkomunikasi dengan bahasa Indonesia baku atau bahasa Inggris dengan aksen British, yang lucu bila Ibuku sedang merajuk dia akan meracau dengan bahasa Prancis, membuat Ayah terdiam. Bukan takut, tetapi dia memang tidak mengerti bahasa tersebut.

Jadi, kalian bisa membayangkan setampan apa diriku. Tulang hidung yang tinggi, kulit putih bersih, dan manik mata berwarna hitam pekat, dan menguasai tiga macam bahasa membuatku sangat percaya diri sebagai anak yang memiliki gen campuran. Aku juga dikenal sebagai pengusaha muda yang ulet dan tangguh. Jadi, wajar jika di usia tiga puluh tahun aku sudah menjelma menjadi pengusaha sukses dan kaya raya. Banyak wanita yang rela merangkak agar bisa berada di sisiku.

Aku hendak bangkit, tetapi urung ketika merasakan sesuatu mengimpit dadaku. Aku menoleh ke samping dan terkejut melihat seorang gadis tertidur.

What the f-uck!

Aku mencoba mengingat ingat apa yang terjadi semalam. Rasanya ada yang salah denganku semalam. Panas menyebar ke seluruh tu-buhku. Aku sangat kenal sensasi yang menbuat hasratku melesat, sialnya wanita yang harusnya melayani kebutuhanku malah keras kepala tak mau pulang ke rumah. bercinta dengan seseorang. Lalu siapa gadis di sebelahku ini? Apa mungkin dia gadis yang dile-lang semalam oleh muci-karinya?

Aku perlahan bangun sembari memperhatikan wajah  yang tampak kelelahan. Aku juga bisa melihat jejak air mata di pipinya. Kenapa dia harus menangis? Apa aku melakukan sesuatu padanya? Kalaupun iya kenapa dia harus menangis?Bukankah memang itu tugas mereka ysng bekerja di dunia malam? Melihat wajah gadis itu hatiku mulai terusik. Aku tidak tahu berapa usianya, tetapi aku bisa menebak dia belum memasuki usia dua puluh tahunan. Aku tersenyum miris, ternyata gadis-gadis sekarang rela menjual tubuh mereka untuk mendapatkan uang akan mereka habiskan sebentar saja.

Tak ingin larut pada sesuatu yang membuat dadaku tidak nyaman, aku memilih bangkit untuk membersihkan diri. Rasanya mengguyur kepalaku dengan air dingin mampu menghilangkan efek alkohol semalam. Ketika keluar dari kamar mandi, aku melihat gadis itu sudah bangun. Dia terkejut dan menarik selimut untuk menutupi tu-buhnya yang mengenakan pakaian mi-nim. Aku tersenyum sinis, tingkah gadis itu seperti perawan saja.

"Keluar dari sini," ucapku ketus sambil mengenakan pakaianku. Tidak ada terdengar jawaban atau pergerakan dari gadis itu membuat dahiku berkerut. "Kau dengar apa yang aku katakan?"

Aku mengulangi lagi pertanyaanku. Lagi-lagi gadis itu hanya diam, membuatku geram sekaligus penasaran. Berani sekali dia mengabaikanku. Aku menghampiri gadis itu dan menyentuh dagunya agar wajahnya terangkat. Niatku hendak mengum-patnya urung ketika bersitatap dengan manik matanya. Terlihat kesedihan dan ketakutan di sorotnya. Aku terpana, kata-kata yang hendak kulotarkan padanya hilang entah ke mana.

"Sa ... saya dengar Tuan," jawabnya dengan terbata bata. "Tapi, saya tidak tahu harus ke mana."

Aku menggeram rendah, kenapa gadis itu terlihat lugu? Atau hanya berpura-pura polos?

"Aku akan menyuruh orang mengantarmu kembali ke tempat kemarin."

Gadis itu menganguk tanpa suara, rautnya selalu terlihat ketakutan membuatku kesal.

"Apa aku melakukan sesuatu padamu?" Gadis itu menggeleng pelan membuatku lega sekaligus gemas. "Kalau begitu hentikan raut memelasmu itu, membuatku muak!"

Setelah mengatakan itu aku segera berbalik dan keluar kamar dengan langkah lebar. Sial! Apa yang terjadi padaku? Kenapa ketika kulit kami bersentuhan aku seolah-olah tersengat listrik membuat jantungku berdetak lebi cepat. Aku meninggalkan gadis itu begitu saja. Cukup sudah main mainnya. Masih banyak pekerjaan yang harus kulakukan dari pada mencari tahu apa yang terjadi pada hatiku.

"Tuan."

Okta sudah menungguku di depan pintu kamar begitu aku keluar. Asisten pribadiku itu mengiringi langkahku dalam diam menuruni tangga menuju ke ruang makan.

"Apa agendaku hari ini?" Aku bertanya pada laki laki tersebut sambil meletakkan serbet di atas paha dan menunggu pelayan menuangkan kopi ke dalam cangkir.

"Hari ini ada beberapa pertemuan dengan beberapa investor yang tertarik ingin menanamkan modal di perusahaan kita dan malamnya ada pesta kelulusan putri Tuan Hasimoto dari stanford University. Beliau berpesan khusus agar Anda bersedia datang.

"Aku tidak bisa, suruh staff lain sebagai perwakilan."

Aku mendengkus kesal. Laki laki tua itu selalu saja memintaku bertemu dengan putrinya. Dia mengira jika aku akan tertarik kepada gadis muda tersebut. Aku akui putrinya sangat cantik. Akan tetapi, tidak  ada yang bisa mencairkan hatiku yang beku. Cinta sudah lama hilang dari kamusku. Sejak perempuan yang kupanggil Ibu kabur dengan lelaki lain.

"Ada lagi?" Aku bertanya karena sarapan di atas meja telah tandas.

"Tidak ada Tuan, kecuali satu."

"Apa?" Aku menoleh ke arah asistenku itu.

"Gadis yang semalam. Tuan menawarnya lima ratus juga. Saya mengambilnya dari kartu kredit Tuan."

Mendengar itu, air mineral yang baru teguk seketika tersembur keluar.

"Apa?!" Mataku terbelalak. "Untuk gadis itu kau membayar semahal itu?" Aku benar-benar marah. Bukan perhitungan, tetapi seorang pela-cur tidak akan kubayar semahal itu.

"Tuan sendiri yang menginginkan gadis tersebut. Bahkan, Tuan sendiri yang menyerahkan kartu kredit untuk menyelesaikan transaksi."

Kepalaku langsung terasa berputar-putar memcoba mengingat kejadian semalam. Memang begitu kebiasaanku bila sudah ma-buk lupa segala galanya. Apa yang aku inginkan harus aku dapatkan tidak peduli sesulit apa pun itu.

"Maaf, aku benar benar mabuk semalam. Pasti aku merepotkanmu. Hal bodoh apa yang aku lakukan sehingga aku menawar pela-cur semahal itu?"

"Tuan ikut ambil bagian dalam lelang pera-wan" jawabnya pelan.

"Apa?" Mataku membeliak. "Lelang pera-wan? Jadi maksudmu gadis itu masih perawan?"

Anggukkan Okta membuat kepalaku hendak pecah. Seumur-umur baru kali ini aku ikut penawaran gi-la itu dan informasi dari Okta barusan adalah jawaban dari sikap gadis tadi.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Istri Simpanan CEO Arogan   Kedengkian Eva

    Setelah mengetahui siapa dirinya yang sebenarnya dan dari mana dia berasal, keinginan untuk menjauh dari Sena semakin kuat. Jika dulu dia ragu untuk pergi karena tidak mau membawa anaknya dalam kesengsaraan, tetapi kini dia justru bisa memberikan kehidupan yang baik untuk anaknya. Apakah pikiran Sena akan berubah kalau mengetahui bahwa mereka memiliki hubungan keluarga? Laras mengusir harapan-harapan semu itu, dia rasa percuma mengharapkan Sena. Bahkan, sampai sekarang laki-laki itu tidak pernah mengabarinya. Apakah Sena tidak tahu kalau dia mengalami musibah? Apakah tidak terbetik keinginan di dada laki-laki itu untuk bertanya kabarnya saja? Atau setidaknya keadaan anaknya. Namun, sepertinya berlibur bersama sang istri adalah prioritas si lelaki sekarang, membuat Laras semakin tahu diri di mana posisinya di hati laki-laki tersebut. "Sekarang apa keputusanmu?" Pertanyaan Randy beberapa waktu yang lalu membuat Laras berpikir lebih dalam. "Kini kau punya segalanya. Kau tidak perlu lagi

  • Istri Simpanan CEO Arogan   Waktunya Kebenaran

    Laras meraba perutnya dengan pikiran menerawang. Nyaris saja dia kehilangan calon bayi karena kecerobohan sendiri. Beruntung janinnya sangat kuat sehingga bisa bertahan meski terjatuh dan berguling lalu terhempas ke lantai. Helaan napas gadis itu terdengar berat. Pandangannya pun berlabuh ke luar jendela. Langit tampak mendung pagi ini, serupa dengan hatinya yang digelayuti sendu. Kesepian juga rindu berdesakan memenuhi setiap sendi rongga dadanya, menuntut mencari jalan keluar. Sebaris nama terus saja hadir menggoda benaknya, meski gadis itu telah berusaha melupa, tetapi tetap saja sulit menggerus dari ceruk kepala."Laras ...."Laras menoleh ketika mendengar pintu kamar terbuka dan seseorang memanggil namanya. Da tersenyum dengan mata berembun melihat sang ayah berjalan menghampiri. Air mata gadis itu jatuh begitu saja. Saat ini dia memang sangat membutuhkan sosok sang ayah yang kerap ada setiap kali dia merasa sedih. Laki-laki itu akan selalu memeluknya dan mengatakan kalau semua b

  • Istri Simpanan CEO Arogan   Laras Putriku

    "Tuan, apa Anda mendengar kabar tentang Tuan Sena?" Maria menghampiri Randy yang berdiri di dekat brankar tempat Larslas terbaring. Gadis itu baik-baik saja, pun bayi yang usianya baru hitungan minggu. Laras hanya mengalami shock yang membuatnya harus beristirahat. "Pelankan suaramu ....," desis Randy melirik ke arah Laras. Dia tidak ingin gadis itu mendengar kabar apa pun tentang Sena. Maria mengatupkan bibirnya rapat. Dia mengikuti Randy ketika laki-laki memberi isyarat padanya keluar dari kamar tempat Laras di rawat. "Mulai hari ini jangan pernah ada nama Sena lagi. Kesepakatan antara Laras dan dia sudah berakhir, ingat itu!" Randy memperingatkan Maria. Wanita itu mengangguk. Dia masih ingat ketika Randy menyuruhnya memberi kabar kepada Sena bahwa Laras keguguran. Dia menyetujuinya karena hanya itu satu-satunya cara untuk membawa gadis tersebut pergi dari rumah orang tua Sena. Maria tidak ingin Laras mengalami nasib sepertinya. Lagi pula dia sangat yakin gadis itu adalah darah

  • Istri Simpanan CEO Arogan   Sekali Licik Tetap Licik

    "Maaf, Nyonya, Anda tidak boleh masuk!"Okta membentangkan tangannya ketika Eva memaksa masuk ke dalam ruangan steril, di mana Sena ditempatkan setelah mendapat tindakan operasi. Kecelakaan tunggal yang dialami laki-laki tersebut menyebabkan dia mengalami patah tulang tangan dan kaki. Tidak itu saja, kepalanya mengalami luka parah karena air bag di mobilnya tidak berfungsi dengan baik saat terjadi benturan."Kau tidak berhak melarangku! Aku istrinya!" Eva memelotot memarahi Okta. Dia menepis tangan asisten Sena itu agar bisa masuk.Namun, Okta jauh lebih tegas. Dia memberi isyarat agar dua orang bodyguard yang berjaga di depan pintu untuk menarik Eva menjauh."Lepaskan!" Eva berseru dan menepis keras tangan dua bodyguard yang memegang lengannya. "Jauhkan tangan kotor kalian dariku.""Nyonya, ini rumah sakit. Saya harap Anda tidak membuat keributan." Lagi Okta memberi peringatan dengan raut datar."Kau memang tidak tahu diri!" Eva menuding ke arah Okta dengan jari menunjuk runcing, mat

  • Istri Simpanan CEO Arogan   Terkuaknya Rahasia Eva

    Sena membiarkan Eva berkonsultasi dengan dokter di dalam ruangannya, sebabd dia menyerahkan semua urusan kepada para ahli yang tentu lebih mengetahui seluk-beluk dari proses bayi tabung. Lagi pula Sena tidak terlalu kuat mencium aroma obat-obatan di dalam ruangan dokter tersebut, jadi dia memilih untuk menghirup udara segar dengan berjalan menyusuri selasar rumah sakit. Mata Sena melihat seorang laki-laki sedang mendorong kursi roda yang diduduki wanita hamil membuat ingatannya melayang kepada Laras. Dia tersenyum membayangkan seperti apa wajah anaknya kelak. Imajinasinya terjeda ketika ponselnya berbunyi penanda pesan masuk dari aplikasi WhatsApp. Dahi Sena berkerut ketika melihat nomor pengirim tidak tersimpan di kontaknya. Dia segera membuka pesan yang dikirimkan oleh nomor yang tidak dikenal tersebut. Seketika rahang laki-laki itu mengeras, Sena meremas ponselnya dengan sangat erat melihat foto-foto Laras bersama Randy terlihat sangat akrab. Di mana sepupunya itu sedang menggeng

  • Istri Simpanan CEO Arogan   Rencana Randy

    "Randy, ini air esnya!"Randy menoleh ketika mendengar suara Laras, membuat Maria bernapas lega, wanita itu segera undur diri dengan jantung berdebar."Makasih, ya." Randy menerima air yang disodorkan Laras, dia duduk kembali ke sofa di sisi gadis itu."Aku masih belum mengerti hubunganmu dengan Sena. Kalau kalian bersaudara tiri apa dia tahu?" Laras kembali bertanya, karena otaknya ruwet memikirkan silsilah keluarga kedua lelaki itu.Randy menggeleng. "Aku yakin tidak tahu, karena sejak lahir dia tinggal di luar negeri bersama keluarganya. Ayahku juga tidak berminat menceritakan hal-hal pribadi dengan saudaranya itu." Dia menjeda kata-katanya, "eeem ... sebenarnya hubungan Ayah angkatku dan Ayah Sena tidak baik. Keduanya baru dekat setelah Kakek meninggal."Laras mulai mengerti. Ternyata runutan keluarga Sena tidak sesulit yang dia pikirkan. Mengingat laki-laki itu kembali kesedihan hadir di dada gadis tersebut. Sekuat apa pun gadis itu mencoba tetap saja dia tidak bisa mengenyahkan

  • Istri Simpanan CEO Arogan   Patah Kembali

    Tanpa terasa pesawat yang ditumpangi oleh Sena dan Eva mendarat di bandar udara Changi Singapura, setelah menempuh perjalanan sekitar satu jam lima puluh menit. Bandara internasional Changi adalah bandara sipil utama di Singapura. Pemerintah negara yang terkenal dengan patung kepala singa itu terus memperbaiki fasilitas salah satu bandara terbesar di Asia Tenggara tersebut. Sena membiarkan Eva bergelayut manja di lengannya saat mereka keluar dari gerbang kedatangan yang tidak terlalu ramai, karena pesawat mendarat saat matahari baru saja naik ke cakrawala. Ditambah lagi karpet yang sengaja di pasang untuk meredam suara sehingga suasana bandara tidak terlalu bising. Di sepanjang jalan gerbang kedatangan yang dilewati, mata dimanjakan oleh pemandangan hijau dari tanaman yang sengaja ditanam oleh pengelola.Di pintu keluar mereka sudah ditunggu oleh seorang sopir yang memang sudah dipersiapkan oleh Okta untuk mengantar jemput selama keduanya di sana. Sang asisten juga sudah menyiapkan ho

  • Istri Simpanan CEO Arogan   Liontin

    "Sen, mau ke mana?" Eva bersuara lembut memanggil laki-laki itu ketika hendak beranjak dari kursi. Mereka baru saja selesai makan malam yang khusus di masak oleh wanita tersebut Steak daging terderloin dengan tingkat kematangan medium rare yang diberi olesan saus barbeque, rebusan kentang, wortel, dan buncis menjadi menu makan malam favorit Sena."Aku mau ke ruang kerja, ada yang harus kukerjakan," jawab laki-laki itu singkat sambil meletakkan serbet yang digunakan mengelap bibirnya."Sayang ...." Eva menghampiri Rakasena yang berdiri di sebelah kursi yang baru dia duduki. "Apa kau lupa kalau aku ingin bicara sesuatu denganmu?" Wanita itu menatap suaminya dengan sorot memohon."Maaf, aku lupa. Apa yang ingin kau bicarakan?"Eva menggamit lengan Sena dan menuntun laki-laki itu berjalan pelan-pelan menuju tangga. "Aku sudah memikirkan tentang rencana kita mengusahakan bayi tabung. Aku juga sudah berkonsultasi dengan dokter dan mempercepat waktunya." Eva tersenyum dan menoleh ke arah Se

  • Istri Simpanan CEO Arogan   Mulai Jatuh Cinta

    "Makasih banyak, Sen."Laras menunduk sembari melihat barang-barang belanjaan yang ada di dalam kantong belanjaan kertas. Andai saja tidak dicegah, mungkin saja laki-laki itu sudah memborong semua isi toko, belum apa-apa Sena sudah menghabiskan uang sepuluh juta rupiah. Orang kaya memang tidak pernah memikirkan berapa jumlah uang yang dibelanjakan karena mereka seolah-olah memiliki kekayaan yang tidak habis-habis."Tidak perlu, aku membelikan untuk anakku." Sena menjawab sambil merogoh saku celana bahannya. Dia menyerahkan sebuah kotak kecil ke hadapan Laras. "Aku punya hadiah untukmu."Mata Laras berkedip-kedip ketika Sena membuka kotak dari bahan beludru berwarna hitam. Seuntai kalung dari emas putih tampak berkilauan."I ... ini untuk aku?"Sena mengangguk. Dia menuntun Laras menuju meja rias, lalu mendudukkan gadis itu di sana. Dia kemudian mengambil kalung setelah meletakkan kotaknya di atas meja rias yang terbuat dari kaca.Laras menyampirkan rambutnya ketika Sena memakaikan kal

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status