Home / Romansa / Istri Simpanan Sang CEO / 28. Sandiwara Ahem Terbongkar

Share

28. Sandiwara Ahem Terbongkar

Author: Roesaline
last update Last Updated: 2021-07-07 16:39:45

Selamat membaca! 

Novel ini berisikan perang antara hati dan pikiran yang bisa mengacak-acak emosi kita.

                              ***

    Tiga orang tamu baru datang memesan VVIP juga. Kebetulan letaknya tak jauh dengan Ishita dan Afan duduk. 

    "Ahem, Enggar, duduklah!" titah Intan sambil menarik kursinya.

    "Enggar, maaf tadi renacananya mau dimasakin sendiri sama istriku, tapi tiba-tiba penyakit malasnya kambuh, nggak jadi deh!" kelakar Ahem sambil tertawa diiringi  Ishita dan Enggar.

    "Tidak perlu, jadi merepotkan, begini  sudah cukup....santai aja!" bantah Enggar.

     Ishita terbelalak kaget, dia mengenal sekali suara mereka. Suara yang familier sekali, dia sangat mengenal suara itu. Perlahan Ishita menoleh ke belakang dan,

     "Hah!" pekiknya sontak berpaling dan menyembunyikan wajahnya.

    "Mbak Intan? Bagaimana kalau dia tahu aku disini bersama lelaki lain? Dia akan berpikiran aku wanita apaan? Aduh bagaimana ini, apa yang harus kulakukan?" gumamnya dalam hati.

    Ishita gugup dan rasanya ingin segera lari meninggalkan tempat itu. Afan menyadarinya.

    "Ada apa Ishita?"  tanya Afan penasaran.

    "Kamu tahu mereka yang baru datang itu? Dia Mbak Intan, kenapa dia datang kesini bersama Pak Raden sih?" gumamnya lirih.

    "Kamu kenal Mbak Intan, dia istrinya CEO kita.' Jawab Afan menjelaskan.

     "Hah? Pak Raden suaminya Mbak Intan? Apa itu berarti suami Mbak Intan adalah suamiku juga. Apa benar Pak Raden adalah suamiku?" pekiknya dalam hati. Serasa petir menyambar tubuhnya, sebongkah batu menghantam dadanya. Antara sadar dan tidak sadar, tiba-tiba perut melilit seperti kram.

    "Ishita, apa yang sedang kamu pikirkan? Kamu kenapa? Sakit?" tanya Afan.

    "Mas Afan, orang yang menyewa rahimku adalah Mbak Intan. Dia menikahkan aku dengan suaminya, apakah itu berarti dia, Mas Afan?" tanyanya berbisik lirih menahan emosi.

     "Kamu ini gimana sih, kok bisa tidak tau?" sahut Afan.

     "Mereka menginginkan ini mas, aku dibodohi. Mereka berharap aku tidak tahu apa-apa.... licik sekali! Tidak akan kuberikan bayiku padanya!" geramnya sambil memegang perutnya seolah melindungi bayi dalam perutnya.

     "Mas Afan, apakah nama CEO kita adalah Ahem Alfarizi?" tanya Ishita ragu.

    "Iya, bahkan nama CEO, kamu tidak tahu? Padahal kamu sudah bekerja tujuh bulan di hotel." hardik Afan.

    "Selama ini aku hanya tukang cuci di belakang mas. Dan teman-teman hanya memanggilnya pak CEO tanpa namanya. Kami hanya orang kecil tidak bisa berpikir jauh dan tinggi. Sehingga nama CEO bukan hal penting buat aku." Gumam Ishita kecewa.

    "Pak Raden, kamu mendekati aku dan berpura-pura menjadi sahabatku, ternyata kamu pengkhianat. Apa yang  kamu harapkan dari orang kecil seperti aku? Kamu tahu, saat aku menangis merindukan suamiku dan kamu hanya diam menatapku? Kamu permainkan perasaanku!" geramnya dalam hati diiringi air matanya yang mulai meleleh.

    Afan yang menyadari air mata Ishita mulai runtuh, dia segera berbisik,

   "Kita secepatnya pergi dari sini!" Afan merangkul pundak Ishita dan melangkah ke luar restoran. 

     Ahem tak sengaja pandangannya menangkap bayangan Ishita dan Afan.

    "Apakah dia Ishita dan Afan?" tanyanya dalam hati. Ahem hanya dapat  menatap punggung mereka.

    "Sebentar aku mengambil dompetku tertinggal di mobil." Ujarnya kepada Intan berbohong. Dia berlari kecil membuntuti orang yang dicurigai sebagai Ishita dan Afan.

    Ahem berlari ke luar dan mobil Afan dan Ishita sedang berlalu pergi. Sehingga Ahem hanya bisa menyaksikannya sekilas.

     "Apakah, benar dia Ishita? Apakah dia melihat kami?"

     ***

    "Ishita, apa ini berarti kamu adalah istri simpanan CEO Ahem? Kamu selama ini dijebak dan dibodohi mereka. Dalam pernikahan, kamu tidak dipertemukan suamimu. Bercinta...kamu harus menutup matamu. Kamu sebagai orang kecil yang hanya dipermainkan dengan permainan gila yang tak masuk akal. Kenapa kamu melakukan semua itu, Ishita?" Pekik Afan kesal, ditengah-tengah fokus mengendalikan setir.

    "Saat itu aku hanya ingin menyelamatkan nyawa ayahku, tidak lebih." Gumamnya sedih.

     "Mereka orang-orang licik, aku tidak akan menyerahkan anak ku padanya." Ancamnya dengan geram kemudian.

    "Bagaimana dengan surat perjanjian yang kamu tanda tangani?" sahut Afan.

    "Kenapa aku begitu mudah mempercayainya. Tanpa kubaca detail aku menandatanganinya. Betapa bodohnya aku...betapa cerobohnya aku...aku tidak tahu isi keseluruhannya Mas Afan!" sesalnya pada dirinya sendiri.

   "Ishita, aku berjanji akan melindungimu, juga bayi kembar kita. Kamu tidak usah takut!" hibur Afan sambil membelai rambut Ishita dengan tangan kirinya.

    "Harusnya aku menyadari saat tanganku menyentuh bibirnya tadi pagi, hatiku berkata kalau dia suamiku. Sore tadi saat aku terjatuh dalam pelukannya, aku mencium aroma tubuhnya, dan hatiku berkata kalau itu adalah aroma tubuh suamiku. Kenapa aku tidak yakin pada diriku sendiri. Meskipun sebenarnya Allah sudah memberiku petunjuk?" sesalnya dalam hati. "Orang yang selalu menjagaku sebagai sahabat, ternyata adalah suamiku. Kehidupan macam apa yang sedang kualami ini? Bahkan sinetron pun tidak sepelik ini?" lanjutnya masih melamun.

Apakah Ishita bisa memaafkan Ahem? Dan apakah Ishita bisa menerima Afan?

    Bersambung.....

    

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Roesaline
makin seru Lo ...
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Istri Simpanan Sang CEO   87. Akhir Cinta Sejati

    Indrayana dengan menahan geram dan benci menatap Ahem dan Ishita bergantian. "Jangan sakiti dirimu sendiri, Sayang! Hanya demi lelaki tak punya hati dan pelakor murahan seperti dia! Biarkan papa yang melakukannya, anakku!" Indrayana menenangkan Intan. "Tidak Pa, biarkan aku mati bersama anak kesayangannya ini!" ujar Intan masih mencengkeram Saga dan perlahan melangkah mundur. "Berhenti, Mbak! Hati-hati jangan lakukan itu! Bicaralah apa yang harus aku lakukan, katakan!" teriak Ishita tercekam panik. "Apa kamu saja yang melompat dari sini, menggantikan anak kamu?" tawar Intan. "Kamu gila ya! Kenapa tidak kamu saja yang melompat sendiri?" sahut Affan berteriak. "Oh ya kamu masih hidup, Affan? Lantang sekali suara kamu, udah sehat?" tanya Indrayana mengejek. "Malang sekali Intan punya orang tua sebengis kamu, tidak salah kalau Intan menjadi seperti itu, ternyata karena mencontoh orang tuanya," olok Affan. "Biarkan aku

  • Istri Simpanan Sang CEO   86. Yang Mana Cinta Sejati

    Ahem menatap Affan dengan kebencian yang ditahan. Dia tidak bisa melihat orang yang paling dicintai ada di dekatnya. Tapi Ahem melihat semua mata tertuju padanya, dia merasa harus bisa mengendalikan perasaannya. "Kabarku, baik," jawab Ahem sambil menyambut tangan Affan. "Kamu sendiri kelihatannya sehat-sehat saja," lanjutnya. "Iya beginilah," jawab Affan asal. "Bagaimana keadaanmu, Kak Nazim? Maaf kamu jadi menderita gara-gara keluargaku," kata Ishita lembut. "Jangan begitu, Ishi! Selamat ya, semoga kamu bahagia," ucap Nazim. "Terima kasih, Kak Nazim." Ishita kikuk akan menyapa Ahem, tapi karena dia adalah tamu yang datang belakangan, harusnya dia menyapa semuanya tanpa terkecuali. "Kak Ahem, kok sendirian? Dimana Bella dan Arjun?" tanya Ishita basa-basi tanpa berani menatap wajah Ahem. "Ada di rumah," jawab Ahem datar, juga tanpa melihat wajah Ishita. Kini hubungan mereka tiba-tiba terasa dingin dan asing seper

  • Istri Simpanan Sang CEO   85. Akad Nikah

    Affan masih tertegun menatap Ishita yang kelelahan mengangkat baju pengantin yang panjang. Wajah cantik dan bersinar cerah bagai mutiara, membuat Affan tertegun penuh kekaguman. "Baik, kalau memang kamu menginginkan pernikahan ini dibatalkan. Aku akan menghubungi Wahyu dan kawan-kawannya agar mengatakan ini kepada tamu dan penghulu. Aku tidak mau mereka menunggu lama," hardik Ishita emosi. "Biar Pak Wahyu segera mengabarkan kepada Kak Ahem tentang batalnya pernikahan ini, biar puas dia," ujar Ishita sambil mencet telepon kepada Wahyu. "Iya Nyonya?" jawab Wahyu setelah telepon Ishita diangkat. "Pak Wahyu, tolong ...," "Hentikan Ishi!" sahut Affan berteriak. "Kita menikah, sekarang!" lanjutnya pelan sambil menatap Ishita penuh penyesalan. "Kamu yakin?" tanya Ishita ragu, kemudian menutup telepon dengan Wahyu. Perlahan Affan menghampiri Ishita kemudian mbopongnya menuju mobil. Ishita membiarkan Affan membuktikan kesungguhannya. Dia

  • Istri Simpanan Sang CEO   84. Pernikahan Yang Tertunda

    Asisten pribadi Affan membantu mengurus acara pernikahan Affan dan Ishita. Affan sudah bisa berjalan layaknya orang sehat. Apalagi di balik tubuhnya yang kuat dan kekar siapa menyangka dia punya penyakit yang mengintai nyawanya. "Tuan Affan, semua persiapan pernikahan sudah selesai. "Baiklah, terima kasih, Ali," jawab Affan. "Duduklah, Mas Affan! Kamu jangan sampai capek!" pinta Ishita. "Kamu jangan memperlakukan aku seolah aku sedang sakit, Ishi! keluh Affan. "Iya udah, yang penting kamu harus bahagia, Mas Affan. Kita sebentar lagi menikah?" ujar Ishita. "Tapi kamu sendiri bahagia juga kan?" tanya Affan penasaran. "Ya iyalah, sangat bahagia," sahut Ishita. "Menurut kamu perlukah anak-anak tahu tentang pernikahan kita ini?" tanya Affan. "Kayaknya tidak perlu deh, Mas, kan mereka tahunya papa dan mamanya suami istri. Tahu-tahu baru menikah kan menjadi tanda tanya mereka?" jawab Ishita. "Benar juga s

  • Istri Simpanan Sang CEO   83. Pertemuan Affan dan Ishita di Singapura

    Satpol PP mengirim Nazim ke rumah sakit, Kini dia terbaring tak berdaya dengan luka bakar di tubuhnya. Ishita mengetahui dari berita media sosial maupun berita di televisi. Ditemani Wahyu dan anak buahnya, Ishita menuju rumah sakit. Dia melihat Nazim tergolek tak berdaya. Dari jendela kaca Ishita hanya bisa memandangnya. "Kak Nazim, bagaimana keadaan anak-anakku?" gumam Ishita lirih. "Dimanakah mereka, Kak Nazim?" lanjutnya. Ishita masih terpaku, dia tidak menyangka kepulangannya ke Indonesia akan menemui masalah seberat ini. Ishita juga sedang memikirkan Affan yang harus menyembunyikan sakitnya karena tidak mau membuatnya bersedih. "Bagaimana keadaanmu, Ishi?" tanya Ahem yang tiba-tiba sudah berdiri di belakang Ishita. Ishita terdiam bergeming, dia tidak mau menatap mata Ahem. Dia tidak mau hatinya akan luluh dan melupakan Affan yang sudah banyak mempertaruhkan hidupnya. "Aku baik. Kapan semua ini berakhir, Kak Ahem? Semua ini bermula

  • Istri Simpanan Sang CEO   82. Keluarga Baru

    Tifa berdiri di dekat orang-orang yang nongkrong di pagar lokasi pemakaman Cina. Langkahnya terhenti, dia tidak jadi masuk ke lokasi dimana Nazim berbaring sakit. "Kak mau tanya, apa yang kakak ceritakan itu orang yang sedang sakit di bangunan putih dan hijau itu?" tanya Tifa sambil menunjuk ke arah sebuah bangunan yang lumayan bagus. "Iya betul seorang lelaki yang sakit di bangunan itu tadi diciduk Satpol PP,' ujar salah seorang diantaranya. Tifa sambil mengedarkan pandangannya, takut kalau ada poster yang menempel yang mengumumkan sayembara untuk menemukan dirinya. Dengan penasaran Tifa tetap menempuh jalan setapak menghampiri gubug itu. Betapa terkejutnya Tifa, dia mendapati tempat itu sudah kosong. "Om Nazim ...!" tangisnya memanggil. "Dimanakah kamu? Harusnya aku tidak meninggalkan kamu sendirian," lanjutnya. "Kamu mencari siapa, Nak?" tanya seseorang yang sedang membersihkan makam itu. "Saya mencari Om Nazim, dia om saya se

  • Istri Simpanan Sang CEO   81. Sayembara Dari Ahem

    Ahem sudah tidak mau lagi bertemu dengan Intan semenjak Bella mengirimkan rekaman video itu. Ahem bersama Bella tinggal di rumah yang dibeli Ahem untuk Ishita. Beberapa bodyguard mengamankan rumahnya. Hendrakusuma dan Wina ikut tinggal bersama karena mengawasi Bella dan merawat Ahem. Karena kecelakaan itu Ahem terkena gegar otak ringan. Tapi kini sudah berangsur membaik. Kabar mengenai Nazim dan Saga serta Tifa belum juga ada titik terang. Tapi Ahem sedikit lega karena mereka selamat dari rencana pembunuhan Intan dan Indrayana. "Kumpulkan semua bukti kejahatannya untuk menjerat mereka ke jalur hukum, Ahem," usul Hendrakusuma. "Iya Pa, kita bisa mencari celah agar saat dia melakukan kejahatan kita menangkap basah, sehingga dia tidak bisa berkelit dan hukuman yang berat menanti," ujar Ahem bersiasat "Pa, kenapa mama Ishi belum kembali bersama Saga dan Tifa?" tanya Bella sedih. "Sabar ya sayang, mama sama Om Wahyu masih mencari Om Naz

  • Istri Simpanan Sang CEO   80. Lolos Dari Rencana Pembunuhan.

    Ahem membuka video yang dikirim Bella ke ponselnya. Ternyata pembicaraan antara Intan dan Indrayana. "Pa, hidupku dalam bahaya kalau Ishita dan anaknya kembali. Singkirkan mereka secepatnya, Pa! Semua Pa, tanpa ampun, meskipun si bocah cacat yang merepotkan itu juga," pinta Intan dengan geram. "Mereka sudah menemukan persembunyiannya, kamu jangan khawatir, serahkan semuanya kepada papa!" ujar Indrayana. "Apa yang papa rencanakan?" tanya Intan. "Anak buahku membakar rumah yang ditempati mereka. Aku yakin sebentar lagi mereka terpanggang di dalamnya." jawab Indrayana. "Kalau di depan mamamu kamu jangan kelihatan membenci Affan, bagaimanapun dia adalah keponakannya," pesan Indrayana. "Iya Pa, saya mengerti," jawab Intan dengan lirih penuh siasat. "Biarkan Affan mati dengan sendirinya, kanker darah itu dengan sendirinya akan membunuhnya," ujar Indrayana. Sambil tersenyum puas. "Apa? Jadi Affan terkena kanker darah?" Ahem te

  • Istri Simpanan Sang CEO   79. Memory Yang Telah Kembali

    Akhirnya rasa kemanusiaan bisa mengalahkan kekhawatiran akan keselamatan anak-anaknya. Ahem yang terkapar tak berdaya membuat Ishita luluh. "Bagaimanapun dia adalah mantan suamiku, pasti dulu aku pun mencintaimu, kamu ganteng dan kaya,' batin Ishita. "Pak, bantu aku bawa ke rumah sakit ya? Nanti aku bayar tiga kali lipat," pinta Ishita kepada sopir taksi. "Tapi kepalanya banyak darahnya, Mbak, takutnya nanti kena jok mobil susah dibersihkan," kata sopir taksi ragu. "Jangan khawatir kepalanya aku pangku, lagian ada kain untuk bantalan kok," ujar Ishita meyakinkan. "Tapi tolong hati-hati ya, Mbak," pesan sopir taksi. "Jangan khawatir, Pak, aku janji!" jawab Ishita. "Pak, jangan berlebihan deh, bayangkan dia adalah keluargamu!" teriak salah seorang diantara mereka. "Iya Mas, baik aku tolong! Jangan nyumpahi gitu dong! Ayo bantu masukin ke mobil!" pinta sopir taksi kemudian. Begitu Ahem dibawa masuk ke taksi kepalan

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status