Share

4. Cari Orang yang Lebih Baik

Fathul tertegun. Kapan wanita itu menyetujuinya? Bukankah sejak tadi dia diam saja?

Diliriknya Raihanah yang duduk di ujung sofa. Bibirnya tidak bergerak sedikit pun. Fathul mengernyit ragu. Harusnya perempuan itu protes dan menyangkal habis-habisan. 

Beberapa pasang mata yang terfokus padanya menanti jawaban Fathul. Dengan tarikan napas yang cukup kencang, dengan tegas Fathul membuka bibirnya.

“Saya tidak bisa.”

Siapa yang mau menyetujui ide gila dari orang sekarat yang hendak mati? 

Ustadz Ridwan mengangguk paham. “Memang seharusnya begitu. Aku pun berpikir keputusan Lukman tidaklah dipikirkan secara matang. Namun, perbincangan kami beberapa hari yang lalu, membuatku cukup mengerti alasan Lukman ingin kau menikahi Raihanah setelah masa iddahnya selesai.”

Memangnya apa alasannya? 

Fathul hanya berpikir, untuk yang terakhir kalinya, Lukman ingin memberinya sumbangan, berupa perusahaan yang akan bangkrut, barang bekas yang tak lagi dia inginkan atau warisan yang tidak bernilai. Namun, pria itu malah memberinya seorang istri yang tak lagi bisa dia jaga. 

Bolehkan dia berpikir bahwa wanita itulah yang disumbangkan Lukman untuknya? 

“Waktu itu Raihanah sempat hamil ketika tiba-tiba Lukman divonis menderita kanker. Sudah tiga bulan. Betul ‘kan, Hanah?”

Raihanah mengangguk dalam tundukan kepalanya. Fathul merasakan aliran darahnya memanas. Sambil menunggu lanjutan cerita Ustadz Ridwan, ia mengepalkan tangan. Jadi, sejauh apa dia akan dimanfaatkan?

“Raihanah yang ketakutan dan panik, ditambah harus merawat Lukman jadi keguguran. Sejak saat itu, Lukman merasa bersalah. Dalam kesakitannya, ia ingin menebusnya dan membuat Raihanah bahagia. Setidaknya, dia ingin ada yang menjaga Raihanah dan memimpinnya.”

“Saya bukan orang yang tepat untuk itu.” Jadi, lagi-lagi dia dimanfaatkan atas dasar rasa bersalah? 

“Hanya kau pria yang sangat dikenalnya. Kau satu-satunya saudara dan orang yang dia percaya, Nak Fathul.” 

“Dia bisa mencari orang yang lebih baik dari saya.”

Sebab sejak dulu, Lukman tidak pernah menganggapnya baik. Dia hanyalah seorang anak dari ibu yang sudah diam-diam menikah dengan ayah Lukman. Anak kurus ceking kekuarangan gizi yang patut dikasihani.

“Menantuku bukan barang! Dia tidak bisa dioper ke sana kemari.”

Fathul menatap Ramlah datar. Tatapan wanita itu disisipi kebencian.

“Pikirkanlah dengan matang, Fathul. Aku tidak bisa memaksamu. Kau berhak menolak. Sebab tidak semua amanat mesti dituntaskan jika memang itu membuat orang yang menerimanya tersiksa. Namun, kau bisa memberi dirimu waktu untuk berpikir lebih jauh lagi.” 

*** 

Fathul kembali ke apartemennya, apartemen yang dia sewa sejak diangkat naik jabatan setahun yang lalu. Tempat itu terasa kosong. Di ruang tengah yang harusnya diisi sofa dan televisi kosong melompong. 

Dengan cat dinding berwarna abu-abu gelap yang suram. Apartemen ini sejujurnya tidak cocok untuk ditinggali seorang istri. Fathul melangkah ke dapur, membuka kulkas untuk mengambil satu botol air mineral dari sekian banyak botol yang memenuhi ruangan pendingin itu. 

Dia hanya punya air mineral di dalam kulkas. Dapur pun terasa kosong. Dia tidak membeli peralatan masak apa pun karena dirinya hanya menyempatkan waktu makan di luar atau di kantor. Itu lebih efektif ketimbang memasak mie instan setiap hari. 

Wanita bernama Raihanah itu bisa apa jika tinggal di tempat ini? Apartemen yang barangkali hanya seluas ruang tamu rumah Malik. Tidak ada apa-apa di dalamnya. Dia juga sekadar manajer biasa di perusahaan biasa. Mana bisa menafkahi wanita yang terbiasa hidup mewah di rumah Malik? 

Dan lagi, Fathul tidak mengenalnya. Dia tidak tahu apa-apa soal Raihanah kecuali fakta bahwa perempuan itu adalah istri Lukman. Dia pun tidak berniat menikah dalam waktu dekat, apalagi dengan wanita yang pernah menjadi istri Lukman. 

Ia membuang botol airnya yang sudah kosong. Sambil membuka kancing lengan kemeja hitamnya, Fathul meninggalkan dapur lalu masuk ke kamar. Tidak bisa membayangkan jika akan ada perempuan asing yang satu kamar dengannya. 

Catnya yang berwarna hitam, juga seprei hitam tanpa motif dan ranjang yang tidak begitu luas tidak cocok ditinggali seorang wanita. Lemari kecil yang penuh, serta plafon berwarna gelap yang suram. 

Kebahagiaan apa yang bisa didapatkan Raihanah di rumah ini?

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status