Home / Rumah Tangga / Istri Tawanan Abdi Negara / Bab 60 - Hangat Membara

Share

Bab 60 - Hangat Membara

Author: ekaphrp
last update Last Updated: 2025-09-09 21:32:13
“Kenapa curi start?”

Satu pertanyaan melesat dari bibir Yudha. Tangannya bertumpu di atas wastafel. Tepatnya, di sisi kanan dan kiri sang istri. Tubuh itu condong, membuat jarak di antara mereka kian terkikis sempurna. Wajah keduanya hanya berjarak satu jari. Bahkan, Tavisha bisa merasakan hembusan napas hangat itu menyapu wajahnya.

“Cu-ri … start?”

Tavisha bingung, tapi ia cukup dewasa untuk memahami kalimat suaminya.

“Hmmmm,” gumam Yudha.

“…”

“Seharusnya saya buat kamu rileks.”

Perempuan itu tersipu. Ia tertunduk malu. Bibirnya terkatup. Entah mengapa tiba-tiba saja jantungnya berdetak tak karuan. Apalagi, melihat tatapan Yudha seperti tengah memangsa.

Sementara Yudha, tetap tak bergeming. Mengamati ekspresi sang istri yang tersipu malu membuatnya ingin semakin menggoda. Tangan kirinya masih menekan wastafel, sementara tangan kanan menahan dagu istrinya yang tertunduk. Tatapannya dalam, seolah tak ingin memberi ruang untuk berkelit.

“Kalau ada yang buat kamu rileks,” suaranya merend
ekaphrp

Ini mereka ga inget ditungguin sarapan kali ya? Wakkakak. Coba komen, gem, dan rating yang baik-baik. Terima kasih yang sudah menunggu update-an.

| 12
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (16)
goodnovel comment avatar
Shafeeya Humairoh
aku yg ngap wehhh susah napas... pasti bu dahlia paham klo mereka lama, tapi sarapannya keburu dingin ya
goodnovel comment avatar
Viva Oke
lama banget sih foreplay nya....keburu kedinginan di dalam kamar mandi.
goodnovel comment avatar
Imas Patimah
dibuat rileks nya di kamar mandi biar sambil disenangin ya Yudha, pinter banget sih kmu
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Istri Tawanan Abdi Negara   Bab 76 - Rapuh dan Tak Berdaya

    Yudha membiarkan tangis itu pecah. Ia membiarkan perempuan rapuh dan tak berdaya itu meluapkan segala kesedihannya melalui tangisan. Ibunya bilang, perempuan hamil itu perasaannya sangat sensitif. Ia bisa menangis hal-hal bahkan sekecil apapun. Apalagi Tavisha yang tengah menghadapi badai besar dalam hidupnya. Setelah lama menunggu, tangis itu akhirnya berubah jadi sebuah keheningan. Yudha menilik sang perempuan yang tengah berada dalam pelukan. Tak ada suara selain deru napas teratur. Yudha bisa menebak bahwa perempuan itu sudah tertidur. Ia pun menyelipkan tangannya ke celah leher dan kaki sang perempuan. Kemudian berdiri membopongnya menuju ranjang.Dengan sangat hati-hati, Yudha meletakkan sang istri, seakan takut membuatnya terbangun. Setelahnya, ia menyingkap rambut dan mengusap sisa air mata yang ada di kelopaknya.“Maafkan saya Tavisha.”“…”“Saya menyayangi kamu lebih dari apapun.”“…”Ungkapan hati seorang Yudha yang tak pernah secara jelas terucap di hadapan istrinya. Ia

  • Istri Tawanan Abdi Negara   Bab 75 - Yang Terpendam

    Ketika kembali ke kediamannya, Yudha mendapati sang istri lagi-lagi merenung di ujung jendela kamar. Tatapannya kosong sambil memeluk kedua kakinya. Ada perasaan sesak saat dirinya harus melihat keadaan Tavisha yang semakin hari semakin menyedihkan. Ia tidak ingin psikologis perempuan itu terganggu. Terlebih ada bayi dalam kandungannya yang harus mendapatkan perhatian lebih. “Tavisha?” Yudha mendekat, duduk di hadapan perempuan itu. Jemarinya menarik sofa sang istri agar lebih dekat. Kemudian menelaah setiap guratan yang tampak di wajah. “Ada apa?” tanya Yudha, suaranya rendah nyaris tanpa ekspresi. “...” Namun yang ditanya lagi-lagi tak memberinya jawaban. Yudha hampir frustasi. Ia tidak pernah melihat sisi Tavisha yang sebegini rapuh. Dan itu—membuat dirinya merasa bersalah. Bukan hanya karena ia tidak bisa menenangkan hati perempuannya. Tapi, ia sadar. Sebagai abdi negara, ia tidak bisa selalu menemani Tavisha. Bahkan, jika ada operasi yang mengharuskannya pergi, ia tidak bi

  • Istri Tawanan Abdi Negara   Bab 74 - Melawan Takdir

    Setelah melihat keadaan istrinya, Yudha memutuskan untuk secara terang-terangan mendatangi sang ayah di kediamannya. Sore itu, Yudha tiba di kediaman Dirgantara ketika langit mulai meredup. Hanya menyisakan cahaya jingga yang mengitari halaman. Lantas, ia turun dari mobil, menutup pintu tanpa suara berlebih.Kali ini, langkahnya terasa begitu berat. Terlebih, saat ia mulai melewati pintu utama. Yudha kembali berpikir, kapan terakhir dirinya berbicara serius empat mata dengan sang ayah? Ah, ia pun teringat saat makan malam terakhir di kediamannya. Ketika, Tavisha pertama kali menyebut operasi langit merah dalam acara makan malam tersebut. Bagi Yudha, sang ayah bak bayangan tegas dalam hidupnya. Pria penuh wibawa itu, nyaris tak tersentuh oleh apapun. Pintu dibuka oleh seorang asisten rumah tangga. Begitu melihat Yudha, wanita paruh baya itu buru-buru menunduk. “Selamat sore, Tuan Muda.” “Bapak ada di dalam?” “Ada. Beliau di ruang kerja.”Yudha mengangguk, lalu melangkah masuk. Ruma

  • Istri Tawanan Abdi Negara   Bab 73 - Menjadi Asing

    Setelah semua riuh pertengkaran mereda malam itu, rumah besar keluarga Tandjung tenggelam dalam kesunyian. Dokter sudah pulang, meninggalkan pesan agar Tavisha banyak beristirahat. Seisi rumah pun berangsur hening. Namun, Yudha tidak lekas meninggalkan kediaman itu. Ia duduk di ruang tamu cukup lama, punggungnya bersandar pada sofa dengan pandangan kosong. Rasanya ia masih mendengar suara lirih Tavisha, kalimat-kalimat getir yang menuduh sekaligus menolak kehadirannya. Kepalanya berat, tapi setiap kali menutup mata, wajah pucat istrinya yang tak sadarkan diri kembali muncul. Akhirnya, Yudha memilih tidur di kamar tamu. Lampu sengaja tidak dimatikan. Tubuhnya berbaring, tetapi pikiran terus berkelana. Tentang rahasia yang belum ia buka, tentang kenyataan kehamilan yang baru diketahuinya, juga tentang kemungkinan kehilangan kepercayaan Tavisha sepenuhnya. Di kamar utama, Tavisha terjaga. Tubuhnya lemah, tapi ia tidak bisa memejamkan mata. Pandangannya sering beralih ke pintu, menunggu

  • Istri Tawanan Abdi Negara   Bab 72 - Saling Melindungi atau Menghancurkan?

    “Jawab aku, Mas! Bapak kamu yang ngebunuh Mama, ‘kan?!” tanya Tavisha dengan nada berapi-api. Tatapannya menusuk tajam. Suaranya menggelegar hebat dengan sisa tangisan yang belum sepenuhnya reda. Yudha menahan napas. Tubuhnya kaku seolah terhantam oleh kenyataan. Kata-kata itu terlalu berat untuk dijawab, tapi diam justru membuatnya terlihat lebih bersalah. “Itu tidak benar,” ucap Yudha, lirih. “Kalau nggak benar, mana buktinya?!” Tavisha menekan suaranya. “Kenapa kamu selama ini nutup-nutupin, Mas? Kenapa kamu melarang aku buat cari tahu? Apa karena takut aku bongkar aib keluarga kamu?” “Bukan begitu.” Yudha menggeleng cepat, mencoba mendekat. “Saya cuma—” “Cuma apa?” Tavisha mundur selangkah. “Cuma memilih jadi anak baik buat bapaknya, sementara aku kehilangan Mama tanpa tahu siapa yang membunuhnya?!” Nada getir itu menggema di ruangan kaca. Napas Tavisha memburu, dadanya naik turun tak teratur. Sedangkan Yudha berusaha menjaga nada suaranya tetap rendah. “Saya tidak perna

  • Istri Tawanan Abdi Negara   Bab 71 - Fakta Mengejutkan

    Yudha masih memandang dokumen itu seraya menimang. Haruskah ia membukanya disana? Bagaimana kalau tiba-tiba ada yang datang memergokinya? Setelah menimang cukup lama, ia melangkah ke depan pintu, mengunci dan menutup jendela. Rasa penasaran yang membuncah tak bisa ia lawan. Alhasil, Yudha memilih membuka dokumen tersebut. Perlahan jemarinya mulai membuka perekat, menarik dengan sangat hati-hati seakan barang itu terlalu berharga untuk di rusak. Ya, memang benar. Karena dokumen itu satu-satunya yang bisa memberi petunjuk tentang operasi langit merah. Amplop itu kini terbuka sepenuhnya. Yudha menarik pelan berkas yang terlampir di dalam sana. Jemari lihai dengan mata yang terus memindai. Kertas-kertas itu menghentak jantungnya. Lembaran putih bertinta hitam tersebut bukan sekadar laporan biasa. Ada cap rahasia berwarna merah, tanda tangan pejabat tinggi, serta catatan pinggir yang seakan ditulis buru-buru. Yudha menekuri setiap baris, matanya menyapu dengan fokus yang tak pernah ia

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status