Share

Bab 9 - Si Rapuh

Author: ekaphrp
last update Last Updated: 2025-07-18 12:46:59
Malam semakin larut bersama keheningan yang menusuk. Setelah kepergian Yudha ke kamarnya, Tavisha hanya membeku. Lampu ruang tamu tetap menyala, meski tak ada suara televisi yang sejak tadi hanya menjadi latar bisu. Napasnya memburu, dadanya sesak oleh kalimat terakhir yang terdengar begitu jelas. Tajam seperti pecahan beling yang menghujam tanpa ampun.

“Cemburu bukan bagian dari kontrak kita.”

Kalimat itu terngiang kembali dan langsung menusuk tepat di hatinya. Memang benar. Pernikahan mereka hanya sebatas kontrak.

Kontrak—satu kata yang membangunkan Tavisha dari kenyataan pahit. Bahwa mereka tidak akan pernah terikat. Memang itu yang ia inginkan sejak awal. Tapi, tidak bisakah Yudha bersikap sedikit lebih lembut? Ia tahu, pria itu terlahir dari darah seorang abdi negara. Didikannya mungkin keras. Tapi, Tavisha tidak bisa jika harus diperlakukan kasar. Hatinya rapuh. Hanya saja, selama ini ia tutupi dengan segala sikap tantrumnya. Karena dengan begitu—orang lain tidak akan memandang
ekaphrp

Gimana epidose kali ini? Percayalah, Yudha tidak sejahat itu. Dan Tavisha tidak semenyebalkan itu. Tunggu tanggal main bagaimana mereka saling jatuh cinta, ya. #eaaak Ikuti terus, jangan lupa kasih gem, komen tiap bab, dan ulasan. Makasih

| 3
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (18)
goodnovel comment avatar
Dhiyah
Sm2 mengedepankan ego masing2 ni yudha sm tavisha. Yud, tlglah agak lembut sedikit. Bagaimanapun dia butuh perhatian yud. Kalo kalian msh sm2 mengedepankan ego, nggk kan ada jln keluar yg baik. Cayalah….hehehe…..
goodnovel comment avatar
Shafeeya Humairoh
cara mendidik yg beda bakal memhasilkan output yg beda juga, mungkin dengan sedikit perhatian dr yudha tavisha bisa lebih bijak yg pasti tavisha tangki kasih sayangnya kosong, hidupnya susah diatur papanya makanya rada2 gitu keknya tugas yudha ini untuk membuat tavisha bijak dl berpikir n bertindak
goodnovel comment avatar
Shafeeya Humairoh
sepertinya mereka saling kosong dan ingin ada yg mengisi satu sama lainnya tapi masih mengedeoankan ego gimana bisa bersama klo gini hanya irang asing dlm satu atap
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Istri Tawanan Abdi Negara   Bab 13 - Mulai Mencair

    “Pernah dengar Operasi Langit Merah?” tanya Tavisha, lirih tapi mantap. Tak ada sahutan dari sosok pria di hadapannya. Yudha—nyaris seperti bongkahan es yang membeku. Bibirnya sedikit berkedut. Namun, tatapannya tetap tak terbaca. Tavisha yang melihat itu hanya bisa menerka—apa ada yang salah dari pertanyaannya? “Gue baca-baca literature sebelumnya, kejadian itu tepat sepuluh tahun yang lalu. Mungkin, lo ikut saat operasi itu berlangsung?” Pertanyaan itu semakin membuat Yudha membeku. Seolah ada luka lama yang kembali menganga. Kesakitan yang tak pernah dirasa, kini begitu menyiksa. Kepalan tangan diatas meja, rahang yang semakin mengeras—membuat atmosfer ruangan seketika memanas. “Hei? Lo dengar gue, ‘kan?” Tavisha melambaikan tangan di depan wajah pria yang kini membisu. Entah apa yang ada dipikiran Yudha saat itu. Tavisha hanya ingin bertanya untuk menggugurkan rasa penasarannya saja. Tapi yang ia dapati, Yudha justru melamun. “Ya, kalau lo nggak mau jawab … juga nggak apa-a

  • Istri Tawanan Abdi Negara   Bab 12 - Sekadar Formalitas Saja

    Tavisha membeku kala mendengar ucapan yang baru saja terlontar dari bibir suaminya. Apa katanya? Saling mengenal? Diam-diam Tavisha tersenyum tipis. Lebih tepatnya mengejek. Mana ada seorang pria yang mengajak lebih dekat dengan tatapan dingin dan ucapan datar seperti itu? Ah! Sepertinya Tavisha harus belajar bahasa kalbu agar bisa mengetahui apa maksud Yudha mengajaknya untuk lebih saling mengenal. “Gue nggak salah dengar?” Dari sekian banyak kalimat yang bisa ia lontarkan, hanya kata-kata itu yang terekam di otaknya. Tavisha ini … tipikal perempuan yang sulit dimengerti. Ya, walau sebagian banyak perempuan juga berlaku sama. Tapi, Tavisha ini memang sungguh extraordinary orangnya. “Memang ada yang salah dari ucapan saya?” “Ya … nggak ada sih.” Tavisha berdehem, memalingkan wajah sejenak karena tatapan Yudha saat itu sungguh sulit ditebak. Sorot mata yang tajam bersamaan dengan rahang mengeras, membuat Tavisha berpikir—ucapan itu hanya basa-basi semata. Entahlah, mengapa s

  • Istri Tawanan Abdi Negara   Bab 11 - Mari Saling Mengenal

    Saking tidak pernah berkomunikasi, Tavisha bingung ketika ada pesan masuk dari nomor tak dikenal. Ia pun membaca sekali lagi pesan tersebut. Barulah ia ingat kalau Yudha, suaminya—akan menjemput jam delapan malam. Sungguhan selama hampir dua minggu tinggal satu atap, Tavisha baru ingat kalau dirinya belum menyimpan kontak pria itu. Tavisha buru-buru menekan tombol save kontak dengan nama yang begitu kaku, Barathayudha Dirgantara. Jauh dari realita bahwa mereka sepasang suami istri. Dengan tergesa Tavisha bangkit dari duduknya. Ia meraih tas lalu berpamitan pada Samuel. “Eh, Sam. Gue kayaknya duluan deh. Sorry gue tinggal. Bye!”“Lho, memang sudah selesai?” “Lanjut besok. Gue udah di jemput. Tavisha pun langsung berjalan keluar gedung tersebut. Samuel yang melihat kepanikan dalam diri sahabatnya hanya bisa menggelengkan kepala. Langkah kaki Tavisha menyusuri koridor yang sudah mulai lengang. Tak ada ketakutan sedikitpun dari raut wajahnya, meskipun ia seorang perempuan. Pasalnya, i

  • Istri Tawanan Abdi Negara   Bab 10 - Si Paling Susah Ditebak

    Atmosfer di meja makan itu seketika membeku kala tatapan dingin Yudha tertuju pada perempuan di sisi kanannya. Koran sudah diletakkan di meja. Dan pandangan Yudha sudah sepenuhnya terarah pada Tavisha—perempuan yang tampak gugup. Bahkan, wajahnya bak kepiting rebus, karena menahan batuk akibat tersedak sereal. “Ada yang mau kamu bicarakan?” tanya Yudha, memastikan kembali. Tavisha meraih gelas di hadapannya, meneguk perlahan lalu memandang sepenuhnya ke arah pria tersebut. “Gue ….” Bibir itu menjadi kelu. Entah mengapa, rasanya sangat sulit untuk berbicara sedikit lebih lembut dengan pria di hadapannya. Tavisha, tidak ingin menunjukkan kelemahannya. Apalagi setelah ia menangis semalaman. Teringat bagaimana sikap dingin pria itu yang menyudutkan. Bahwa dirinya tidak bisa menjadi istri yang menjaga martabat sang suami. Sungguhan, jika bukan karena menghargai Dahlia sebagai ibu mertuanya—mungkin Tavisha akan bersikap semena-mena pada pria di hadapannya itu. “Iya, kamu kenapa?” tan

  • Istri Tawanan Abdi Negara   Bab 9 - Si Rapuh

    Malam semakin larut bersama keheningan yang menusuk. Setelah kepergian Yudha ke kamarnya, Tavisha hanya membeku. Lampu ruang tamu tetap menyala, meski tak ada suara televisi yang sejak tadi hanya menjadi latar bisu. Napasnya memburu, dadanya sesak oleh kalimat terakhir yang terdengar begitu jelas. Tajam seperti pecahan beling yang menghujam tanpa ampun. “Cemburu bukan bagian dari kontrak kita.”Kalimat itu terngiang kembali dan langsung menusuk tepat di hatinya. Memang benar. Pernikahan mereka hanya sebatas kontrak. Kontrak—satu kata yang membangunkan Tavisha dari kenyataan pahit. Bahwa mereka tidak akan pernah terikat. Memang itu yang ia inginkan sejak awal. Tapi, tidak bisakah Yudha bersikap sedikit lebih lembut? Ia tahu, pria itu terlahir dari darah seorang abdi negara. Didikannya mungkin keras. Tapi, Tavisha tidak bisa jika harus diperlakukan kasar. Hatinya rapuh. Hanya saja, selama ini ia tutupi dengan segala sikap tantrumnya. Karena dengan begitu—orang lain tidak akan memandang

  • Istri Tawanan Abdi Negara   Bab 8 - Cemburu Bukan Bagian dari Kontrak

    “Nak … Yudha memperlakukan kamu dengan baik, ‘kan?”Sebuah pertanyaan terlontar dan Tavisha sendiri tidak tahu jawabannya. Pria itu memang tidak kasar—setidaknya untuk saat ini. Tapi, melihat sikapnya yang dingin dan tidak terbaca, entah mengapa membuat hatinya terluka. Sejak remaja, ia sudah sering menghadapi sikap dingin ayahnya. Seolah, ia hanya anak yang perlu dijaga tanpa perlu diberikan perhatian. Padahal, Tavisha ingin lebih dari itu. Terlebih setelah ibunya meninggal dunia. Tavisha merasa benar-benar membutuhkan seseorang yang bukan hanya bisa sekadar menjaga, melindungi, dan memperhatikan keselamatannya. Jauh dari itu semua, ia butuh kasih sayang. Namun, Yudha tidak bisa berikan. Itu mengapa, jika ditanya—apakah pria itu memperlakukannya dengan baik? Tentu saja jawabannya, tidak. Bukan itu yang Tavisha inginkan. Tavisha yang tampak larut dalam lamunan membuat Dahlia akhirnya menyentuh pundak sang menantu. “Nak?” Tavisha menoleh dengan gelagat yang membingungkan. Tatapanny

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status