Share

Tawanan Pria Gila

Author: Cuwita
last update Last Updated: 2025-06-29 08:55:10

"I caught you."

Doorrr....

Suara senapan itu menggema di udara. 

Bruk....

Keola terjatuh, dia pingsan. Nancy yang tak jauh darinya segera menghampiri Keola dan menyandarkannya di pangkuan. Nancy menatap sinis kearah Jaeden yang berjalan begitu ringan tanpa ada rasa bersalah sedikitpun. 

"Jaeden apa yang kau lakukan, huh? Kau menakutinya." Nancy berteriak kencang, tetapi ocehannya sama sekali tidak membuat Jaeden takut. Justru pria itu terkekeh melihat reaksi Nancy yang berlebihan. 

"Aku hanya bermain-main dengannya."

"Dasar anak nakal."

"Aku sedang menangkap kelinci ini." Jaeden mengangkat kelinci yang sudah mati di tangannya. 

Satu pukulan mendarat di punggung Jaeden. Satu-satunya orang yang berani memukul bahkan memarahi Jaeden adalah Nancy. Wanita berumur hampir setengah abad inilah yang merawat Jaeden dari masih bayi, karena itulah Jaeden tidak pernah marah atau pun kesal terhadap Nancy karena dia sendiri menganggap Nancy seperti ibunya. 

"Jae kalau kau bersikap seperti ini tidak akan ada wanita yang mau menikah denganmu."

"Tapi dia harus menikah denganku meskipun dia tidak mau," balas Jaeden tenang. Tuan Jae yang dimaksud Nancy adalah Jaeden, sang pemimpin The Shadow wilayah timur. Jaedenlah yang hampir membunuh Keola tadi malam. 

"Dia harus menikah denganku agar dia aman."

Nancy terdiam, dia tidak menanyakan lebih maksud Jaeden. Dia tahu bahwa itu rahasia, Nancy tidak mau ikut campur urusan pekerjaan Jaeden. 

Jaeden mengangkat tubuh Keola dengan mudah, bahkan Jaeden berpikir tubuh Keola seringan kapas. Tubuh Keola yang kurus dan kecil, tidak sebanding dengan tubuh Jaeden yang besar dan kokoh. Mungkin saja Jaeden kuat mengangkat tiga Keola sekaligus. 

Keola merasa tubuhnya terguncang, dia membuka kedua matanya. Dia sadar, dia merutuki diri karena mudah sekali pingsan. Hanya saja yang membuatnya terkejut adalah dirinya digendong oleh pria yang hampir menembaknya. Keola meronta, dia memukul tubuh Jaeden berharap pria itu mau melepaskannya. 

"Turunkan aku!"

"Hei, apa kau tidak dengar? Cepat lepaskan aku!" Keola terus meronta, dia memukul dada bidang Jaeden sangat keras, tetapi tidak ada reaksi dari Jaeden. 

"Jika kau terus meronta, akan aku lepaskan dirimu dikandang harimau." Jaeden kembali menakuti, Keola pun terdiam.

"Ha-harimau? Memangnya ada harimau di sini?" Wajah Keola kian pias, jika pria itu memiliki senapan di tangannya, bisa saja ada harimau di kediamannya ini.

"Atau kau mau aku lempar ke kolam buaya?"

Keola semakin tertunduk, dia teringat kolam keruh tepat di depan mansion. Mungkinkah ada buaya di dalam sana? Keola mengeratkan pegangan di leher Jaeden. Pria itu tersenyum puas, dia telah menang beberapa kali menghadapi wanita ini. 

"Turunkan aku, aku bisa jalan sendiri."

"Jika aku turunkan, lalu kau akan kabur? Asal kau tahu, kau tidak akan bisa pergi dari mansion ini."

Keola menatap Jaeden, rahang tegas pria itu semakin menunjukkan kekejamannya. Keola semakin murka saat mengingat bahwa pria ini hampir saja membunuhnya. Tanpa basa-basi lagi, kepalan tangan Keola memukul keras leher Jaeden.

Dug....

"Aaarrkkhhh...."

Keola terbanting ke tanah, Jaeden tanpa sadar melepas gendongannya. Keola pun meringis kesakitan, terlebih tangan kanannya yang terluka. Keola bangkit, lalu mengambil kesempatan untuk kabur. Dia kembali menuju jalan yang tadi, menuju gerbang tinggi berwarna hitam yang ia yakini sebagai pintu keluar dari mansion ini. Setelah padang rumput yang luas itu, pasti ada jalan menuju jalanan kota. 

Sayangnya tetap saja dia kalah, langkahnya kecil tak sebanding dengan kaki Jaeden yang panjang sehingga pria itu dengan mudah membopong kembali tubuh Keola. Kini Jaeden semakin mengeratkan gendongannya agar Keola tidak bisa kabur. 

"Lepaskan aku!!! Mau apa sebenarnya kau, huh? Lepaskan, aku tidak mengenalmu dan aku tidak pernah berurusan denganmu!" Keola memukul punggung Jaeden. Rasanya dia memukul tembok kokoh, Jaeden tidak bergeming sedikit pun walaupun Keola memukulnya dengan memababi buta. 

"Hei bodoh, lepaskan aku. Dasar pria gila, seenaknya kau menyentuhku."

Keola dihempaskan begitu saja di atas ranjang kamar yang pagi tadi tempat ia membuka mata. Keola melindungi tubuhnya menggunakan bantal, dia melihat wajah Jaeden yang kian menakutkan. Pria itu semakin marah karena dua kali Keola berniat untuk kabur. 

Jaeden adalah pria yang harus Keola hindari, dia sama kejamnya seperti sang ayah yang berkelut dalam bisnis gelap. Ayah Keola pun menggerakkan suatu organisasi dalam lingkaran gelap, musuhnya pun bertebaran di mana-mana. Karena itulah Keola tidak pernah berniat sedikitpun saat ditawari sang ayah untuk menjadi pewaris usahanya. Meskipun begitu Keola sangat menyayangi ayahnya, begitu pun sebaliknya.

"Jangan macam-macam denganku. Orang tuaku akan menghabisimu dan juga anak buahmu jika tahu aku hampir dibunuh oleh kalian."

"Hahaha orang tuamu saja tidak bisa bergerak jika tahu orang yang menyakiti putrinya adalah aku," jawab Jaeden sarkas. Dia semakin tertarik dengan Keola karena nyalinya begitu besar berhadapan dengan Jaeden. 

"Keluargaku adalah orang berpengaruh. Pasti mereka sedang mencariku dan melacak keberadaanku." Keola tertawa sinis, dia yakin ayahnya tidak akan tinggal diam saat dirinya tidak memberi kabar."

"Tamatlah riwayatmu pria gila." Keola semakin membara, melihat wajah Jaeden dirinya muak. Hampir saja Keola meludahi wajah Jaeden itu. 

Jaeden tersulut emosi, Keola begitu berani mengatainya tepat di depan wajahnya sendiri. Tidak pernah ada yang berani menantangnya, bahkan menatap wajahnya saja siapapun di luaran sana akan menunduk. Jaeden harus memberi Keola pelajaran agar Keola tidak berani melawan ataupun membalas ucapannya. 

Ancaman Keola tidak membuat Jaeden gentar. Jaeden mendekat, sedangkan Keola semakin menutup tubuhnya.

"Mansion ini akan dijaga ketat, kau tidak akan bisa kabur dari sini."

"Aku bukan tawananmu, kita sama sekali tidak pernah saling mengenal." Keola bersungut kesal, amarahnya semakin membuncah.

"Sekarang kita sudah saling kenal bukan? Setelah ini dirimu tidak akan bisa menghirup udara segar lagi."  Jaeden mencengkeram dagu Keola, walau sakit Keola bisa berpura-pura biasa saja agar dia tidak semakin ditindas oleh pria gila di depannya saat ini. 

"Mulai detik ini kau akan jadi tawananku. Selamat datang di kehidupan baru yang kelam, Keola Rosendale." Wajah Jaeden mendekat seperti hendak mencium Keola. Namun, dengan cepat Keola memalingkan wajahnya.

"Jangan salahkan aku, tetapi salahkan ayahmu yang berani-beraninya menguji kesabaranku."

"Dasar pria gila."

"Terserah... Mulai sekarang kau akan menjadi milikku, selamanya...."

Jaeden beranjak, urusannya masih belum selesai. Dia mendapatkan sinyal bahwa James Rosendale sudah bergerak untuk mencari Keola. Jaeden akan memperketat seluruh penjagaan, Jika sudah memutuskan, Jaeden tidak akan mundur.

Dia akan menjadikan Keola sebagai tawanannya. Bukan hanya karena ingin balas dendam terhadap keluarga Rosendale, bahkan dia saja mengabaikan perintah dari aliansi untuk membunuh Keola dan memilih melindunginya, tetapi dia memiliki maksud terselubung yang ia simpan di dalam hati dan pikirannya. 

"Oh ya bersiaplah!" Keola menyipitkan kedua matanya sembari menatap Jaeden. "Sesegera mungkin kita akan menikah."

"Apa? Aku tidak sudi menikah denganmu." Lagi dan lagi Keola berlari untuk keluar dari kamar ini. Namun, Jaeden cekatan menangkap Keola dan membantingnya di atas ranjang.

"Kamu tidak akan pergi kemana-mana, kamu tidak akan bisa keluar dari kamar ini." Amarah Jaeden membuncah, Keola susah sekali untuk diatur. 

"Besok adalah waktu yang tepat untuk menikah. Beristirahatlah!"

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Istri Tawanan Pembunuh Bayaran   Nyawa Sahabatku

    "Ceritakan padaku, Key. Apa yang terjadi denganmu?"Keola menangis tergugu dalam pelukan sahabatnya. Tubuhnya gemetar, tangan dan kakinya sedingin es. Dia baru saja lepas dari maut mematikan. Ya... Akhirnya dia bisa jauh dari cengekeraman Jaeden. Keola tidak bisa membayangkan bagaimana jika dia terus berada dalam mansion itu, pasti dia akan gila. Galena memeluk erat tubuh Keola. Dia hanya bisa menjadi penenang, dan dia tidak ingin memaksa Keola untuk cerita apa yang telah terjadi dengannya. Jika Keola siap dia pasti akan membuka suara dan mencurahkan semuanya. "Tenanglah, kamu aman bersamaku." Galena yakin telah terjadi sesuatu sampai-sampai membuat Keola ketakutan seperti ini. Mungkinkah keluarganya atau teman kerjanya? Untuk sementara Galena hanya bisa menepuk punggung Keola agar tenang. "Bisakah kau menolongku? Aku ingin menelepon keluargaku," cicit Keola dengan isak tangisnya. Galena melepaskan pelukannya, dia menatap lekat kedua manik mata Keola. "Tentu saja." Galena bangki

  • Istri Tawanan Pembunuh Bayaran   Menaklukkan Benteng Tinggi

    "Tuan, Ketua menanyakan misi akhir kita kemarin." Dhruv menyela aktifitas Jaeden yang sedang membolak-balik sebuah dokumen. "Kau tidak melaporkannya?" Jaeden balik bertanya, keduanya saling pandang.Dhruv gelagapan seraya menggelengkan kepalanya. "Anda belum memerintahkan apapun....""Aku akan melaporkannya."Tampak Jaeden memijit pelipis, dia sedang mempertimbangkan sesuatu agar rencananya berjalan lancar. Dia tidak bisa melapor dengan tangan kosong. Dia harus memiliki bukti agar ketua mempercayainya. Untuk yang pertama kalinya Jaeden melanggar perintah dari sang atasan. Hanya untuk melindungi makhluk lemah yang ia temui. "Apa kau sudah siapkan?" Dhruv mengangguk sebagai tanda bahwa ia melaksanakan seperti apa yang Jaeden perintahkan."Apa sesuai kriteria?" Dhruv mengangguk lagi, dia tidak banyak bicara walau di hatinya menyimpan rasa was-was. "Baiklah, kalau begitu nanti malam kita eksekusi."Di sisi lain, Keola menggedor pintu kamar sampai kedua tangannya kesakitan. Namun, tidak

  • Istri Tawanan Pembunuh Bayaran   Tawanan Pria Gila

    "I caught you."Doorrr....Suara senapan itu menggema di udara. Bruk....Keola terjatuh, dia pingsan. Nancy yang tak jauh darinya segera menghampiri Keola dan menyandarkannya di pangkuan. Nancy menatap sinis kearah Jaeden yang berjalan begitu ringan tanpa ada rasa bersalah sedikitpun. "Jaeden apa yang kau lakukan, huh? Kau menakutinya." Nancy berteriak kencang, tetapi ocehannya sama sekali tidak membuat Jaeden takut. Justru pria itu terkekeh melihat reaksi Nancy yang berlebihan. "Aku hanya bermain-main dengannya.""Dasar anak nakal.""Aku sedang menangkap kelinci ini." Jaeden mengangkat kelinci yang sudah mati di tangannya. Satu pukulan mendarat di punggung Jaeden. Satu-satunya orang yang berani memukul bahkan memarahi Jaeden adalah Nancy. Wanita berumur hampir setengah abad inilah yang merawat Jaeden dari masih bayi, karena itulah Jaeden tidak pernah marah atau pun kesal terhadap Nancy karena dia sendiri menganggap Nancy seperti ibunya. "Jae kalau kau bersikap seperti ini tidak

  • Istri Tawanan Pembunuh Bayaran   Mansion si Pria Kejam

    "Ah silau sekali."Keola menutup wajahnya, sinar matahari menghangatkan seluruh tubuhnya. Perlahan-lahan, dia membuka kedua mata. Pandangan pertamanya saat ini adalah sebuah kamar dengan nuansa hitam putih yang terasa asing baginya. "Di mana aku?" Keola bangkit, seketika rasa perih menjalar dari tangan keseluruh tubuhnya. "Ah sakit sekali tanganku." Keola menahan tangan kanannya yang nyeri. Keola mengingat-ingat kembali apa yang telah terjadi semalam. Setelah berusaha kabur dari kumpulan manusia jahat, Keola tidak ingat lagi apa yang terjadi setelahnya. "Aku tidak jadi dibunuh? Apakah ini rumah pria itu?"Keola bangkit, dia menatap tubuhnya yang terpasang baju kaos pria yang kebesaran di tubuhnya. Tidak mungkin pria itu yang memasangkannya bukan? Astaga seketika Keola melindungi tubuhnya dengan kedua tangan. Pria itu mungkin telah melihat setiap inci dari tubuhnya. Keola memejamkan kedua mata, dia sangat malu dan begitu ceroboh membiarkan seorang pria tak dikenal membawa dirinya ke

  • Istri Tawanan Pembunuh Bayaran   Diambang Kematian

    "Tolong... Pergilah! Menjauh dariku!"Darah segar keluar dari pergelangan tangan Keola. Rasa sakit seketika menjalar keseluruh tubuh. Namun, tak membuat Keola berhenti untuk terus berlari menghindar dari pria-pria bertubuh besar yang sedang mengejarnya. Keola harus berlari sejauh mungkin jika dia ingin nyawanya terselamatkan. Dia tidak tahu apa yang sedang terjadi saat ini, sepulang dari merayakan pesta dirinya diikuti. Tiba-tiba mulutnya dibekap dan dibawa ke tempat yang sepi dan gelap. Instingnya yang kuat bahwa dirinya berada dalam bahaya mencoba meronta, tetapi pergelangan tangannya menjadi korban goresan pisau tajam. Keola berhasil lepas, lalu menyusuri lorong sempit untuk mencari tempat persembunyian. "Aku harus bersembunyi. Sial... Siapa orang-orang itu?" Walaupun dirinya seorang perempuan, tetapi nyalinya cukup besar. Brak... Brak... Brak....Satu pintu ke pintu yang lain, Keola singgah dibeberapa rumah untuk meminta tolong. Namun, tidak ada satu pun rumah itu yang mau mem

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status