Beranda / Romansa / Istri Tawanan Pembunuh Bayaran / Menaklukkan Benteng Tinggi

Share

Menaklukkan Benteng Tinggi

Penulis: Cuwita
last update Terakhir Diperbarui: 2025-07-03 00:12:33

"Tuan, Ketua menanyakan misi akhir kita kemarin." Dhruv menyela aktifitas Jaeden yang sedang membolak-balik sebuah dokumen.

"Kau tidak melaporkannya?" Jaeden balik bertanya, keduanya saling pandang.

Dhruv gelagapan seraya menggelengkan kepalanya. "Anda belum memerintahkan apapun...."

"Aku akan melaporkannya."

Tampak Jaeden memijit pelipis, dia sedang mempertimbangkan sesuatu agar rencananya berjalan lancar. Dia tidak bisa melapor dengan tangan kosong. Dia harus memiliki bukti agar ketua mempercayainya. Untuk yang pertama kalinya Jaeden melanggar perintah dari sang atasan. Hanya untuk melindungi makhluk lemah yang ia temui.

"Apa kau sudah siapkan?" Dhruv mengangguk sebagai tanda bahwa ia melaksanakan seperti apa yang Jaeden perintahkan.

"Apa sesuai kriteria?" Dhruv mengangguk lagi, dia tidak banyak bicara walau di hatinya menyimpan rasa was-was. "Baiklah, kalau begitu nanti malam kita eksekusi."

Di sisi lain, Keola menggedor pintu kamar sampai kedua tangannya kesakitan. Namun, tidak ada satu pun orang di luar sana membukakan pintunya. Mustahil rasanya dia keluar dari kamar ini dengan meminta bantuan pelayan yang ada di mansion ini. Mereka pastinya lebih mematuhi perintah atasan.

Keola mendengar deru mesin mobil di luar sana, dia segera membuka jendela yang memiliki akses ke balkon. Itu Tuan Jae dengan beberapa anak buahnya yang mengekor di belakangnya. Setelah Jaeden pergi, Keola menatap hamparan luas padang rumput di depan sana. Tiba-tiba satu ide muncul, dia memperkirakan resiko jika dia melompat ke bawah dari balkon tersebut.

Tidak, pasti sakit dan bisa menimbulkan cidera serius. Balkon ini lumayan tinggi, jika salah melompat saja kemungkinan akan patah tulang dan Keola akan kesulitan untuk kabur. Keola harus memikirkan matang-matang agar tidak menyakitinya.

Ceklekkk....

"Nona?" Lamunan Keola buyar saat Nancy memasuki kamar. Wanita yang tak lagi muda itu membawa nampan makanan dan minuman. Keola mengurungkan niatnya untuk lompat dari balkon. Dia menghampiri Nancy dengan senyum merekah.

"Diminum dulu, Nona. Jasmine tea bisa menenangkan hati anda," ucap Nancy penuh ramah. Keola hanya menuruti permintaan Nancy, lagi pula dia juga haus.

"Nona, maafkan Tuan Jae."

"Tidak akan." Keola bersungut kesal, "Tuanmu itu sangat jahat, dia hampir membunuhku tadi malam. Siapa yang akan memaafkannya? Aku? Tidak akan."

Nancy menghela napas, dia sangat tahu pribadi Jaeden. Selama ini Nancy menginginkan kehidupan Jaeden yang normal saja, bisa hidup tenang, menikah, dan mempunyai anak. Sayang, sepertinya hal itu mustahil.

Namun, Nancy memiliki harapan saat malam itu Jaeden membawa Keola ke mansion ini. Walau dengan cara yang salah, Nancy berharap Keola bisa mengubah kehidupan Jaeden yang kelam.

"Tuan aslinya orang yang baik."

"Ya, jika kau melihat kebaikannya dari lubang semut."

"Nona...."

"Aku tidak akan pernah sudi menikah dengannya." Keola seolah meludah, dia sangat murka saat Jaeden ingin menikahinya.

"Apakah tuan berkata seperti itu?" Keola mengangguk, bahkan sampai sekarang dia ingat raut wajah Jaeden saat mengatakannya.

Ada secercah harapan dikedua mata Nancy, dia akan menyatukan dua manusia yang ditakdirkan bertemu ini. Dua manusia yang awalnya bukan siapa-siapa dan tiba-tiba akan berubah menjadi pasangan.

Ya... Nancy memiliki tugas baru yaitu mempersatukan Keola dengan Jaeden. Harapan satu-satunya agar Jaeden bisa keluar dari lingkaran setan itu.

Mereka sudah ditakdirkan untuk bersama. Tuhan mengizinkan mereka berdua bertemu malam itu. Sekarang waktunya mencari cara agar keduanya bisa saling membutuhkan. Nancy yakin jika hidup bersama-sama rasa cinta itu akan tumbuh.

***

Kini sinar matahari yang berkuasa disiang hari berganti dengan dinginnya cahaya bulan dimalam hari. Hanya saja, Keola masih tetap terkurung di kamar gelap ini. Keola kehabisan cara untuk mengusir Nancy yang terus saja menemaninya di kamar Jaeden.

Keola harus kabur, dia harus melompat dari balkon seperti rencananya yang sudah ia susun. Dimalam hari inilah waktu yang tepat untuk lari karena mungkin saja penjagaan di bawah sana tidak begitu ketat.

Tengah malam nanti, saat semua orang tertidur lelap Keola akan melakukan apapun untuk bisa keluar dari sini. Tidak peduli seperti ucapan Jaeden bahwa di mansion ini ada harimau, Jaeden pasti hanya ingin menakutinya.

"Nancy," bisik Keola di depan wajah kepala pelayan itu. Tadinya Nancy menawarkan diri untuk tidur bersama Keola, Nancy berpikir bahwa Keola akan takut tidur sendirian di kamar yang nuansanya gelap ini.

"Nancy, apa kau tidur?"

Keola mengepalkan kedua tangannya. Nancy tertidur lelap, waktunya untuk Keola melancarkan aksinya. Dia melepas kain gorden, untung saja jendela di kamar ini begitu tinggi dan kain gordennya mengikuti bentuk jendelanya. Keola tidak perlu susah payah mencari kain panjang.

Setelah mengikat kain gorden pada salah satu besi pembatas balkon, Keola memastikan lagi bahwa ikatannya kuat. Barulah Keola terjun layaknya orang handal tanpa rasa takut.

"Berhasil."

Tanpa alas kaki, tanpa pelindung diri, Keola berlari sekencang mungkin dan sekuat tenaga. Dia menuju gerbang hitam tinggi. Keola menghembuskan napas lega, gerbangnya tidak terkunci. Seketika dia meremehkan ucapan Jaeden padanya siang tadi.

"Cih katanya akan ada penjagaan ketat. Tapi mana? Mudah sekali bagiku untuk keluar dari mansion ini."

Keola menyusuri hamparan padang rumput. Kakinya mulai kedinginan, tetapi niatnya tak pernah surut. Walaupun rumput-rumput basah ini membuatnya beku, Keola terus berlari.

Sampai pada satu titik dia menemukan benteng tinggi sebagai pembatas antara wilayah mansion dan jalanan kota. Pintu benteng yang terbuat dari besi kokoh tanpa ada celah sedikitpun terkunci dengan gembok yang besar pula.

Sepanjang benteng ini ditumbuhi dengan tumbuhan liar yang bergelantungan pada dinding benteng. Sungguh, sekali lihat saja seperti pintu masuk menuju rumah hantu.

"Bagaimana caranya aku bisa keluar?"

Keola menatap lekat tumbuhan liar itu, ada duri disetiap rantingnya, tetapi sepertinya kuat untuk menahan tubuh Keola.

"Aku pasti bisa." Tekadnya mengalahkan rasa takut. Dia memanjat benteng tinggi itu dengan berpijak pada ranting tumbuhan.

"Sial tinggi sekali."

Bebas....

Keola bebas....

Bahkan benteng tinggi itu bisa ia taklukan.

Jalanan kota sangat sepi, dia berjingkrak kegirangan.

Seolah semesta mendukungnya, tampak ada mobil taksi menuju kearahnya. Segera Keola menghentikan mobil itu dan masuk ke dalam.

"Pak, tolong antarkan saya ke Greenhouse." Hanya rumah sahabatnya yang saat ini ia pikirkan. Tidak akan aman jika Keola pergi ke apartemennya. Jaeden bisa dengan mudah menemukannya lagi.

Di sanalah Keola akan berlindung untuk sementara waktu sampai ia berhasil menghubungi kedua orang tuanya. Pasti ayahnya sudah tau bahwa dirinya dalam bahaya. Ayahnya tidak akan tinggal diam jika dia terluka seujung jari pun.

Tok... Tok... Tok...

Sudah hampir jam dua pagi, pasti sahabatnya sedang mengarungi alam mimpi.

"Galena...." Keola berteriak, dia penuh ketakutan. Entahlah, rasanya dia seperti buronan. Keola ingin segera bersembunyi.

Tok... Tok... Tok...

"Gal... Ini aku, Keola."

Ceklek...

Untungnya, Keola bisa bernapas lega.

"Key?" Keola segera memeluk sahabatnya. Dia menangis karena takut. Galena yang syok, segera menuntun Keola untuk masuk ke dalam rumah.

"Apa yang terjadi denganmu?"

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Istri Tawanan Pembunuh Bayaran   Kesalahpahaman

    "Itu bukan luka tusuk biasa, tetapi ada racun di tubuh Jaeden. Sepertinya pisau yang menusuk perutnya dibaluri racun," terang Clara menjelaskan penyebab ambruknya Jaeden. "Untung saja tidak mematikan, tetapi namanya racun harus ditangani dengan baik. Aku sudah mengeluarkan racunnya, tolong awasi dengan baik. Jika terjadi sesuatu segera hubungi aku, untuk sekarang dia sudah stabil. Aku harap dia akan baik-baik saja seterusnya.""Terimakasih Dokter Clara," ucap Keola sembari membalas genggaman tangan Clara. "Keola panggil saja aku Clara, kita berteman kan." Keola tersenyum dan menganggukkan kepalanya. Keola benar-benar tidak bisa tidur, kedua matanya terus mengawasi Jaeden. Rasanya dia bertanggung jawab atas keselamatan suaminya saat ini. Seperti kata Clara harus ada yang mengawasi Jaeden jika tiba-tiba terjadi hal buruk pada pria itu. Keola bersedia mengambil peran untuk menjaga Jaeden. "Nyonya." Nancy muncul dari balik pintu kamar. "Ini teh jasmine untukmu." Nancy menaruh secangki

  • Istri Tawanan Pembunuh Bayaran   Terluka Parah

    Citttt....Suara decitan dari ban mobil terdengar nyaring. Jaeden menghentikan mobilnya seketika saat mobilnya dihadang oleh kendaraan lain. Jaeden memukul kemudi, berani-beraninya ada yang menghalangi jalannya.Jaeden tidak langsung keluar, dia menunggu lawannya untuk keluar terlebih dahulu dari mobilnya. Benar saja sesuai dugaan Jaeden bahwa Noah sang pemimpin wilayah barat muncul di hadapannya. Benar-benar mencari mati, suasana hati Jaeden saat ini sedang tidak baik, dia akan membuat Noah menyesal dan akan melampiaskan amarahnya kepada rivalnya itu. "Apa maumu?" Jaeden berterus terang, sebenarnya dia malas meladeni pria sombong di depannya ini. Noah meludah ke samping kiri, seolah jijik melihat wajah Jaeden. Hal itu sudah biasa, Noah selalu iri pada Jaeden karena selalu mendapat sanjungan dari ketua aliansi yang tak lain Gibson ayah angkat mereka berdua. Ya, baik Jaeden maupun Noah sama-sama anak pungut yang menumpang hidup di bawah ketiak Gibson. Namun, Gibson lebih menyayangi

  • Istri Tawanan Pembunuh Bayaran   Ketua Aliansi

    "Akhirnya kau datang juga." Pria berkacamata itu membolak-balik kertas di hadapannya, tatapannya sangat serius, auranya benar-benar membuat siapapun yang ada didekatnya gemetar takjub. Pria yang umurnya sudah tak lagi muda, tetapi memiliki tubuh yang bugar dan wajahnya yang masih terlihat seperti umur empat puluh tahunan. Padahal dia sudah berumur enam puluh tujuh tahun ini. Jaeden memasukkan kedua tangannya ke dalam saku, gemetar seperti tikus yang terkepung oleh banyaknya kucing. Satu-satunya manusia yang Jaeden takuti. Gibson Harbert Faxon, pemimpin The Shadow yang sangat disegani. Manusia pertama yang memungut Jaeden setelah dibuang oleh kedua orang tuanya dan menjadikannya manusia seperti sekarang ini. Bengis, tidak punya hati, dan menakutkan. Jaeden menganggapnya seorang ayah, dan status itu harus ia bayar sangat mahal. Awalnya memang seperti itu sebelum Jaeden sadar bahwa Gibson mengumpulkan anak-anak terlantar untuk dijadikan budaknya, agar tunduk dan patuh melaksanakan tug

  • Istri Tawanan Pembunuh Bayaran   Tidak Ada Hubungan Darah

    "Apa kau sudah menemukan pelakunya?" tanya Jaeden dengan wajah serius, saat ini dia sedang membaca sebuah dokumen yang baru saja Dhruv berikan padanya. "Benar dugaan saya, Tuan. Setelah ditelusuri penyebab kecelakaan itu dari pimpinan wilayah barat. Tapi, dari mana mereka tahu rencana kita?" Dhruv bertanya-tanya, pasalnya tidak ada yang tahu rencana Jaeden untuk menakut-nakuti Keola dengan video kecelakaan kedua orang tuanya. Kejadian itu begitu cepat mengalir, keesokannya berita kecelakaan itu beredar luas. Sehingga membuat Keola semakin marah pada Jaeden. Tentunya James Rosendale juga akan mengira kecelakaan itu perbuatannya, hal ini akan menciptakan perang yang besar. Jaeden menutup keras dokumen tersebut. Amarahnya memuncak, perseteruan wilayah timur dan barat semakin kentara. Noah Addison benar-benar ingin menjatuhkan nama Jaeden di depan ketua aliansi. Itu semua karena perebutan kekuasaan, Noah ingin merebut wilayah Jaeden. "Mungkinkah ada seorang pengkhianat di organisasi k

  • Istri Tawanan Pembunuh Bayaran   Tidak Seharusnya Dia Peduli

    "Tidak usah banyak bicara. Cepat lakukan tugasmu."Keola dan dokter cantik yang dipanggil Clara itu tampak kesal dengan ucapan Jaeden. Keola menatap sinis pria sombong di sampingnya ini, sedangkan Clara hanya bisa memutar bola matanya karena sudah terbiasa menghadapi sikap Jaeden yang selalu menyebalkan. "Apa yang sebenarnya telah terjadi, Tuan?" tanya Dhruv khawatir. Jaeden malah balik menatap Keola karena lukanya ini atas perbuatan istrinya itu. Keola hanya mengedikkan kedua bahunya, juga bukan sepenuhnya salah Keola. Mereka semua duduk pada alas tikar tempat Keola dan Jaeden berpiknik. Clara melakukan tugasnya dengan sangat lihat, memang sudah profesinya sebagai dokter sehingga Keola tidak heran lagi kedua tangan cantik itu sangat cepat membalut perban. "Lukanya lumayan dalam, kalau bisa jangan sampai terkena air. Dan kalau bisa kau tidak usah mandi biar badanmu bau." Clara menekan setiap katanya, dia selalu kesal jika berhadapan dengan Jaeden. Clara dan Jaeden sudah saling men

  • Istri Tawanan Pembunuh Bayaran   Kau Terluka Lagi?

    "Kau...tidur?" Keola menatap lamat-lamat wajah tenang, tetapi aslinya mematikan. Keola teringat beberapa waktu lalu, dia harus terjebak selamanya hidup dengan pria yang sangat ia benci. Pria di sampingnya ini yang telah membuat keluarganya dan kerabatnya terluka. Keola ingin membalaskan dendam atas rasa sakit kedua orang tuanya, sahabatnya dan rasa sakitnya yang harus mendekam di balik tembok kokoh mansion ini. Baru beberapa hari, tetapi rasanya seperti bertahun-tahun mendekam di neraka. "Aku tidak akan membiarkan kamu menang atas rasa perihku," lirih Keola penuh dendam. Keola mengambil pisau buah yang disiapkan oleh Nancy. Ujung pisau itu berkilau, ketajamannya bisa Keola rasakan perih yang tak terkira. Keola menatap ke depan, dia menghembuskan napas agar bisa bersikap tenang. "Huh...." Baru saja menolehkan badannya ke arah samping, Jaeden sudah duduk dan menatapnya sengit. Keola terkejut, sungguh...sebelah tangannya seketika dicengkeram kuat oleh Jaeden. Apel merah yang ada di

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status