Mobil yang dikendarai oleh Algazka ternyata sudah menghilang dari pandangan Daskar. Entah kemana tuannya itu membawa mobil, tapi bisa dipastikan kalau Algazka pasti mengemudikan dengan kecepatan tinggi.
"Saya rasa Tuan Algazka lagi ada masalah, Pak." Jefri yang ada di sebelah Daskar dan mengemudikan mobilnya membuka suara.Jefri salah satu penjaga Algazka yang sering berada di mobil lain setiap Algazka berada di dalam mobilnya. Sudah lama juga bekerja bersama tuannya itu."Saya benar-benar yakin kalau saat ini Tuan Algazka ada masalah, Pak." Jefri yang masih teringat juga dengan tingkah tuannya tadi. Sangat terburu-buru dan tidak mau ditemani oleh siapapun."Mungkin. Tapi apa? Nggak biasanya Tuan Algazka kayak gini." Daskar bergumam mengingat tingkah Algazka yang sampai membawa mobilnya sendiri dan juga tergesa-gesa sekali."Apa ada masalah dengan Nona Allesandra?" tanya Jefri ikut menerka-nerka.Daskar terdiam. Pikirannya jadi t"Allesaaa!" "Al ... gazka?" Allesa tidak kuasa menahan air matanya saat pintu lemari yang dibuka dan tampak Algazka yang berada di hadapannya. Hampir mau mati rasanya saat Allesa berada di dalam lemari itu. Bukannya dia tidak bisa bernafas, tapi Allesa dipenuhi ketakutan yang terus menghantuinya. Apalagi tadi suara tembakan yang terus menerus terjadi dan berulang-ulang. Belum lagi ada suara yang berada di dalam ruangan saat suara perang tembakan belum terdengar. "Allesaaaa." Algazka langsung memeluk Allesa yang masih berjongkok dengan air matanya. Hampir gila rasanya saat tahu Allesa yang berada di dalam bahaya. Tapi untung saja Allesa tidak terluka sama sekali dan dia tetap berada di dalam lemari yang telah Algazka perintahkan. "Tenang. Udah ada aku disini," ucap Algazka yang masih memeluk gadisnya. Tubuh Allesa masih gemetar dan bisa dipastikan dia yang sangat ketakutan sekali sejak tadi. Air mata Allesa masih menetes. Tidak bisa dibayangkan tadi jika penjahat tadi berhasil m
"Astaga Putriiii." Reina yang sudah diamankan oleh Jefri masih menangis. Melihat Putri yang telah tertembak dan sekarang dia sudah tidak bernyawa lagi.Jasad putri yang berada di dekat Reina dan telah ditutupi oleh kain. Tubuhnya banyak mengeluarkan darah yang masih melekat di lantai. Reina masih sangat gemetar melihat jasad Putri yang disebabkan karena tembakan. Belum lagi tembakan itu dia saksikan di hadapan kedua matanya.Reina terisak-isak melihat Putri sebagai salah satu teman kerja yang sudah cukup lama. Tadi dia terlihat begitu memohon untuk tidak ditembak, tapi pada kenyataannya Putri yang ditembak dengan satu peluru. Satu titik yang sangat fatal sehingga dia kehabisan darah.Seandainya saja bantuan lekas datang, mungkin Putri masih bisa diselamatkan walau tidak ada gunanya menyesal."Kamu tetap disini ya. Jangan kemana-mana." Jefri memberikan arahan pada Reina yang langsung menggeleng kepalanya."Kamu disini aja. Aku takut sendir
DORRR! DORRR! Dua peluru kembali dilepaskan untuk membuka ruang CCTV yang masih tertutup rapat. Sama sekali tidak bisa dibuka. Bahkan melihat ada celah saja tidak mampu mereka lakukan. Akari terlihat sangat kesal. Ada apa dibalik ruangan itu? Semakin penasaran dan juga yakin kalau ada sesuatu di dalam ruangan yang ingin Akari buka. "Can't it be opened?" Sebuah pertanyaan yang membuat Akari menoleh. Dilihatnya sosok yang langsung mengangkat kedua tangannya saat melangkahkan kaki menaiki tangga ke lantai dua. Pakaian yang pastinya sama dengan pakaian lainnya. "Gomen nasai." Ucapnya langsung dengan terkekeh pelan. Sadar kalau ucapannya tadi membuat tatapan Akari berubah dan tampak dia berjaga-jaga ingin memberikan pelajaran. Sosok itu mengangkat kedua tangannya. Memperlihatkan ekspresi maaf pada Akari yang masih menyorot dengan tatapan tidak suka. "You know guys my Japanese languages so bad." Dia menambahkan sambil menurunkan kedua tangannya. Akari tidak menanggapi. Sudah tahu kal
"Biarin aja dia sengsara di dalam hidupnya!""Alanooo!" Nadya yang sudah tidak sabar lagi menghadapi anak lelakinya. Selalu saja dia menyimpan dendam yang tidak jelas pada Allesa." Cukup ya kamu selalu bersikap kurang baik sama adik kamu!" Nadya memperingatkan pada Alano.Kali ini Alano sudah keterlaluan dan Nadya yang tidak akan berdiam diri saja. Sementara Garvin membiarkan Nadya yang bersikap tegas. Karena biasanya Garvin yang selalu turun tangan dan Nadya yang selalu menenangkan dirinya. Mungkin sekarang kesabaran Nadya habis ketika Alano yang terus membahas Allesa secara semena-mena."Dia bukan adik aku karena aku nggak pernah menganggap dia!" Alano balas menegaskan.Dua jari tangannya masih diperban mengingat sikap Algazka yang sudah mematahkan secara sengaja. Dan sekarang dia dalam kondisi perawatan untuk memulihkan tulangnya yang dia harapkan bisa kembali seperti semula walau memerlukan waktu yang lama."Emang kamu nggak perlu dianggap juga sih kalo melihat sikap kamu yang kay
"Totemo orokada!" ucapnya penuh kekesalan.Pintu ruang CCTV yang masih berusaha dimasuki itu belum berhasil diterobos. Meski dua tembakan peluru sempat dilepaskan, tapi tetap saja tidak berhasil. Pintu masih rapat dan tidak ada perubahan.Lelaki yang sempat melepaskan pelurunya itu menendang pintu dengan kesal. Semakin yakin kalau ada yang tidak beres. Pasti ada yang bersembunyi dari balik ruangan itu."Akari!" Sagi memanggil lelaki yang sejak tadi terlihat kesal karena tidak berhasil membuka pintu ruangannya.Dia mendekati Akari dan membisikkan sesuatu. Satu jari Akari diangkat ke dapan wajah Sagi dan digerakkan ke kanan dan ke kiri sebagai tanda penolakan.Sagi menghembuskan nafas kasar. Akari yang berada disana dan bertugas sebagai ketua memang sulit diajak kerja sama. Padaha Sagi hanya berniat mengambil langkah lain untuk memanfaatkan waktu. Tapi Akari tetap mau semua berjalan sesuai dengan tahap-tahap yang telah ditetapkan.
Perintah Algazka yang menyuruh Allesa agar tidak bersuara membuat jantung Allesa semakin kocar-kacir. Jangankan bersuara, bahkan Allesa bernafas saja rasanya sulit pada saat itu.Tapi Allesa tetap mengikuti perintah Algazka dari semua kata-katanya. Meski Allesa sendiri tidak tahu dan kenapa Algazka bisa mengatakan ada yang akan datang. Padahal tadi dia sedikit bisa bernafas lega karena mendengar suara pintu ruangan CCTV yang masih berusaha dibuka.Bunyi suara pintu secara halus dibuka dengan perlahan. Ternyata benar apa yang Algazka katakan. Allesa berusaha mengontrol nafas yang sudah sangat memburu. Satu tangannya menutup mulut dan hidung dia agar tidak memilih celah yang dapat mengundang perhatian.Cahaya dari luar ruangan yang Allesa lihat karena gerakan pintu yang telah dibuka meski setengah. Orang itu memakai pakaian hitam seperti ninja. Hanya dua pasang mata yang Allesa lihat dari celah lemari yang menjadi tempat persembunyiannya.Langkahnya