Tatapan bengis Algazka masih membuat Allesa mengunci suaranya. Sorot mata lelaki itu penuh dengan rasa benci.
"Kamu denger kan kata-kata saya tadi?! Kamu bukan seorang istri karena kamu adalah seorang anak pembunuh sekaligus budak yang tidak akan pernah saya pandang meski hanya sebelah mata pun!" Algazka menegaskan dan langsung meninggalkan Allesa yang meneteskan air mata seketika. Air mata yang sudah dibasuh oleh bahu tangannya dengan cepat. Kata-kata Algazka memang selalu berniat menyakiti hatinya. Kebencian, hinaan, dan rasa jijik pada dirinya seperti seekor lalat. Tapi mendengar sebagai anak pembunuh itu menyakitkan hati Allesa. "Bisa-bisanya gue nangis!" Allesa membasuh air matanya mulai menggerutu. Sikapnya yang mudah dia kontrol meski rasa sakitnya masih bergelayut manja. Siapa yang tidak patah dicap demikian pada lelaki yang mengambil status sebagai suami? Seorang suami y"Siapa?" "Nakamante, Tuan Algazka." "Nakamante?" Algazka tersenyum kecut saat mendapatkan nama yang memang sudah berhasil dia tebak sebelum Daskar memberikan kepastian. Ternyata busur panah beracun sialan yang hampir membunuh Casper berasal dari Nakamante. Laki-laki yang memilih darah campuran Jepang. Salah anggota kelompok Maesaki yang tidak pernah bersahabat dengan Falcone. Nakamante termasuk anggota Maesaki yang patut diandalkan. Tembakannya dengan busur panah tidak pernah meleset meski dari jarak jauh sekalipun. Dan sekarang setelah Algazka memperkuat buktinya, dia tidak akan membiarkan Nakamante lolos begitu saja. Termasuk Maesaki yang sudah mencoba mengganggu ketenangan dirinya dengan melibatkan Casper. Daskario membuka laptop milik Algazka yang sudah tergeletak di atas meja. Menghadapkan pada dirinya sehingga Algazka melihat layar laptop tersebut sudah dengan senyuman. "Nakamante? Nice t
Algazka begitu senang melihat Nakamante yang masih asik disantap oleh anjing liarnya. Tiga anjing yang pastinya senang mendapatkan makan mewah pada hari itu.Sementara di waktu yang sama dan di tempat yang berbeda suasana cemas menyelimuti."Allesa, kamu kenapa?" tanya Reina yang melihat Allesa buru-buru duduk. Dia seperti orang habis berlari-lari dan sekarang tampak kelelahan.Reina yang baru saja meletakkan susu untuk Allesa mendekati perempuan polos itu. Allesa yang sudah duduk di tepi tempat tidur dan masih terdiam. Mengatur nafasnya yang tengah berantakan."Kamu abis kemana? Aku udah siapin susu buat kamu tuh." Reina duduk di sebelah Allesa.Sejak dia masuk, Reina memang tidak melihat Allesa berada di dalam kamar. Biasanya sih dia hanya jalan-jalan mengelilingi rumah saja. Paling sering berada di balkon kamarnya. Kadang kasihan juga melihat Allesa yang terpenjara tanpa bisa Reina lakukan apapun untuk membebaskannya.Allesa y
Tatapan Allesandra membulat. Kaget melihat Algazka yang berdiri di ambang pintu kamarnya. Sejak kapan Algazka berada disana? Mirip banget sama hantu. "Eh, kamu bilang apa tadi? Tikus? Kamu ngatain aku tikus?" Allesa baru sadar atas ucapan Aldiska. Lelaki yang memang senang sekali berbuat dan berbicara seenaknya! "Iya! Memang itu kenyataannya kan? Buktinya apa tadi? Kamu kan tadi abis dari ruang kerja saya yang diatas dan kamu lari setelah melihat yang nggak seharusnya!" Algazka yakin sekali dengan tingkah Allesandra. Perempuan itu sering merepotkan dirinya. Ada saja tingkah yang membuat Algazka harus lebih menahan sabar sebelum dia melenyapkan Allesandra. Allesa terdiam sejena. Rupanya Algazka tahu kalau dia sempat keatas tadi. "Kamu ngapain ke atas? Hah?" tanya Algazka penasaran. Allesandra yang masih diam tiba-tiba tersenyum. "Mau liat apa yang dilakuin suami aku."
"Jangan coba-coba berani mengambil hp saya lagi, Non Allesa!""Siapa yang ngambil? Orang cuma mau minjem. Lagian nggak usah pake kata lagi, ini juga yang kedua kalinya kok. Ribet banget jadi manusia!" Allesa mendengus kesal."Lebih baik Non Allesa kembali ke kamar.""Nggak mau! Pinjem dulu!""Pinjem? Tapi tadi mau mengambil seenaknya kan?""Karena kalo bilang pasti nggak dikasih kan? Makanya yaudah aku ambil aja deh ...""Jangan coba-coba melakukan itu lagi, Non Allesa!" Tegasnya kali ini."Tuh kan dibilang jangan pakai kata lagi. Aku tuh nggak sering kayak gitu. Lagian cuma baru coba dua kali ajaaa!" Allesa berkata polos."Balik ke kamar!""Nggak!""Balik ke kamar atau saya seret atau saya panggilkan Tuan Algazka!" ancamnya serius.Allesa menghembuskan nafas kasar. Dia langsung berjalan menuju kamar dengan langkah kaki paskibranya. Tubuhnya dibanting ke atas tempat tidur setelah berad
Teriakan Algazka membuat pikiran Allesa bercabang. Curiga kalau ada CCTV tersembunyi di dalam kamar yang dia tempati beberapa bulan ini. Mata Allesa mengelilingi tiap titik sudut. Yakin kalau Algazka mengamati dan juga mendengarkan apapun yang ada di kamarnya. "Pasti nih ada CCTV yang disembunyi ..." "ALLESANDRAAA! ONE ..." "IYAAAAA!" sahut Allesa cepat dengan teriakannya. Bahaya jika Algaza sudah menghitung sebelum dia memunculkan wajahnya. Grrrr! Ngidam apa sih dulu ibunya Algazka? "Algazka tuh bener-bener hidupnya mau bikin jantung gue berhenti, ya?!" Allesa mendengus kesal. "TWO ..." Buru-buru dia beranjak dari duduknya dan berjalan keluar kamar dengan langkah emosi yang lagi-lagi harus dia pendam. Semoga saja Allesa selalu waras setiap menghadap Algazka. Hanya itu yang selalu Allesa harapkan dalam menjadi lawan Algazka yang tinggal satu atap dengan dirinya. "T
Sinar matahari menyorot wajahnya yang tampak cantik dengan kacamata hitamnya. Kulit putih mulus yang terlihat dengan pakaian yang menutupi sampai setengah paha saja. Sepertinya, dia tengah memamerkan tubuhnya yang pasti menjadi idaman para wanita dan lelaki.Wajar saja sih karena dia memang tampak cantik dan juga super sexy. Berjalan memasuki rumah sebagai status yang sudah Allesandra bisa tebak.Allesandra sempat memperhatikan saat dia turun dari mobil yang tidak pernah Allesa lihat. Kedatangannya hanya memakan selang waktu satu jam dari bunyi telepon yang Algazka angkat tadi. Jadi dia kekasih Algazka?"Cantik banget sihhh." Allesa bergumam menuruni tangga menuju lantai bawah.Keberadaan tamu yang memang mengalihkan pandangan dia."Youuu!"Allesa menghentikan langkahnya. Suara yang ditujukan pada Allesa membuat dia menoleh. Cewek itu berjalan mendekati Allesa tanpa melepaskan kacamatanya."Kamu siapa?" tanyanya merasa a
Hp?Allesa mengamati hp yang tengah Daskar sodorkan. Hp yang Allesa ketahui adalah milik Daskar sendiri. Hp yang pernah dia pinjam sesaat. Tapi kenapa Daskar sekarang malah memberikan hpnya?"Mau dipake apa nggak?" tanya Daskar membuyarkan lamunan Allesa."Mau mancing ya?" tuduh Allesa curiga. Masa iya Daskar jadi meminjamkan hpnya. Mustahil sekali."Yaudah kalo nggak mau.""Ehhh!" Allesa refleks mengambil hp Daskar yang ingin diambil alih. Buru-buru dia membawa ke dalam genggamannya meski masih menatap Daskar.Jangan sampai Daskar berubah pikiran walau Allesa menyimpan ratusan pertanyaan dari sikap Daskar pada dirinya. Mirip banget sama bunglon yang tidak bisa diprediksi."Five minutes and I think it's enough!"Allesa yang mendengar ucapan Daskar hanya mengangguk-anggukkan kepalanya. Jadi terharu dengan apa yang dilakukan oleh Daskar. Ternyata orang-orang yang berada di rumah ini tidak sekejam yang Allesa bayangkan. Masih ada manusia normal berperikemanusiaan yang bisa Allesa percaya
"Makasih ya." Senyuman di wajah Allesa masih tersirat setelah dia mengembalikan hp milik Daskar.Orang kepercayaan yang berkerja menjaga keamanan dan memiliki sebagai kepala penjaga dari keseluruhan karyawan itu ternyata sangat baik. Allesa merasa bersalah karena sempat menilai Daskar yang tidak baik dam arogan."Aku bakal bales budi pertolongan kamu nih." Allesa masih mengoceh.Sementara Daskar hanya mengamati ocehan Allesa yang duduk di hadapannya. Waktu istirahatnya dipakai unuk duduk di ruangan lantai bawah yang kebetulan masih ada Allesandra."Eh, tapi kamu bener-bener tolong aku dan nggak ada maksud apa-apa kan?" Allesa menatap curiga. Takut juga jika Daskar yang ternyata menjebak dirinya.Masalahnya Daskar dan Algazka bagaikan pinang dibelah dua. Sama-sama tegas dan keras pada peraturan yang ada."Udah ditolongin dan masih negatif. Pantas aja Tuan Algazka nggak ngebiarin kamu keluar dari sini, Non Allesa!" Daskar sejak tadi diam mulai berbicara. Dia tersenyum kecut.Tingkah All
"Ya ampun, All. Jadi selama ini tuh kamu istrinya Tuan Al ..." "Reina nggak usah berisik. Kamu kok berisik banget sih, Reina?" Allesa melirik sebal pada Reina yang yang akhirnya membuat Allesa bercerita. Tidak ada alasan lagi bagi Allesa yang tidak menceritakan pada Reina. Toh pada akhirnya dia tetap tidak akan bisa keluar dari tempat Algazka. Baginya Reina juga adalah teman dirinya selama berada di tempat menyebalkan itu. Saling berbagi cerita rasanya tidak masalah. Apalagi Reina juga selalu melihat kebersamaan Allesa dengan Algazka. "Ya tapi kan aku kaget, Allesa. Eh, kalo kamu emang istrinya Tuan Algazka, artinya aku emang harus manggil kamu ..." "Apa? Apa, apa, apa???" Allesa yang sudah tahu Reina akan berkata apa. "Cukup panggil aku Allesa aja, nggak ada yang berubah. Lagian tuh ini statusnya cuma asal-asalan aja." Allesa menambahkan dengan sikap acuhnya. Reina yang tadi didatangi oleh All
"Aku agak khawatir melihat Allesa waktu itu sebenarnya, tapi aku juga melihat kalau Allesa mau aja mengikuti ucapan lelaki itu dan tanpa paksaan." Arga kembali menjelaskan pada Nadya dan Garvin. Kata-kata Arga membungkam mulut Nadya. Apa mungkin yang dibicarakan oleh Arga karena tidak mungkin juga dia berbohong. Tapi kenapa bisa Allesa ada di Taman Bunga Seneca bersama lelaki yang sudah pasti dia adalah Algazka. Lelaki yang sangat Nadya benci dan tidak akan pernah dia anggap sebagai menantunya sedikit pun. Penjelasan Arga semakin membuat Nadya yakin bahwa Allesa kini memiliki perasaan juga terhadap Algazka. Mereka seperti sepasang kekasih yang tengah menghabiskan waktu secara bersama-sama. "Tadinya aku ingin menghalangi Allesa yang pergi pada saat aku juga mendengar lelaki itu menyuruh Allesa untuk masuk mobil, tapi aku melihat Allesa yang nurut aja sama lelaki itu. Jadi aku pikir lelaki itu nggak akan bikin Allesa kenapa-napa walau setelah itu aku mikir dia bisa aja berbahaya."
"Makasih ya, Arga. Lagian kamu ngapain sih bawa banyak makanan kayak gini. Repot banget kamu, Arga." Nadya yang mendapatkan kedatangan dari Arga yang membawakan beberapa makanan. Siang itu Arga mendatangi rumah Allesa untuk bertemu dengan Nadya yang pernah dia temui juga saat di minimarket. Ingin menjenguk keluarga Allesa sekaligus untuk bertemu dengan Allesa juga yang belum sempat mengobrol lama. "Allesa mana, Tan?" tanya Arga yang belum melihat kehadiran Allesa sejak tadi. Masih teringat dengan pertemuannya kemarin yang hanya berbicara sesaat dan terputus karena kedatangan lelaki yang tidak Arga kenal membawa pergi Allesa. "Eh duduk dulu dong, Arga. Kamu mau minum apa?" tanya Nadya buru-buru mengalihkan setelah meletakkan beberapa bungkusan dari Arga diatas meja. Nadya masih tidak mau mengungkapkan tentang Algazka yang telah menculik putri kesayangannya. Membayangkannya saja dia enggan dan begitu muak. Arga yang selalu mendapatkan sambutan hangat dari keluarga Allesa lang
"Thank you, Mr. Algazka." "Thank you." "Thank you, Mr. Geus." Ucapan terima kasih saat pertemuan meeting yang telah selesai diadakan di kantor milik Algazka. Projek besar yang ditangani oleh Algazka kembali berhasil dia taklukan. Kemenangannya tentu saja tidak pernah memberikan rasa kecewa pada investor dan seluruh tim yang turut hadir dan selalu mempercayakan pada Algazka yang cerdas. Projek besar yang memiliki nilai tidak main-main itu dia raih dengan mudah meski memiliki lawan yang kuat sekali pun. Algazka selalu puas dengan hasilnya meski selalu haus menjalankan semua titik yang membawa dirinya pada keberhasilan. "Selamat atas kemenangannya, Tuan Algazka." Daskar yang sudah berada di sebelah Algazka memberikan tuannya itu selamat dengan wajah penuh senyuman. Saat itu Algazka masih berada di ruang meeting dan belum meninggalkan ruangan tersebut. "Ada jadwal apa lagi hari ini?" tanya Algazka dengan nada dinginnya pada Daskar yang sudah cepat membuka ipad, benda yang tid
"Makasih, Reinaaa." Allesa setengah teriak melihat menu sarapan yang sudah dihidangkan di atas meja makan.Sarapan buatan Reina yang enak dan juga pasti ada unsur sehat-sehat untuk setiap menu sarapan. Sudah selesai berkuda yang menghabiskan waktu hampir satu jam lebih, hal itu membuat Allesa kini merasakan lelah dan sangat lapar.Tadinya Allesa belum ingin berhenti, tapi Allesa kasihan dengan Princess yang pastinya ingin melakukan 'me time', makanya dia menghentikan kegiatannya dan berjanji akan main bersama Princess lagi setelah Princess memulihkan tenaganya. Super senang karena ini adalah waktu pertama kali Allesa bisa menunggangi Princess walau ada insiden di awal.Seharusnya saat menunggangi Princess pertama kali Allesa ditemani oleh Algazka yang sudah berjanji pada dirinya. Tapi melihat sikap Algazka yang sangat dingin dan arogan, Allesa tentu saja tidak mau ditemani oleh Algazka. Jangan kan ditemani, berbicara dengan dirinya saja pun Algazka enggan
"PRINCESSSS, SADAR PRINCESSS INI AKU ... WHAHHHHH ..." teriakan histeris Allesa yang masih memekik.Princess berlari tanpa arah dan entah apa yang membuatnya marah sehingga Allesa tidak bisa mengontrol dan terombang-ambing diatas tubuh Princess. Dan melihat itu Daskar langsung berlari mengejar Allesa yang berteriak tanpa henti."Nona Allesaaa!" Daskar berlari mengikuti langkah kaki Princess yang masih tampak panik.Dan dalam hitungan tidak lebih dari dua menit, Daskar dengan cepat meraih pelana dan langsung naik ke atas tubuh Princess yang tetap berlari-lari, kini dia berhasil mengambil posisi tepat di belakang posisi Allesa."Nona Allesa baik-baik saja?" tanya Daskar pada Allesa yang mengangguk-anggukkan kepalanya.Nafas Allesa terengah-engah dengan jantungnya yang hampir loncat akibat ulah Princess yang berada di luar dugaan. Dan sekarang Princess sudah jauh lebih tenang karena Daskar yang mengambil alih untuk menggenggam tali kekangnya
Jam sudah menunjukkan hampir pukul lima pagi. Tapi Allesa masih tidak bisa kunjung tidur mengingat dia sudah sempat tertidur tadi dan ditambah sikap Algazka yang sangat menyebalkan. Allesa memutuskan untuk pergi ke kandang Princess guna menghibur hatinya.Memang hanya Princess yang bisa menghibur kesedihan Allesa meski dia bisa saja berkeluh kesah pada Reina. Tapi Allesa tidak mau membawa Reina hanya untuk mendengarkan dia bercerita tentang sikap Algazka. Biar saja hal ini menjadi rahasia dia dengan Princess."Princesss." Allesa yang sudah sampai di kandang kuda dan menghampiri bilik Princess.Dia tersenyum dengan mata sembabnya yang menangis hampir sejam saat semalam. Tangannya mengusap-usap rambut Princess dengan penuh kasih sayang. Dia membuat posisinya berjongkok melihat Princess yang tengah duduk santai."Princess aku lagi sedih dan kesel juga. Kamu mau dengerin nggak cerita aku. Tapi ini cerita antara kamu dan aku aja, oke?" Allesa memberika
Allesa membuka matanya secara perlahan. Satu tangannya memegang perut dia yang masih kosong. Terasa lapar dan bunyi perut yang sesekali terdengar. Baru sadar kalau dia belum makan karena menunggu Algazka sejak tadi.Tapi Allesa mengamati sekeliling pandangannya. Dia berada di dalam kamar dan kini dia juga berada di atas tempat tidur. Artinya ada yang menggendong dia sampai ke kamar. Apa Algazka yang membawa dia ke kamar?Buru-buru Allesa bergegas turun dari tempat tidur, namun tatapannya menoleh ke arah nakas. Ada nampan berisi makanan utuh yang disediakan untuk dirinya diatas nakas. Tapi Allesa tidak menghiraukan, dia tetap turun dan keluar dari kamarnya."Algazkaaa?" Allesa yang langsung mendapatkan Algazka saat dia baru saja keluar.Tampak Algaza yang baru turun tangga dari lantai tiga. Tatapannya menoleh sesaat ke arah Allesa, tapi dia tetap melangkah menuju kamarnya yang berada di seberang tepat kamar Allesa."Algazka." Buru-buru All
Dan di dalam perjalanan pulang, Algazka tidak sedikit pun megeluarkan suaranya. Tidak ada yang dia ucap sama sekali sejak pertemuan Allesa dengan Arga.Sesekali Allesa melirik ke arah Algazka yang tengah mengemudikan mobilnya. Satu tangannya menggenggam setir mobil dan satu tangannya di letakkan diatas kaki dengan tatapan tajam mengamati jalan.Algazka tidak banyak bicara. Berbeda dengan perjalanan pergi tadi yang dimana Algazka dan Allesa mengobrol. Bahkan Algazka juga tertawa saat mendengar celoteh Allesa yang super bawel dan berbicara sesukanya.Apa Algazka marah? Padahal tadi Allesa hanya ingin memperkenalkan dia dengan Arga agar tidak salah paham mengingat dia juga pernah menyebut nama Arga di hadapan Allesa dan sempat menuduhnya.Allesa menoleh ke arah Algazka. "Algazka, tadi itu yang namanya Arga. Aku tadi mau ngenalin kamu biar kamu tau kalo aku sama dia nggak ada apa-apa. Dan aku juga mau kenalin kamu sama dia." Allesa berkata terus teran