Tiga hari telah berlalu sejak pertengkarannya dengan Elios, malam ini Lavender berniat mengunjungi markasnya. namun sebelum itu dia hendak menemui Elios terlebih dulu.
Tok. Tok. Tok.Lavender mengetuk pintu kamar Elios tiga kali, tak berselang lama pintu terbuka menampilkan sosok Elios yang sedang bertelanjang dada."Lav, ada apa?" heran Elios."Jaga, Ezra, aku ada perlu di luar." Ujar Lavender tanpa basa basi.Mendengar hal itu, kedua alis Elios terangkat."Malam-malam begini? lebih baik besok saja kalau mau pergi keluar, Lav, hari ini sudah terlalu malam." Nasehat Elios."Aku tidak meminta pendapatmu, El, aku hanya minta kamu jagain, Ezra, selama aku pergi." Tukas Lavender dingin.Helaan nafas berat terdengar dari Elios, melihat sorot mata Lavender yang begitu dingin membuat Elios mau tak mau akhirnya mengangguk pasrah, dia tidak ingin bertengkar dengan Lavender seperti beberapa hari yang lalu."Oke, aku akan menjaganya tapi, kamu harus pergi membawa bodyguard, agar mereka bisa menjagamu." usul Elios.Namun usul tersebut langsung di tolak mentah-mentah oleh Lavender."Tidak perlu, aku bisa menjaga diriku sendiri." Sahut Lavender."Tapi Lav-""El, kurasa kamu perlu membaca ulang surat perjanjian kita." Ujar Lavender memotong ucapan Elios.Degh.Elios merasa tertohok dengan ucapan Lavender, dia bahkan melupakan perjanjian yang mereka buat dulu."Tapi, aku khawatir sama kamu, Lav, terlalu berbahaya kalau kamu keluar sendirian." Elios terus mencoba membujuk Lavender.Namun yang dia dapat justru tatapan dingin dan menusuk dari Lavender."El, jangan membuatku semakin benci padamu, lakukan saja seperti sikapmu yang biasa. jangan pedulikan keberadaan ku.""Lav, aku tau aku salah karena sudah mengabaikan kamu! tapi setidaknya sekarang aku mau berubah, tolong kasih aku kesempatan." lirih Elios.Dia benar-benar frustasi menghadapi sikap Lavender yang keras kepala, rasanya Elios ingin berteriak sekuat mungkin dan mengatakan pada Lavender jika selama ini dia tidak berniat mengabaikan mereka, dia hanya tidak mau Lavender semakin membencinya.Lavender hanya mengangkat kedua bahunya acuh, dia sama sekali tidak memperdulikan ucapan Elios sedikit pun. rasa kecewa yang dia dapat dan kejadian yang menimpanya di masa lalu masih membekas dengan baik."El, waktuku semakin terbuang sia-sia hanya untuk mendengar omong kosong darimu, sekarang aku harus pergi. tolong jaga, Ezra, baik-baik." ujar Lavender mengalihkan pembicaraan.Elios tak bisa berkata-kata lagi, dia merasa sangat sulit untuk mendapatkan simpati Lavender.'Mungkin kah, aku tidak menarik di matanya?' batin Elios murung.Lavender berlalu dari hadapan Elios, setelah mendapat anggukan kecil darinya. Elios terus melihat punggung Lavender yang mulai menjauh dari pandangannya.Tubuh proposional bak seorang model yang banyak di idam-idamkan wanita, serta fitur wajah yang cantik melekat erat pada sosok Lavender.Elios mengagumi istrinya sejak lama, dia selalu bertanya-tanya dalam hati. seperti apa sosok sebenarnya istrinya itu jika dia melepas topeng dingin dan datar yang selalu di tunjukan pada dirinya. sayangnya Elios tidak menyadari jika di balik kelebihan yang Lavender miliki. terukir luka sangat dalam yang hampir membuatnya gila._________Suasana malam yang hening, membuat Lavender bisa kebut-kebutan di jalan raya. dia membawa mobilnya di atas kecepatan rata-rata.Satu jam kemudian Lavender tiba di sebuah bangunan yang terletak cukup jauh dari jalan Raya, Lavender memarkirkan mobilnya di halaman rumah tersebut. sebelum keluar dia mengambil topeng lalu memakainya agar tidak ada yang tau seperti apa wajahnya.Lavender membuka pintu mobil, saat dia keluar suara riuh langsung menyambut gendang telinganya."SELAMAT DATANG, NONA." sapa seluruh anggota The Untouchable."Terimakasih sudah menyambut ku." sahut Lavender.Mendengar Leader mereka mengucapkan terimakasih, seketika raut wajah mereka berubah pias. begitu juga dengan seorang pemuda yang menjadi wakil Lavender."Nona, apa anda salah makan?" tanya pemuda tersebut."Tidak, memang kenapa, apa ada yang aneh padaku?" bingung Lavender.Pemuda bernama Luca tersebut, mendekat ke arah Lavender. dia lalu berbisik di telinga Lavender."Nona, tidak seperti biasanya. dari dulu, Nona, tidak pernah bilang terimakasih, jadi kami semua tercengang mendengarnya." bisik Luca."Benarkah? kurasa aku tidak sedingin itu Luc." gumam Lavender seolah tak percaya dengan ucapan wakilnya.'Huh, Nona benar-benar tidak menyadari sifatnya sendiri.' Batin Luca heran.Setelah berbincang-bincang ringan dengan Luca, mereka semua kembali masuk ke markas. Lavender memimpin jalan menuju aula, tidak ada satu pun yang tau wajah Leader mereka. yang mereka tau hanya Leader mereka seorang perempuan.Tap. Tap. Tap.Lavender berdiri di atas podium, sedangkan para anggota yang lain sudah berdiri rapi di aula tersebut."Selamat malam semuanya, bagaimana kabar kalian selama saya tidak ada di sini?" ucap Lavender membuka pembicaraannya."Malam juga, Nona, kami semua sehat." jawab mereka serempak.Di balik topeng yang dia kenakan, Lavender tersenyum simpul. Organisasi yang dia dirikan menjadi rumah pertamanya yang mau menerima dia apa adanya tanpa menuntut untuk melakukan semua hal secara sempurna."Bagus, jadi maksud kedatangan saya kesini, saya akan kembali bergabung dengan kalian semua mulai hari ini!"Ucapan Lavender di sambut antusias oleh mereka, terlebih Luca yang langsung melompat-lompat kegirangan."Akhirnya, pekerjaan ku berkurang." Ucap Luca senang.Selama ini dia tidak bisa istirahat dengan benar, dia bekerja siang dan malam mengurus semua tugas yang seharusnya di tangani oleh Leader mereka.Organisasi Lavender, merupakan organisasi pemasok senjata serta menyediakan jasa menyewakan bodyguard. banyak yang sudah bekerjasama dengan organisasi tersebut, hingga membuat organisasi T.U terkenal di dunia bawah.Pembahasan dengan para anggota T.U berlangsung cukup lama, tanpa terasa jam sudah menunjukan pukul 03.00 pagi. Lavender akhirnya memutuskan untuk menutup rapat hari itu."Kita akhiri sampai di sini rapatnya, jika ada yang perlu di bahas lagi biar, Luca, yang mengurusnya." Ujar Lavender mengakhiri rapatnya."Baik, Nona." sahut mereka serempak.Para anggota Lavender satu persatu keluar dari ruang rapat, Lavender dan Luca memilih pergi menuju ruangan milik Lavender.Ceklek.Pintu terbuka, Lavender mengajak Luca memasuki ruangan itu. mereka berdua duduk di sofa panjang yang ada di sana. Lavender membuka topengnya, Luca tidak terkejut karena hanya dia yang tau identitas asli Lavender."Luca, selama aku tidak ada, apa kamu merasa ada pergerakan yang aneh di sekitar sini?" ucap Lavender menoleh ke arah Luca."Tidak ada, Nona, memangnya kenapa?"Raut bingung terlihat jelas di wajah Luca, dia kembali bertanya pada Lavender."Apa, Nona, merasakan firasat buruk lagi?" tebak Luca.Lavender menggeleng pelan, dia menoleh ke arah jendela yang menghadap langsung ke arah hutan."Luca, awasi daerah ini seteliti mungkin. jangan biarkan para hama masuk ke area kita." titah Lavender.Sorot matanya sangat dingin, Luca mengikuti arah pandang Lavender. seketika senyum smirk terbit di wajahnya."Nona, tenang saja saya pasti membereskan mereka dengan baik." Sahut Luca.Lavender mempercayai Luca, karena selama ini dia satu-satunya orang yang membantu Lavender dengan tulus. dan kembalinya dia ke markas pasti membuat gaduh dunia bawah. serta menjadi ancaman bagi orang-orang yang dulu memiliki dendam padanya.Semilir angin malam, menerbangkan helai demi helai rambut Lavender yang sedang berdiri di balkon kamarnya.Satu minggu sudah berlalu sejak dia kembali hidup dari kematiannya. saat ini pikiran Lavender sedang menerawang jauh pada kejadian beberapa tahun yang lalu, saat dia di jual sebagai jaminan untuk mendapatkan bantuan dana dari Elios Greyson.Beberapa tahun yang lalu.........Mansion Pradivta terlihat tenang dari luar, namun berbeda dengan kondisi di dalamnya yang terlihat sangat tegang.Di ruang tamu terlihat seorang gadis yang baru saja pulang sekolah, menatap murka pada kedua orang tuanya."Maksud kalian apa? Kenapa kalian tega melakukan ini padaku." Sentak gadis yang baru menginjak usia 17 tahun, dia Lavender Pradivta."Jangan banyak tanya, Lavender! kamu cukup mengikuti perintah kami." Sahut sang ayah."Kenapa aku harus mengikuti perintah kalian? selama ini aku selalu menuruti semua ucapan kalian, tapi apa yang aku dapat hah? kalian bahkan enggan menganggap aku sebagai putri ka
Lavender sedang bersiap-siap pergi membeli pakaian bersama, Ezra. dia sudah memandikan putranya tadi, hari ini Lavender mengenakan atasan blouse berwarna putih di padukan dengan celana panjang berwarna hitam.Rambut hitamnya dia gerai begitu saja, setelah semua siap. Lavender menghampiri Ezra yang sedang duduk di ranjang king size sembari mengayun-ayunkan kedua kakinya."Sayang, maaf yah, Mamah, lama." Ujar Lavender tak enak.Ezra menoleh, dia kagum dengan wajah ibunya sendiri."Mamah, cantik." cetus Ezra.Lavender tertawa lirih, dia berjongkok di depan Ezra lalu mengecup singkat pipi chubby putranya."Kamu, juga ganteng." Sahut Lavender."Kita berangkat sekarang yuk, mumpung belum siang." ajaknya pada Ezra.Ezra mengangguk kecil, dia turun dari ranjang di bantu Lavender. mereka berdua bergandengan tangan menuju pintu keluar.Saat Lavender membuka pintu, dia terkejut melihat Elios berdiri di depannya."El? ngapain kamu berdiri di sini?" heran Lavender.Mendengar pertanyaan tersebut, E
Ruangan bernuansa abu-abu yang menjadi warna favorit bagi Elios, terlihat hening dan tenang sebelum seseorang menerobos masuk ke dalam ruangannya.BRAAKK.Elios yang tadinya sedang sibuk menggoreskan pulpen di atas kertas, seketika langsung melihat ke arah pintu.Dia tertegun melihat ibunya datang secara tiba-tiba tanpa memberi kabar terlebih dulu.Elios bergegas menyambut kedatangan ibunya, dia memundurkan kursi kebesarannya dan melangkah menuju tempat ibunya berdiri."Bu, tumben kesini nggak ngabarin dulu?" ucap Elios begitu berhadapan dengan ibunya."Ibu, buru-buru jadi tidak sempat memberitahu mu. ngomong-ngomong ada hal penting yang ingin, Ibu, bicarakan denganmu, Nak." sahut Ibu Elios yang bernama JASMINE GREYSON.Elios mengernyit heran, dia lantas mengajak ibunya menuju sofa panjang yang ada di samping meja kerja Elios.Mereka berdua duduk saling berjejeran, Jasmine nama ibu Elios. dia meraih tangan putranya secara mendadak hingga membuat Elios terkejut."Bu, ada apa?" heran El
Kondisi kediaman Greyson mendadak berubah tegang, semua yang memakan kue buatan Lavender muntah-muntah, terlebih Ezra yang sudah terkulai lemas.Lavender berdiri dari kursi ruang makan, dia menuju ke arah dapur. Melihat kondisi semakin tak terkendali, Lavender langsung mengambil ponselnya lalu menghubungi dokter pribadi keluarganya.Setelah menelfon dokter, Lavender berlari sembari menggendong Ezra menuju ruang keluarga. dia mengambil kotak obat lalu mencari obat anti mual, setelah mendapatkannya dia kembali ke arah dapur dan memberikan obat tersebut pada para pelayan."Kalian, minum ini dulu. sebentar lagi dokter datang kalian masih kuat nunggu, kan?" ucap Lavender.Para pelayan mengangguk, mereka mengambil obat tersebut dan langsung meminumnya.Tak berselang lama dokter pun datang, Ezra menjadi pasien pertama yang di periksa oleh dokter pribadi keluarganya."Dok, bagaimana kondisi anak saya?" cemas Lavender.Dokter itu menoleh ke arah Lavender, dia sedikit merasa takut saat mau meny
Setengah jam kemudian, Elios sampai di halaman mansionnya. dia memarkirkan mobilnya di garasi.Setelah membawa dua kotak mainan di tangannya, Elios bergegas memasuki mansion.Ceklek.Pintu terbuka lebar, namun suasana di dalam rumahnya tampak sepi dan sunyi. tidak ada satu pun pelayan yang berlalu lalang seperti biasanya."Kemana perginya semua orang?" gumam Elios.Dia melangkah menuju tangga, lalu menaikinya perlahan-lahan. sesaat kemudian dia sampai di depan pintu kamar Lavender yang sedikit terbuka.Baru saja Elios ingin membuka pintu, tiba-tiba dia mendengar pembicaraan antara Lavender dan dokter pribadinya."Dok, nanti kirim semua laporan yang terkena racun pada saya, soal biaya berobat nanti saya transfer pada anda." ujar Lavender."Baik, Nyonya, nanti saya-"BRAAKK.Belum sempat dokter itu menyelesaikan ucapannya, suara pintu di buka secara kasar membuat mereka berdua terlonjak kaget."Apa-apaan ini?" tanya Elios.Raut wajahnya tampak sangat marah, dia berjalan ke arah Lavender
Suasana mansion yang terletak cukup jauh dari jalan raya, tampak sepi hingga tadi. namun sesaat kemudian mansion yang awalnya gelap gulita seketika berubah terang.Di dalam mansion itu, terlihat satu pria sedang berbincang-bincang dengan seorang pemuda yang mengenakan hoodie berwarna hitam."Anda sangat sulit di temui akhir-akhir ini, Tuan, apakah indonesia nyaman untuk anda tinggali?" tanya pria paruh paya."Lumayan, setidaknya di sini saya bisa bersantai." sahut pemuda tersebut."Benar, anda sudah lama tinggal di luar negeri. saya rasa anda akan betah tinggal di sini."Pemuda tersebut mendongak, sorot matanya terlihat sangat tajam dan menakutkan. Hingga membuat pria paruh baya itu sedikit gemetar."Sudahi basa basinya! saya tidak bisa membuang waktu hanya untuk mendengar ocehan tidak berguna dari anda." sentak pemuda tersebut.Glek.Pria paruh baya yang tak lain merupakan ayah Elios, itu pun menelan ludahnya dengan kasar.Dia buru-buru meminta maaf dan mengatakan alasan dia memanggi
Sesampainya di ruang UGD, Ezra langsung mendapat penanganan. Lavender menunggu di luar ruang UGD sembari mondar mandir di depan pintu.Banyak pasang mata yang melihatnya secara terang-terangan, namun Lavender tak memperdulikannya.Tak berselang lama, Elios datang sembari berlari ke arah istrinya. Nafasnya tersengal-sengal dan keringat menetes dari dahinya."Hosh...hosh, Lav, dimana Ezra?" ujar Elios."UGD." jawab singkat Lavender.Dia memilih duduk setelah kedatangan Elios, begitu juga dengan Elios yang ikut duduk di samping Lavender.Suasana kembali hening, Elios menoleh ke samping tempat istrinya berada. "Lav, a-aku mau minta maaf." Cetus Elios tiba-tiba.Lavender menoleh balik ke arah Elios, dia menaikan satu alisnya ke atas lalu kembali berkata."Untuk apa, kamu meminta maaf?" sahut Lavender.Raut wajahnya terlihat lelah dan bosan saat bertatapan dengan Elios, hal itu membuat Elios merasa sangat bersalah telah membentak Lavender."Maaf, aku sudah membentak mu, Lav, aku benar-ben
Lorong rumah sakit, yang awalnya sepi kini berubah riuh. Beberapa orang keluar dari dalam ruang rawat masing-masing setelah mendengar suara ribut dari luar.Lavender, sosok perempuan dingin yang mempunyai keahlian beladiri. dia tidak segan-segan menghajar orang yang berani mengancam miliknya.BUGH.BUUAAGH."Aarrghh, sialan." umpat salah satu pria yang terpental, setelah mendapat pukulan di perut dan wajahnya.Lavender kembali menghajar kedua rekan pria tersebut, gerakan Lavender tampak sangat luwes. banyak yang merasa kagum dengan Lavender, hingga pertarungan sengit itu akhirnya selesai saat Lavender memukul tengkuk kedua pria tersebut secara bergantian.BUK. BUK. BRUUUK.Lavender melihat sekelilingnya yang sedang merekam aksinya, tanpa permisi Lavender mengambil salah satu ponsel yang merekamnya."Hapus rekaman kalian, sebelum saya buat kalian sama seperti mereka." ujar Lavender mengancam mereka.Mendengar ucapan tersebut, semua orang yang tadi merekam aksinya segera menghapus reka