Share

Bab 8

Tiga hari telah berlalu sejak pertengkarannya dengan Elios, malam ini Lavender berniat mengunjungi markasnya. namun sebelum itu dia hendak menemui Elios terlebih dulu.

Tok. Tok. Tok.

Lavender mengetuk pintu kamar Elios tiga kali, tak berselang lama pintu terbuka menampilkan sosok Elios yang sedang bertelanjang dada.

"Lav, ada apa?" heran Elios.

"Jaga, Ezra, aku ada perlu di luar." Ujar Lavender tanpa basa basi.

Mendengar hal itu, kedua alis Elios terangkat.

"Malam-malam begini? lebih baik besok saja kalau mau pergi keluar, Lav, hari ini sudah terlalu malam." Nasehat Elios.

"Aku tidak meminta pendapatmu, El, aku hanya minta kamu jagain, Ezra, selama aku pergi." Tukas Lavender dingin.

Helaan nafas berat terdengar dari Elios, melihat sorot mata Lavender yang begitu dingin membuat Elios mau tak mau akhirnya mengangguk pasrah, dia tidak ingin bertengkar dengan Lavender seperti beberapa hari yang lalu.

"Oke, aku akan menjaganya tapi, kamu harus pergi membawa bodyguard, agar mereka bisa menjagamu." usul Elios.

Namun usul tersebut langsung di tolak mentah-mentah oleh Lavender.

"Tidak perlu, aku bisa menjaga diriku sendiri." Sahut Lavender.

"Tapi Lav-"

"El, kurasa kamu perlu membaca ulang surat perjanjian kita." Ujar Lavender memotong ucapan Elios.

Degh.

Elios merasa tertohok dengan ucapan Lavender, dia bahkan melupakan perjanjian yang mereka buat dulu.

"Tapi, aku khawatir sama kamu, Lav, terlalu berbahaya kalau kamu keluar sendirian." Elios terus mencoba membujuk Lavender.

Namun yang dia dapat justru tatapan dingin dan menusuk dari Lavender.

"El, jangan membuatku semakin benci padamu, lakukan saja seperti sikapmu yang biasa. jangan pedulikan keberadaan ku."

"Lav, aku tau aku salah karena sudah mengabaikan kamu! tapi setidaknya sekarang aku mau berubah, tolong kasih aku kesempatan." lirih Elios.

Dia benar-benar frustasi menghadapi sikap Lavender yang keras kepala, rasanya Elios ingin berteriak sekuat mungkin dan mengatakan pada Lavender jika selama ini dia tidak berniat mengabaikan mereka, dia hanya tidak mau Lavender semakin membencinya.

Lavender hanya mengangkat kedua bahunya acuh, dia sama sekali tidak memperdulikan ucapan Elios sedikit pun. rasa kecewa yang dia dapat dan kejadian yang menimpanya di masa lalu masih membekas dengan baik.

"El, waktuku semakin terbuang sia-sia hanya untuk mendengar omong kosong darimu, sekarang aku harus pergi. tolong jaga, Ezra, baik-baik." ujar Lavender mengalihkan pembicaraan.

Elios tak bisa berkata-kata lagi, dia merasa sangat sulit untuk mendapatkan simpati Lavender.

'Mungkin kah, aku tidak menarik di matanya?' batin Elios murung.

Lavender berlalu dari hadapan Elios, setelah mendapat anggukan kecil darinya. Elios terus melihat punggung Lavender yang mulai menjauh dari pandangannya.

Tubuh proposional bak seorang model yang banyak di idam-idamkan wanita, serta fitur wajah yang cantik melekat erat pada sosok Lavender.

Elios mengagumi istrinya sejak lama, dia selalu bertanya-tanya dalam hati. seperti apa sosok sebenarnya istrinya itu jika dia melepas topeng dingin dan datar yang selalu di tunjukan pada dirinya. sayangnya Elios tidak menyadari jika di balik kelebihan yang Lavender miliki. terukir luka sangat dalam yang hampir membuatnya gila.

_________

Suasana malam yang hening, membuat Lavender bisa kebut-kebutan di jalan raya. dia membawa mobilnya di atas kecepatan rata-rata.

Satu jam kemudian Lavender tiba di sebuah bangunan yang terletak cukup jauh dari jalan Raya, Lavender memarkirkan mobilnya di halaman rumah tersebut. sebelum keluar dia mengambil topeng lalu memakainya agar tidak ada yang tau seperti apa wajahnya.

Lavender membuka pintu mobil, saat dia keluar suara riuh langsung menyambut gendang telinganya.

"SELAMAT DATANG, NONA." sapa seluruh anggota The Untouchable.

"Terimakasih sudah menyambut ku." sahut Lavender.

Mendengar Leader mereka mengucapkan terimakasih, seketika raut wajah mereka berubah pias. begitu juga dengan seorang pemuda yang menjadi wakil Lavender.

"Nona, apa anda salah makan?" tanya pemuda tersebut.

"Tidak, memang kenapa, apa ada yang aneh padaku?" bingung Lavender.

Pemuda bernama Luca tersebut, mendekat ke arah Lavender. dia lalu berbisik di telinga Lavender.

"Nona, tidak seperti biasanya. dari dulu, Nona, tidak pernah bilang terimakasih, jadi kami semua tercengang mendengarnya." bisik Luca.

"Benarkah? kurasa aku tidak sedingin itu Luc." gumam Lavender seolah tak percaya dengan ucapan wakilnya.

'Huh, Nona benar-benar tidak menyadari sifatnya sendiri.' Batin Luca heran.

Setelah berbincang-bincang ringan dengan Luca, mereka semua kembali masuk ke markas. Lavender memimpin jalan menuju aula, tidak ada satu pun yang tau wajah Leader mereka. yang mereka tau hanya Leader mereka seorang perempuan.

Tap. Tap. Tap.

Lavender berdiri di atas podium, sedangkan para anggota yang lain sudah berdiri rapi di aula tersebut.

"Selamat malam semuanya, bagaimana kabar kalian selama saya tidak ada di sini?" ucap Lavender membuka pembicaraannya.

"Malam juga, Nona, kami semua sehat." jawab mereka serempak.

Di balik topeng yang dia kenakan, Lavender tersenyum simpul. Organisasi yang dia dirikan menjadi rumah pertamanya yang mau menerima dia apa adanya tanpa menuntut untuk melakukan semua hal secara sempurna.

"Bagus, jadi maksud kedatangan saya kesini, saya akan kembali bergabung dengan kalian semua mulai hari ini!"

Ucapan Lavender di sambut antusias oleh mereka, terlebih Luca yang langsung melompat-lompat kegirangan.

"Akhirnya, pekerjaan ku berkurang." Ucap Luca senang.

Selama ini dia tidak bisa istirahat dengan benar, dia bekerja siang dan malam mengurus semua tugas yang seharusnya di tangani oleh Leader mereka.

Organisasi Lavender, merupakan organisasi pemasok senjata serta menyediakan jasa menyewakan bodyguard. banyak yang sudah bekerjasama dengan organisasi tersebut, hingga membuat organisasi T.U terkenal di dunia bawah.

Pembahasan dengan para anggota T.U berlangsung cukup lama, tanpa terasa jam sudah menunjukan pukul 03.00 pagi. Lavender akhirnya memutuskan untuk menutup rapat hari itu.

"Kita akhiri sampai di sini rapatnya, jika ada yang perlu di bahas lagi biar, Luca, yang mengurusnya." Ujar Lavender mengakhiri rapatnya.

"Baik, Nona." sahut mereka serempak.

Para anggota Lavender satu persatu keluar dari ruang rapat, Lavender dan Luca memilih pergi menuju ruangan milik Lavender.

Ceklek.

Pintu terbuka, Lavender mengajak Luca memasuki ruangan itu. mereka berdua duduk di sofa panjang yang ada di sana. Lavender membuka topengnya, Luca tidak terkejut karena hanya dia yang tau identitas asli Lavender.

"Luca, selama aku tidak ada, apa kamu merasa ada pergerakan yang aneh di sekitar sini?" ucap Lavender menoleh ke arah Luca.

"Tidak ada, Nona, memangnya kenapa?"

Raut bingung terlihat jelas di wajah Luca, dia kembali bertanya pada Lavender.

"Apa, Nona, merasakan firasat buruk lagi?" tebak Luca.

Lavender menggeleng pelan, dia menoleh ke arah jendela yang menghadap langsung ke arah hutan.

"Luca, awasi daerah ini seteliti mungkin. jangan biarkan para hama masuk ke area kita." titah Lavender.

Sorot matanya sangat dingin, Luca mengikuti arah pandang Lavender. seketika senyum smirk terbit di wajahnya.

"Nona, tenang saja saya pasti membereskan mereka dengan baik." Sahut Luca.

Lavender mempercayai Luca, karena selama ini dia satu-satunya orang yang membantu Lavender dengan tulus. dan kembalinya dia ke markas pasti membuat gaduh dunia bawah. serta menjadi ancaman bagi orang-orang yang dulu memiliki dendam padanya.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status