"LAVENDER PRADIVTA!"
Suara teriakan menggema dalam mansion Greyson, Lavender menoleh ke arah tangga. Dia melihat Elios sedang menuruni tangga dengan tergesa-gesa.Tap. Tap. Tap.Saat Elios sampai di depan istrinya, Elios hendak menarik pergelangan tangan Lavender namun langsung di tepis olehnya."Cepat katakan apa maumu? kenapa pagi-pagi kamu sudah berteriak seperti di hutan, El?" tukas Lavender dingin."Hah~ harusnya aku yang bertanya padamu, kenapa kamu mengumpulkan semua pelayan pagi-pagi begini?" ujar Elios menurunkan nada suaranya."Aku, hanya mendisiplinkan mereka, itu saja tidak lebih."Mendengar jawaban acuh tak acuh dari Lavender, membuat kepala Elios berdenyut-denyut. Dia sulit memahami pikiran Lavender yang sering kali membuatnya salah paham."Lav, kalo kamu mau mendisiplinkan mereka tidak perlu menggunakan cara kasar seperti ini." Ujar Elios mencoba memberi pemahaman."Kasar? maksudmu kasar seperti apa? aku tidak menyentuh mereka, aku tidak memukul atau pun menampar mereka. lantas dimana letak kasar yang kamu maksud, El?""Kamu, memang tidak memukul mereka, tapi kamu membentaknya, Lav, mereka menjadi takut padamu." Ucap Elios.Lavender mendekat ke arah Elios, perlahan dia mengangkat tangannya lalu menaruhnya di dada suaminya.Degh.Tiba-tiba jantung Elios berdetak tak menentu, semburat merah muncul di kedua pipinya."L-Lav." Panggil Elios gugup.Lavender mendongak, kedua bola matanya membius pandangan Elios. dia tidak bisa mengalihkan penglihatannya dari wajah sang istri."El, menurutmu apa aku terlihat sangat buruk?" bisik Lavender.Reflek Elios mengangguk, sesaat kemudian dia tersadar lalu menggeleng dengan cepat."Nggak, kamu nggak buruk, Lav." Ujar Elios.Tangan Lavender mulai merambat naik menuju leher kokoh suaminya, dia mengelus sensual jakun Elios. Sentuhan lembut dari Lavender tiba-tiba berubah menjadi cengkraman di lehernya.Grep."L-Lav, apa yang kamu la-lakukan?"Pertanyaan Elios di sambut kekehan sinis oleh Lavender, kukunya yang panjang mulai menggores kulit Elios."Sejak awal, aku tidak pernah di sambut di rumah ini dan kamu-" Lavender menggantung ucapannya.Dia melepas cengkraman di leher Elios, lalu mundur beberapa langkah hingga jarak di antara mereka berdua kembali renggang."Kamu, sebagai pemilik mansion ini sama sekali tidak perduli dengan keberadaan ku dan juga, Ezra. Menurutmu apa wajar seorang pelayan mengabaikan majikannya? bahkan dengan sengaja menyiksa anak majikannya sendiri, menurutmu itu wajar, El?" lanjut Lavender dingin.Dalam ucapan Lavender, tersirat kekecewaan yang sangat dalam pada elios. Lavender tidak meminta untuk di mengerti atau pun di terima, dia hanya ingin putranya hidup nyaman dan bahagia.Elios dapat merasakan kekecewaan yang di tunjukan Lavender, hal itu membuat Elios tertampar dengan sikapnya yang sudah mengabaikan istri serta putranya selama ini.Elios membuang wajahnya ke samping, menghindari tatapan mata Lavender."Maaf." Lirih Elios, dia tak berani menatap wajah istrinya."El, aku tidak membutuhkan kata maaf darimu. kamu boleh membenciku, karena sejak awal semua itu sudah terjadi dan aku tidak merasa keberatan.Tapi setidaknya kamu tanyakan dulu, alasan aku membentak mereka!""Anggap saja aku jahat, aku bahkan tidak perduli jika semua orang di rumah ini membenciku. Tapi aku tidak akan membiarkan satu pun orang menyakiti putraku, bahkan kamu sekali pun!" tegas Lavender.Degh.Perasaan Elios terasa sesak mendengar ucapan Lavender, tebing yang Lavender bangun semakin hari semakin tinggi. Elios bahkan tidak yakin suatu saat mampu menerobos tebing tersebut.Melihat keterdiaman Elios, Lavender menjadi lelah dia memilih memasrahkan masalah pelayan pada Elios."El." panggil Lavender.Elios menoleh ke arah istrinya. "Ada apa, Lav?""Karena semua jadi runyam begini, maka aku pasrahkan urusan pelayan sama kamu. terserah kamu mau mendidik mereka seperti apa, aku tidak mau ikut campur lagi." ujar Lavender datar.Ucapan Lavender membuat Elios kelabakan, di meraih tangan Lavender yang hendak pergi."Lav, tunggu dulu. maksud aku bukan seperti ini, aku hanya-""Sudah lah, aku lelah, El, aku mau kembali ke kamar." Lavender memotong ucapan Elios.Dia melepas paksa tangannya yang masih di pegang oleh Elios, Lavender mulai menaiki tangga, namun di tengah tangga dia kembali berbicara pada Elios dari kejauhan."El, sifatku memang buruk, tapi aku bertindak seperti tadi bukan tanpa alasan. lebih baik kamu lihat buku keuangan yang di pegang kepala pelayan." Ujar Lavender dari tangga.Elios terdiam, setelah mengatakan hal itu Lavender kembali melanjutkan langkahnya. Elios melihat punggung Lavender yang semakin jauh dari pandangannya. Elios merasa ada sesuatu yang mengganjal di hatinya sejak tadi.'Kenapa perasaanku tidak enak begini.' batin Elios.___________Di sisi lain, lebih tepatnya mansion Pradivta. terlihat dua orang paruh baya sedang duduk di sofa sembari berbincang-bincang ringan.Mereka bernama, THOMAS PRADIVTA dan HANNAH PRADIVTA, kedua orang itu merupakan orang tua Lavender."Pah, dana dari keluarga Greyson sudah masuk?" ujar Hannah antusias."Sudah, Mah, sekang kita nggak perlu cemas dengan dana perusahaan yang hilang." Sahut Thomas.Hannah tersenyum lebar, dia meraih tangan suaminya lalu bergelayut manja sembari menyenderkan kepalanya di pundak sang suami."Ada untungnya juga kita membesarkan anak itu, Pah." Cetus Hannah."Mamah, benar ternyata dia laku lebih mahal dari yang kita kira haha." Tawa puas terdengar dari mulut Thomas."Huh kalau saja dia tidak laku, aku pasti sudah membunuhnya dan melempar mayatnya pada anjing hutan." Sahut Hannah.Thomas mengangkat tangannya lalu mengelus lembut pipi Hannah. semburat merah muda muncul di wajah Hannah, yang sudah mulai keriput."Kamu, memang istri yang terbaik, Hannah." Ucap Thomas tiba-tiba.Mendengar pujian suaminya, Hannah tak bisa menutupi rasa senangnya. dia kembali teringat kejadian beberapa tahun silam."Pah, kalau Lavender tau yang sebenarnya bagaimana?" Cetus Hannah sedikit khawatir."Tidak mungkin, dia bukan anak yang perduli dengan urusan orang lain." Sahut Thomas meyakinkan istrinya.Hannah melepas pelukannya di tangan Thomas, dia menegakan tubuhnya lalu menatap kembali suaminya."Papah, yakin? kalau sampai dia tau yang ada dia menuntut balas pada kita."Thomas menggeleng yakin. "Mah, kalau memang Lavender ingin tau, pasti dia sudah mengetahuinya sejak dulu.""Tapi, Pah-""Mamah, jangan khawatir hal yang tidak penting seperti itu. Lavender anak yang bodoh, dia tidak mungkin mencari tau kebenaran yang sesungguhnya." Ujar Thomas memotong ucapan Hannah.Helaan nafas berat terdengar dari Hannah, perasaannya tiba-tiba sangat tidak tenang. Namun dia tidak ingin membuat suaminya semakin khawatir."Mungkin hanya perasaanku saja." gumam Hannah sedikit tak yakin.Tiga hari telah berlalu sejak pertengkarannya dengan Elios, malam ini Lavender berniat mengunjungi markasnya. namun sebelum itu dia hendak menemui Elios terlebih dulu.Tok. Tok. Tok.Lavender mengetuk pintu kamar Elios tiga kali, tak berselang lama pintu terbuka menampilkan sosok Elios yang sedang bertelanjang dada."Lav, ada apa?" heran Elios."Jaga, Ezra, aku ada perlu di luar." Ujar Lavender tanpa basa basi.Mendengar hal itu, kedua alis Elios terangkat."Malam-malam begini? lebih baik besok saja kalau mau pergi keluar, Lav, hari ini sudah terlalu malam." Nasehat Elios."Aku tidak meminta pendapatmu, El, aku hanya minta kamu jagain, Ezra, selama aku pergi." Tukas Lavender dingin.Helaan nafas berat terdengar dari Elios, melihat sorot mata Lavender yang begitu dingin membuat Elios mau tak mau akhirnya mengangguk pasrah, dia tidak ingin bertengkar dengan Lavender seperti beberapa hari yang lalu."Oke, aku akan menjaganya tapi, kamu harus pergi membawa bodyguard, agar mereka bisa menj
Semilir angin malam, menerbangkan helai demi helai rambut Lavender yang sedang berdiri di balkon kamarnya.Satu minggu sudah berlalu sejak dia kembali hidup dari kematiannya. saat ini pikiran Lavender sedang menerawang jauh pada kejadian beberapa tahun yang lalu, saat dia di jual sebagai jaminan untuk mendapatkan bantuan dana dari Elios Greyson.Beberapa tahun yang lalu.........Mansion Pradivta terlihat tenang dari luar, namun berbeda dengan kondisi di dalamnya yang terlihat sangat tegang.Di ruang tamu terlihat seorang gadis yang baru saja pulang sekolah, menatap murka pada kedua orang tuanya."Maksud kalian apa? Kenapa kalian tega melakukan ini padaku." Sentak gadis yang baru menginjak usia 17 tahun, dia Lavender Pradivta."Jangan banyak tanya, Lavender! kamu cukup mengikuti perintah kami." Sahut sang ayah."Kenapa aku harus mengikuti perintah kalian? selama ini aku selalu menuruti semua ucapan kalian, tapi apa yang aku dapat hah? kalian bahkan enggan menganggap aku sebagai putri ka
Lavender sedang bersiap-siap pergi membeli pakaian bersama, Ezra. dia sudah memandikan putranya tadi, hari ini Lavender mengenakan atasan blouse berwarna putih di padukan dengan celana panjang berwarna hitam.Rambut hitamnya dia gerai begitu saja, setelah semua siap. Lavender menghampiri Ezra yang sedang duduk di ranjang king size sembari mengayun-ayunkan kedua kakinya."Sayang, maaf yah, Mamah, lama." Ujar Lavender tak enak.Ezra menoleh, dia kagum dengan wajah ibunya sendiri."Mamah, cantik." cetus Ezra.Lavender tertawa lirih, dia berjongkok di depan Ezra lalu mengecup singkat pipi chubby putranya."Kamu, juga ganteng." Sahut Lavender."Kita berangkat sekarang yuk, mumpung belum siang." ajaknya pada Ezra.Ezra mengangguk kecil, dia turun dari ranjang di bantu Lavender. mereka berdua bergandengan tangan menuju pintu keluar.Saat Lavender membuka pintu, dia terkejut melihat Elios berdiri di depannya."El? ngapain kamu berdiri di sini?" heran Lavender.Mendengar pertanyaan tersebut, E
Ruangan bernuansa abu-abu yang menjadi warna favorit bagi Elios, terlihat hening dan tenang sebelum seseorang menerobos masuk ke dalam ruangannya.BRAAKK.Elios yang tadinya sedang sibuk menggoreskan pulpen di atas kertas, seketika langsung melihat ke arah pintu.Dia tertegun melihat ibunya datang secara tiba-tiba tanpa memberi kabar terlebih dulu.Elios bergegas menyambut kedatangan ibunya, dia memundurkan kursi kebesarannya dan melangkah menuju tempat ibunya berdiri."Bu, tumben kesini nggak ngabarin dulu?" ucap Elios begitu berhadapan dengan ibunya."Ibu, buru-buru jadi tidak sempat memberitahu mu. ngomong-ngomong ada hal penting yang ingin, Ibu, bicarakan denganmu, Nak." sahut Ibu Elios yang bernama JASMINE GREYSON.Elios mengernyit heran, dia lantas mengajak ibunya menuju sofa panjang yang ada di samping meja kerja Elios.Mereka berdua duduk saling berjejeran, Jasmine nama ibu Elios. dia meraih tangan putranya secara mendadak hingga membuat Elios terkejut."Bu, ada apa?" heran El
Kondisi kediaman Greyson mendadak berubah tegang, semua yang memakan kue buatan Lavender muntah-muntah, terlebih Ezra yang sudah terkulai lemas.Lavender berdiri dari kursi ruang makan, dia menuju ke arah dapur. Melihat kondisi semakin tak terkendali, Lavender langsung mengambil ponselnya lalu menghubungi dokter pribadi keluarganya.Setelah menelfon dokter, Lavender berlari sembari menggendong Ezra menuju ruang keluarga. dia mengambil kotak obat lalu mencari obat anti mual, setelah mendapatkannya dia kembali ke arah dapur dan memberikan obat tersebut pada para pelayan."Kalian, minum ini dulu. sebentar lagi dokter datang kalian masih kuat nunggu, kan?" ucap Lavender.Para pelayan mengangguk, mereka mengambil obat tersebut dan langsung meminumnya.Tak berselang lama dokter pun datang, Ezra menjadi pasien pertama yang di periksa oleh dokter pribadi keluarganya."Dok, bagaimana kondisi anak saya?" cemas Lavender.Dokter itu menoleh ke arah Lavender, dia sedikit merasa takut saat mau meny
Setengah jam kemudian, Elios sampai di halaman mansionnya. dia memarkirkan mobilnya di garasi.Setelah membawa dua kotak mainan di tangannya, Elios bergegas memasuki mansion.Ceklek.Pintu terbuka lebar, namun suasana di dalam rumahnya tampak sepi dan sunyi. tidak ada satu pun pelayan yang berlalu lalang seperti biasanya."Kemana perginya semua orang?" gumam Elios.Dia melangkah menuju tangga, lalu menaikinya perlahan-lahan. sesaat kemudian dia sampai di depan pintu kamar Lavender yang sedikit terbuka.Baru saja Elios ingin membuka pintu, tiba-tiba dia mendengar pembicaraan antara Lavender dan dokter pribadinya."Dok, nanti kirim semua laporan yang terkena racun pada saya, soal biaya berobat nanti saya transfer pada anda." ujar Lavender."Baik, Nyonya, nanti saya-"BRAAKK.Belum sempat dokter itu menyelesaikan ucapannya, suara pintu di buka secara kasar membuat mereka berdua terlonjak kaget."Apa-apaan ini?" tanya Elios.Raut wajahnya tampak sangat marah, dia berjalan ke arah Lavender
Suasana mansion yang terletak cukup jauh dari jalan raya, tampak sepi hingga tadi. namun sesaat kemudian mansion yang awalnya gelap gulita seketika berubah terang.Di dalam mansion itu, terlihat satu pria sedang berbincang-bincang dengan seorang pemuda yang mengenakan hoodie berwarna hitam."Anda sangat sulit di temui akhir-akhir ini, Tuan, apakah indonesia nyaman untuk anda tinggali?" tanya pria paruh paya."Lumayan, setidaknya di sini saya bisa bersantai." sahut pemuda tersebut."Benar, anda sudah lama tinggal di luar negeri. saya rasa anda akan betah tinggal di sini."Pemuda tersebut mendongak, sorot matanya terlihat sangat tajam dan menakutkan. Hingga membuat pria paruh baya itu sedikit gemetar."Sudahi basa basinya! saya tidak bisa membuang waktu hanya untuk mendengar ocehan tidak berguna dari anda." sentak pemuda tersebut.Glek.Pria paruh baya yang tak lain merupakan ayah Elios, itu pun menelan ludahnya dengan kasar.Dia buru-buru meminta maaf dan mengatakan alasan dia memanggi
Sesampainya di ruang UGD, Ezra langsung mendapat penanganan. Lavender menunggu di luar ruang UGD sembari mondar mandir di depan pintu.Banyak pasang mata yang melihatnya secara terang-terangan, namun Lavender tak memperdulikannya.Tak berselang lama, Elios datang sembari berlari ke arah istrinya. Nafasnya tersengal-sengal dan keringat menetes dari dahinya."Hosh...hosh, Lav, dimana Ezra?" ujar Elios."UGD." jawab singkat Lavender.Dia memilih duduk setelah kedatangan Elios, begitu juga dengan Elios yang ikut duduk di samping Lavender.Suasana kembali hening, Elios menoleh ke samping tempat istrinya berada. "Lav, a-aku mau minta maaf." Cetus Elios tiba-tiba.Lavender menoleh balik ke arah Elios, dia menaikan satu alisnya ke atas lalu kembali berkata."Untuk apa, kamu meminta maaf?" sahut Lavender.Raut wajahnya terlihat lelah dan bosan saat bertatapan dengan Elios, hal itu membuat Elios merasa sangat bersalah telah membentak Lavender."Maaf, aku sudah membentak mu, Lav, aku benar-ben