Share

Asisten Pilihan

Penulis: Kim San
last update Terakhir Diperbarui: 2025-05-08 11:15:06

Ibra semakin bertanya-tanya dengan kehidupan yang Ara jalani selama dirinya berpisah tanpa bertukar kabar selama ini.

Sekali bertemu dengan nya setelah sekian lama yang di lihat nya bukan keadaan Ara yang semakin membaik namun malah semakin menderita.

Menangis di depan emperan ruko, yang membuat Ibra merasakan denyut nyeri yang kembali merayap di dada nya.

Seperti kembali melihat Ara kecil yang dahulu sering menangis di lorong rumah milik budhe nya dalam keadaan tidak baik-baik saja akibat siksaan fisik yang di terima dari sang mama.

Kini Ibra kembali melihat kondisi Ara dalam keadaan yang cukup memprihatinkan walaupun Ara tidak mau menceritakan tentang apa yang telah di alaminya.

"Huh!" Hela Ibra di depan meja kerjanya.

Melihat dan memantau banyak dokumen yang belum sempat Ibra tinjau karena terhalang peran ganda yang harus di jalani nya.

Sembari mengecek dokumen, Ibra terlihat memantau Ara dari layar monitor cctv.

Helaan nafas kembali terdengar tatkala Ibra kembali melihat Ara melalui cctv yang kini tengah terlihat tertidur di sofa dengan kondisi meringkuk tanpa memakai selimut.

"Huh, jika mata-mata yang aku tempat kan untuk memantau kondisi Ara tidak segera melapor mungkin saat ini Ara benar-benar akan bermalam di emperan ruko. Memang ya mama dan adik nya memang semuanya sungguh keterlaluan!" Geram Ibra dengan berkali-kali terlihat menggebrak meja kerja nya.

"Tapi syukurlah jika Ara sudah memutuskan untuk meninggalkan pria brengsek itu!" Gumam Ibra yang sedikit merasa agak lega.

Walaupun Ibra sendiri tau bahwa mantan kekasih Ara yang tak lain merupakan sepupu brengseknya tersebut pasti tidak akan menyerah untuk mendapatkan Ara kembali.

"Hahaha. Kenzi pikir mama nya yang sangat materialistis itu akan merestui dirinya menjalin hubungan dengan orang biasa yang bukan dari kalangan pewaris?" Tawa Ibra tergelak kembali begitu mengingat Kenzi yang masih gigih mendekati Ara.

Keluarga Ara bukan lah dari kalangan keluarga kaya raya. Yang tentu saja hal tersebut jelas akan menjadi hambatan utama Kenzi untuk memiliki Ara sekalipun.

Apalagi untuk keinginan Hana bersanding dengan Kenzi itu sangatlah mustahil untuk keduanya bisa bersama kalau tidak ada udang di balik batu.

Hambatan utama tentu karena Hana yang juga masih satu keluarga dengan Ara yang tergolong keluarga sederhana sangat tidak mungkin kedua orang tua Kenzi mau merestui hubungan tersebut.

"Mulai besok tempat kan Tom menjadi salah satu asisten elit perusahaan," ucap Ibra di tengah telepon nya.

"Baik, Tuan," begitulah jawaban pasti dari asisten Johan.

Tom yang merupakan anak sulung asisten Johan telah berhasil melewati pendidikan yang di ajarkan untuk menjadi asisten pribadi CEO yang terpilih dari generasi ke generasi.

Menjadi ketua tim elit perusahaan yang berarti harus menguasai segala nya. Mulai menjadi bodyguard, mata- mata, asisten cekatan, dan bahkan menyamar sesuai tugas yang tengah di berikan oleh CEO nya.

"Sebentar lagi seharusnya aku sudah bisa pensiun. Semoga Tom bisa bekerja dengan baik di bawah naungan Tuan Aron," gumam asisten Johan yang kini tengah menengadah menatap bintang di langit yang nampak begitu cerah.

Asisten yang di pilih oleh Aron sendiri sudah seharusnya tahu dengan aturan nya. Dimana pun Aron berada disana asisten kepercayaan tersebut harus selalu ada di samping nya.

Sekalipun Aron tengah menyamar menjadi karyawan biasa, itu artinya Tom juga diam-diam harus menyamar menjadi karyawan yang sama dengan atasan nya tersebut.

Pagi itu Aron yang tak lain adalah Ibra telah tiba di depan apartemen dimana Ara berada. Seperti sosok dirinya yang masih menjadi Ibra, kini dirinya berlakon seperti halnya memiliki wajah culun dan berkacamata.

Kemeja serta celana yang dikenakannya pun terlihat sangat sederhana dan jauh dari kata bermerek apalagi sampai keluaran terbatas.

Ibra pun tampak melirik arloji sederhana miliknya. Sudah lima menit lamanya dirinya menekan tombol bell namun belum ada tanda-tanda Ara segera membuka kan pintu apartemen nya.

Karena tak kunjung di buka kan pintu, pada akhirnya Ibra segera menekan tombol kode pasword akses masuk ke apartemen yang sebenarnya adalah miliknya tersebut. Bahkan seluruh gedung apartemen tersebut pengelola nya adalah milik anak perusahaannya.

Setelah berhasil masuk ke dalam apartemen, pandangan Ibra tertuju pada Ara yang ternyata masih meringkuk di sofa ruang tamu dalam keadaan demam tinggi.

Bibir yang nampak terlihat sangat pucat membuat Ibra panik seketika.

"Ara! Kamu masih bisa mendengar suara ku kan?" ucap Ibra dengan mencoba menggoyangkan tubuh Ara.

Namun respon yang di berikan oleh Ara adalah sebuah igauan. "Apa salah Ara, Ma.. Maafkan Ara ma, jangan lagi tinggalkan Ara," gumam Ara dengan tubuh yang terlihat sangat gelisah.

"Untuk apa sih Ara masih selalu memperdulikan mama nya yang kejam nya minta ampun melebihi mama tiri!" omel Ibra dengan segera mengambil ponselnya dari saku celananya.

"Segera bawa dokter ke apartemen xxx, dan kamu segera kemari bawakan makanan sehat ke apartemen yang telah ku sebutkan," ucap Ibra menelepon asisten Tom.

Setelah memberikan instruksi kepada asisten pribadi yang sebaya dengan nya itu, dirinya segera mengambil handuk kecil dengan air hangat.

Diseka nya kening Ara secara perlahan sebagai pertolongan pertama nya.

Nafas Ara pun terdengar tersengal-sengal. Demamnya benar-benar tinggi. Mungkin ini adalah akibat dari kehujanan semalam.

"Mama?" ucap Ara dengan memegang tangan Ibra yang telaten mengompres kening nya.

"Aku Ibra, Ra," jawab Ibra dengan segera menaruh kembali handuk kecil nya di sebuah baskom kecil.

Ara yang samar dapat melihat keberadaan Ibra pun menjadi merasa tidak enak hati. Dengan sekuat tenaga Ara segera bangun dari posisi tidurnya karena tidak ingin di anggap pemalas apalagi tidak tahu diri walaupun sebenarnya Ara tahu jika Ibra tidak mungkin menganggapnya demikian.

"Berbaring saja, Ra. Sebentar lagi dokter akan sampai kemari," cegah Ibra dengan menahan tubuh Ara.

"Jangan! Belikan saja aku obat di apotek terdekat. Memanggil dokter kemari akan membutuhkan biaya ekstra, Bra. Uangku tidak akan cukup. Sedangkan kamu pasti baru mendapatkan pekerjaan kemarin kan. Jangan buang uangmu demi demam biasa ini," ucap Ara dengan cepat.

Wajah kawatir akan nominal biaya yang akan keluar jika dokter benar-benar akan datang secara pribadi pun jelas tercetak di wajah Ara.

Raut wajah panik Ara seperti inilah yang membuat Ibra selalu membuat hangat sisi lain yang ada di hatinya. Ungkapan apa adanya Ara yang tidak pernah berubah membuatnya lagi-lagi kembali memengingat Ara yang dulu.

Yang membuat Ibra bertekad kuat untuk menjadi pria yang lebih kuat dalam segala hal agar tetap bisa melindungi orang-orang yang di sayanginya tanpa adanya beban masalah ekonomi yang kembali menghantui nya seperti dulu.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Istri Untuk Tuan Aron   Bimbang

    Mirna nampak keluar dari club malam tersebut dengan wajah lesu. Rupanya dirinya di tolak mentah-mentah oleh pemilik nya alias atasannya bekerja terdahulu. "Kamu sudah terlalu tua untuk bekerja kembali di club milik ku, Mirna. Tidak akan ada yang mau menggunakan jasamu!" Tekan pemilik club malam yang berumur seusia Mirna namun wajahnya masih nampak muda. "Kecuali ..." Ucap wanita yang acap di panggil mami Sintia dengan nada terpotong seolah memberikan kesempatan kepada Mirna. "Kecuali apa? Tolong beri kan aku kesempatan untuk kembali bekerja disini, Mam. Aku mengaku salah karena dulu pernah mengecewakan mu. Aku terlalu lelah untuk hidup menjadi wanita miskin. Bukan kah banyak berondong yang juga membutuhkan wanita paruh baya seperti ku?" Cerocos Mirna dengan berusaha meyakinkan wanita di hadapan nya. Setelah mendengar bujuk rayu Mirna, Sintia tetap menggelengkan kepalanya. "Aku bisa mempekerjakan mu kembali dengan syarat, kamu harus mencari target anak-anak muda yang cantik,

  • Istri Untuk Tuan Aron   Hari Sialnya Mama Ara

    Ara nampak menunduk begitu mendapatkan surat peringatan serta skorsing dari atasan nya. Lebih tepatnya menager HR nya tersebut tengah memarahinya yang membuat dirinya terus menahan diri dari segala amarah karena sedari awal memang dirinya tidak memiliki pegangan apa pun untuk membela diri di perusahaan tersebut. "Untung kali ini Pak Aron tidak memecat mu dan hanya menskorsingmu selama satu minggu! Makanya cantik jangan cuma di pakai untuk menggoda atasan! Yasudah sana kemasi barangmu!" bentak manager HRnya tersebut dengan wajah sinis. Setelah nya manager HRnya tersebut segera mengambil kaca di dalam aci meja nya serta memoles bibirnya kembali dengan lipstik yang semakin menyala terang tanpa memperdulikan perasaan Ara yang tampak memberikan hormat sebelum keluar dari ruangan tersebut. "Salah sendiri berbuat ulah. Aku tambahin saja skorsing nya menjadi satu minggu. Mana mungkin Pak Aron tahu jika aku memperpanjang hukuman nya. Itu lah kuasa manager HR!" ucap sang manager dengan

  • Istri Untuk Tuan Aron   Hukuman

    "Ternyata Tom belum cocok untuk menjabat sebagai asisten pribadi pengganti mu pak tua," Ucap Aron secara langsung begitu Asisten Johan menghadap dirinya. "Maafkan putra saya, Tuan. Biarkan dirinya saya didik kembali agar putra saya bisa bekerja dengan lebih benar," jawab asisten Johan dengan wajah yang berubah menjadi pias akibat teguran yang Aron berikan. "Dia terlalu banyak bicara yang bukan menjadi ranah tugasnya. Latih kembali di barak tim pengawal. Dia harus bisa menjinakkan singa peliharaan ku serta buaya yang ada di kolam penangkaran belakang mansion," "Kau tau untuk apa itu semua pak tua?" Tanya Aron dengan mengetuk-ketuk kan meja kerjanya dengan jari jemarinya. Asisten Johan hanya mampu menggeleng samar tanpa berani menatap wajah atasan nya tersebut. "Agar putramu segera bisa memahami kesalahan nya. Aku lebih menyukai seseorang yang lebih mengedepankan tindakan dari pada banyak kata-kata. Pergilah kerjakan tugasmu," ucap Aron kemudian. Asisten Johan pun bergeg

  • Istri Untuk Tuan Aron   Di ujung lelah

    Setelah rasa sesak di hatinya sedikit menghilang, Ara memutuskan untuk melangkah keluar dari bilik toilet. Dirinya mematut pantulan wajahnya di depan cermin. Memperbaiki riasan nya yang sedikit berantakan. Ara menyadari bahwa tidak ada gunanya jika dirinya terus menangis meratapi nasib. Harusnya dirinya sudah kebal dengan sikap mama nya terhadapnya selama ini, semenjak dulu. Bahkan menurut cerita dari tetangga nya di desa, sejak dari kecil memang Ara tidak pernah di urus dengan baik oleh mamanya. Lebih sering dirinya yang berkeliaran berjalan kesana kemari di area lingkup tetangga nya di desa. Dengan baju kumal, rambut lusuh, dan perut keroncongan yang hampir setiap hari Ara rasakan. Bahkan anak-anak kecil seusianya hampir tidak ada yang mau bermain dengan nya. Hanya Ibra lah satu-satu nya anak kecil seusianya yang setia berada di samping Ara. Ibra kecil yang selalu membawakan makanan diam-diam untuknya. Untuk di makan nya berdua bersama nya. Ayah? Bahkan Ara tida

  • Istri Untuk Tuan Aron   Hinaan Mama Ara

    "Dasar anak tidak tahu di untung!" Teriak mama Ara dengan suara menggelegar serta tangan yang sudah bertengger menjambak rambut panjang Ara. Ara begitu terlonjak kaget serta rasa sakit di kepala akibat cengkeraman yang mama nya lakukan membuatnya meringis kesakitan. "Sakitt, ma!!"Beberapa orang di area depan perusahaan nampak terlihat penasaran dengan apa yang tengah terjadi di antara keduanya. Di satu sisi, Ara tengah mencoba melepaskan diri sekuat tenaga agar rambutnya tidak di tarik semakin kuat oleh mamanya. Bahkan terlihat gerakan mama Ara yang semakin brutal menyerang Ara yang membuat keduanya semakin menjadi tontonan banyak orang. "Tante Mirna! Berhenti!" Teriak Ibra dengan cepat menarik tubuh Mama Ara dengan kuat hingga jatuh tersungkur. "Akh! Kurang ajar!" Pekik Mama Ara dengan segera menoleh ke sosok orang yang berani mendorongnya hingga terjatuh. "Heh! Kamu si culun dari kampung! Ternyata kalian berdua masih saling terhubung! Kalian memang cocok! Sama-sama tida

  • Istri Untuk Tuan Aron   Menyembunyikan Jati Diri

    "Syukurlah kalau dokternya baik dan tidak mematok tarif yang di luar nalar," ucap Ara setelah dokter yang memeriksa nya undur diri. Tom yang sudah tiba di apartemen yang kini di tempati oleh Ara nampak mengangguk seolah membenarkan apa yang di katakan oleh Ara. Padahal sejatinya dokter tersebut adalah dokter terbaik dan termahal di rumah sakit internasional milik kolega keluarga Tuan nya."Jadi dokter tadi itu teman nya teman mu itu?" Bisik Ara dengan menunjuk kearah Tom."Iya dokter tadi teman Tomy. Tomy juga teman baik ku. Jadi bisa juga di sebut kita tengah beruntung karena mendapatkan diskon berobat dari dokter tadi karena beliau adalah teman Tomy," jawab Ibra yang kemudian di jawab dengan anggukan kepala oleh Tom lagi dan lagi."Oh iya, Tomy juga baru saja di terima bekerja di perusahaan sama seperti kita. Iya kan, Tom?" Kali ini Ibra nampak melirik ke arah Tom agar Tom menjawab sesuai dengan arah pembicaraan yang tengah di bangun nya di hadapan AraLagi-lagi Tom mengangguk d

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status