Share

Lebih Menyakitkan

Penulis: Kim San
last update Terakhir Diperbarui: 2025-04-27 23:35:51

Ara telah pulang ke kontrakan dalam keadaan basah kuyub. Mata yang terlihat memerah dengan keadaan yang terlihat jelas nampak tidak baik-baik saja.

Sang mama yang tengah asik menonton televisi hanya menoleh sekilas melihat kedatangan putri sulungnya.

"Baru pulang? Mama sore ini tidak memasak. Jadi di meja makan tidak ada apa pun yang bisa di hidangkan karena persediaan sayuran di kulkas sudah habis semua. Besok pagi sebelum kamu berangkat bekerja jangan lupa beri mama uang untuk belanja," ucap Mama nya dengan enteng tanpa beban tanpa memperdulikan keadaan Ara.

Biasanya Ara akan langsung memberikan beberapa lembaran uang merah untuk keperluan belanja ketika sang mama meminta, namun kini Ara hanya diam tanpa menjawab permintaan mama nya tersebut.

Dengan langkah tak peduli Ara segera masuk ke kamar dan segera menguncinya. Tubuh dan hatinya yang terlanjur lelah membuatnya kembali menangis seorang diri.

Menahan emosi serta beban yang harus dirinya tanggung seorang diri. Jika dirinya dahulu selalu di acuh kan sang mama serta hanya di ajak berbicara sang mama di saat membicarakan masalah uang pasti dirinya sudah sangat senang sekali.

Namun kali ini rasanya sudah berbeda. Seolah Ara sudah benar-benar menyadari ketidak adilan yang selalu mama nya berikan untuknya.

Dengan tekad yang bulat pada akhirnya Ara memilih untuk mengakhiri hubungan nya bersama Kenzi dari pada harus terus melihat pengkhianatan yang lebih menyakitkan lagi di kemudian hari.

"Kita akhiri saja hubungan kita ini. Karena aku takut jika hubungan kita di ketahui oleh perusahaan maka karir kita yang akan menjadi taruhannya pastinya," pesan w******p segera Ara kirimkan ke nomer ponsel pria yang telah memenuhi hatinya selama dua tahun ini.

Dengan tubuh dan hati yang sama-sama terasa sakit nya, dengan secepat kilat Ara meminum obat pereda flu yang di belinya dari apotek sepulang dari minimarket.

Tanpa lagi menghiraukan telepon yang terus berdering dari ponsel nya, Ara segera merebahkan tubuhnya di atas kasur. Antara lelah dalam pekerjaan, fikiran, serta badan yang membuat tubuhnya segera terlelap di dalam mimpi.

Sedangkan Kenzi yang mendapatkan pesan tak terduga dari Ara nampak sangat terkejut. Bagaimana mungkin dia bisa melepaskan wanita primadona di perusahaan milik kakeknya tersebut? Bagaimana bisa Kenzi bisa mencari pengganti wanita sebaik Ara? Sepintar Ara? Seramah Ara?

"Argh! Bikin kesal saja! Ayo angkat dong sayang!" omel Kenzi seorang diri dengan terus mondar mandir di area balkon apartemen miliknya.

"Apa jangan-jangan Hana dengan gila nya mengatakan sesuatu hal ke Ara? Adiknya Ara memang benar-benar gila!" umpat Kenzi mengingat betapa nekatnya adiknya Ara dalam memikat dirinya.

Siapa lelaki yang sanggup menolak jika di suguhkan dengan sentuhan dan pemandangan yang sulit untuk di tolak nya?

Pikir Kenzi merasa dirinya lah yang sangat di rugikan oleh jebakan demi jebakan yang di buat oleh adik dari kekasihnya tersebut. Padahal dirinya juga ikut menikmati gelora hasrat kenikmatan yang Hana berikan.

Kenzi yang ingin menghubungi Hana dengan maksud menanyakan keadaan Ara kini segera mengurungkan niatnya. Takutnya Hana semakin berfikir jauh jika dirinya kini mulai menyukai nya.

Kenzi yang terus menerus memikirkan pesan yang Ara berikan, membuat nya tidak kunjung bisa tidur semalaman. Sehingga pagi-pagi sekali Kenzi memutuskan untuk segera mendatangi kontrakan Ara.

Baru saja Kenzi mematikan mesin motornya setiba di depan rumah kontrakan Ara, dengan tanpa di duga wajah Hana lah yang muncul pertama kali membuka kan pintu.

"Mas Kenzi datang sepagi ini? Ayo masuk mas," sambut Hana dengan senyum yang terus merekah.

Hana yang berusaha meraih tangan Kenzi kini tampak segera di tepis oleh Kenzi.

"Dimana kakakmu?" tanya Kenzi tanpa berbasa-basi lagi.

"Lagi bersiap seperti nya mas. Duduklah dulu," jawab Hana dengan wajah yang berubah menjadi masam.

"Maaa.. Mamaa.. Ada mas Kenzi nih?!" teriak Hana yang membuat mamanya segera keluar menyambut Kenzi dengan tergopoh-gopoh.

"Pagi sekali, Nak? Ingin mengantar Hana berangkat mengajar di sekolahnya lebih dulu kan, Nak?" tanya mama Hana dengan percaya diri sekali.

"Bukan, Tante. Saya hanya ingin menunggu Ara saja mengajaknya berangkat lebih awal karena ingin mengajak sarapan bersama lebih dulu," ucap Kenzi memberikan alasan yang lebih masuk akal.

"Halah, Ara itu sudah terbiasa enggak sarapan pagi lho, Nak. Lebih baik kamu berangkat antarkan Hana mengajar saja di sekolahnya dari pada harus terus berangkat dengan Ara,"

"Toh masa depan Hana nantinya akan lebih terjamin karena putri bungsu mama ini memiliki pekerjaan mulia yakni menjadi guru honorer yang pastinya akan segera menjadi pegawai negeri. Dari pada dengan Ara yang hanya berprofesi sebagai tukang tagih, itu pun hanya karyawan kontrak yang jelas tidak ada kepastian akan masa depan nya," terang Mama Ara yang jelas membandingkan profesi di antara kedua anaknya.

Ara yang sebenarnya sedari tadi menguping obrolan hanya mampu mengepalkan kedua tangan nya. Sebegitu tega nya mama nya mengolok-olok profesi nya.

Padahal mama nya sendiri tahu bahwa mereka mampu hidup berkecukupan seperti ini berkat gaji yang Ara berikan untuk mama demi kelangsungan hidup ketiga nya.

"Apa salahnya menjadi tukang tagih? Aku pun bekerja di perusahaan swasta terbesar di negara ini. Gajiku jauh berlipat-lipat lebih banyak jika di bandingkan dengan gaji honorer yang tidak seberapa itu? Apa aku pernah merendahkan profesi orang lain selama ini?? kenapa Mama begitu teganya mengatakan hal-hal yang cukup sensitif di dengar oleh orang yang bersangkutan?" batin Ara dengan berusaha menekan air matanya agar tidak jatuh begitu saja.

Secepat kilat Ara segera memasukkan kembali uang yang hendak di berikan nya kepada ibunya untuk memenuhi kebutuhan sayur mayur yang katanya telah habis.

Namun rasanya masih begitu menyakitkan begitu mendengar olokan yang keluar dari mulut mama nya sendiri seolah sudah tidak lagi membutuhkan uang pemberian dari dirinya.

Disisi lain Kenzi agak tercengang dengan ucapan yang terlontar dari mulut mama dari kekasihnya tersebut. Bukan kah ucapan nya itu terlalu jahat dan menyakitkan untuk Ara jika ternyata Ara mendengar apa yang telah mama nya katakan?

Ceklek! Tlak! Bunyi handle kunci pintu terdengar begitu nyaring. Ketiga orang yang berada di ruang tamu pun sontak menoleh menatap Ara yang terlihat keluar dari dalam kamarnya.

Sontak Kenzi pun segera berdiri memperbaiki kemeja beserta celana nya yang tidak nampak kusut begitu melihat kekasihnya sudah terlihat sangat cantik dan rapi.

Rambut hitam panjang yang tergerai dengan ujung yang terlihat sedikit bergelombang serta make up flawless natural dengan lipstik nude itu semakin membuat siapa pun yang melihat Ara pasti terpana.

Kenzi yang hendak melangkah mendekati Ara terlihat di dahului oleh Hana. Hana yang jauh di lubuk hatinya merasa iri dengan kecantikan kakaknya pun berusaha bersikap baik layaknya kakak adik yang saling menyayangi.

"Kak, Mas Kenzi datang kemari lebih awal dari biasanya seperti nya memiliki tujuan ingin mengantarkan ku berangkat kerja lebih dulu. Apa Kak Ara tidak keberatan?" ucap Hana yang membuat Kenzi mendelik dengan apa yang kekasih adiknya itu katakan.

"Tid—" ucapan Kenzi terpotong begitu saja mendengar mama Ara menyerobot menyela apa yang akan Kenzi katakan.

"Iya Ara, Kenzi sengaja datang lebih pagi karena ingin mengantar Hana berangkat kerja terlebih dahulu katanya. Apa kamu tidak kasihan melihat adikmu yang sedari tadi sudah siap memakai seragam dinasnya menuju ke sekolah yang jaraknya dekat saja tapi mesti harus menunggu persetujuan dari mu?" Tekan mama nya tersebut yang membuat Ara semakin mendelik kesal.

"Heh, terserah kalian saja! Aku pun tak peduli," jawab Ara dengan wajah yang sudah tidak lagi terlihat ingin tau.

Dengan secepat kilat Ara melenggang keluar dari kontrakan tersebut tanpa peduli apa yang akan mama serta adiknya katakan.

"Ara!" teriak mama nya yang membuat langkah Ara terhenti.

"Uang belanja untuk mama kenapa pagi ini lupa belum di kasih??" ucap mama nya kemudian yang membuat Ara mendengus kesal.

"Mama minta uang ke aku lagi? Tapi aku sudah tidak memiliki persediaan uang lagi ma. Coba sekali-kali mama minta uang ke Hana. Dia kan juga bekerja bahkan lebih mapan dariku," jawab Ara dengan wajah yang di buat seolah-olah dirinya sudah tidak memiliki uang dan kemudian pergi meninggalkan ketiga orang yang menurut Ara gila semua.

Mama nya yang mendengar jawaban dari Ara tampak menganga. Namun sejurus kemudian gerutuan demi gerutuan masih cukup terdengar sayup-sayup dari mulut sang mama begitu Ara melangkah keluar dari teras kontrakan.

"Hana! Beri mama uang untuk berbelanja. Besok kalau kakakmu sudah gajian pasti akan mama ganti lagi," pinta mama dengan mengatungkan tangan nya.

"Tapi ma, uang gaji Hana kan cuma cukup untuk transportasi pulang pergi ke sekolah tempat mengajar Hana. Mama kan tahu sendiri," jawab Hana yang enggan memberikan uangnya kepada sang mama.

Ara yang masih mampu mendengar jawaban dari mulut adiknya tersebut hanya mampu menyunggingkan senyum anehnya.

"Hahaha," tawa Ara begitu lepas saat dirinya sudah melewati gang menuju ke jalan raya.

"Ara!" teriak Kenzi dari arah belakang yang berusaha mengejarnya.

Namun langkah Ara terlihat lebih cepat hingga kini sudah duduk di bangku bus menuju ke perusahaan tempat nya bekerja tanpa memperdulikan Kenzi yang terus berteriak memanggil namanya.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Istri Untuk Tuan Aron   Bimbang

    Mirna nampak keluar dari club malam tersebut dengan wajah lesu. Rupanya dirinya di tolak mentah-mentah oleh pemilik nya alias atasannya bekerja terdahulu. "Kamu sudah terlalu tua untuk bekerja kembali di club milik ku, Mirna. Tidak akan ada yang mau menggunakan jasamu!" Tekan pemilik club malam yang berumur seusia Mirna namun wajahnya masih nampak muda. "Kecuali ..." Ucap wanita yang acap di panggil mami Sintia dengan nada terpotong seolah memberikan kesempatan kepada Mirna. "Kecuali apa? Tolong beri kan aku kesempatan untuk kembali bekerja disini, Mam. Aku mengaku salah karena dulu pernah mengecewakan mu. Aku terlalu lelah untuk hidup menjadi wanita miskin. Bukan kah banyak berondong yang juga membutuhkan wanita paruh baya seperti ku?" Cerocos Mirna dengan berusaha meyakinkan wanita di hadapan nya. Setelah mendengar bujuk rayu Mirna, Sintia tetap menggelengkan kepalanya. "Aku bisa mempekerjakan mu kembali dengan syarat, kamu harus mencari target anak-anak muda yang cantik,

  • Istri Untuk Tuan Aron   Hari Sialnya Mama Ara

    Ara nampak menunduk begitu mendapatkan surat peringatan serta skorsing dari atasan nya. Lebih tepatnya menager HR nya tersebut tengah memarahinya yang membuat dirinya terus menahan diri dari segala amarah karena sedari awal memang dirinya tidak memiliki pegangan apa pun untuk membela diri di perusahaan tersebut. "Untung kali ini Pak Aron tidak memecat mu dan hanya menskorsingmu selama satu minggu! Makanya cantik jangan cuma di pakai untuk menggoda atasan! Yasudah sana kemasi barangmu!" bentak manager HRnya tersebut dengan wajah sinis. Setelah nya manager HRnya tersebut segera mengambil kaca di dalam aci meja nya serta memoles bibirnya kembali dengan lipstik yang semakin menyala terang tanpa memperdulikan perasaan Ara yang tampak memberikan hormat sebelum keluar dari ruangan tersebut. "Salah sendiri berbuat ulah. Aku tambahin saja skorsing nya menjadi satu minggu. Mana mungkin Pak Aron tahu jika aku memperpanjang hukuman nya. Itu lah kuasa manager HR!" ucap sang manager dengan

  • Istri Untuk Tuan Aron   Hukuman

    "Ternyata Tom belum cocok untuk menjabat sebagai asisten pribadi pengganti mu pak tua," Ucap Aron secara langsung begitu Asisten Johan menghadap dirinya. "Maafkan putra saya, Tuan. Biarkan dirinya saya didik kembali agar putra saya bisa bekerja dengan lebih benar," jawab asisten Johan dengan wajah yang berubah menjadi pias akibat teguran yang Aron berikan. "Dia terlalu banyak bicara yang bukan menjadi ranah tugasnya. Latih kembali di barak tim pengawal. Dia harus bisa menjinakkan singa peliharaan ku serta buaya yang ada di kolam penangkaran belakang mansion," "Kau tau untuk apa itu semua pak tua?" Tanya Aron dengan mengetuk-ketuk kan meja kerjanya dengan jari jemarinya. Asisten Johan hanya mampu menggeleng samar tanpa berani menatap wajah atasan nya tersebut. "Agar putramu segera bisa memahami kesalahan nya. Aku lebih menyukai seseorang yang lebih mengedepankan tindakan dari pada banyak kata-kata. Pergilah kerjakan tugasmu," ucap Aron kemudian. Asisten Johan pun bergeg

  • Istri Untuk Tuan Aron   Di ujung lelah

    Setelah rasa sesak di hatinya sedikit menghilang, Ara memutuskan untuk melangkah keluar dari bilik toilet. Dirinya mematut pantulan wajahnya di depan cermin. Memperbaiki riasan nya yang sedikit berantakan. Ara menyadari bahwa tidak ada gunanya jika dirinya terus menangis meratapi nasib. Harusnya dirinya sudah kebal dengan sikap mama nya terhadapnya selama ini, semenjak dulu. Bahkan menurut cerita dari tetangga nya di desa, sejak dari kecil memang Ara tidak pernah di urus dengan baik oleh mamanya. Lebih sering dirinya yang berkeliaran berjalan kesana kemari di area lingkup tetangga nya di desa. Dengan baju kumal, rambut lusuh, dan perut keroncongan yang hampir setiap hari Ara rasakan. Bahkan anak-anak kecil seusianya hampir tidak ada yang mau bermain dengan nya. Hanya Ibra lah satu-satu nya anak kecil seusianya yang setia berada di samping Ara. Ibra kecil yang selalu membawakan makanan diam-diam untuknya. Untuk di makan nya berdua bersama nya. Ayah? Bahkan Ara tida

  • Istri Untuk Tuan Aron   Hinaan Mama Ara

    "Dasar anak tidak tahu di untung!" Teriak mama Ara dengan suara menggelegar serta tangan yang sudah bertengger menjambak rambut panjang Ara. Ara begitu terlonjak kaget serta rasa sakit di kepala akibat cengkeraman yang mama nya lakukan membuatnya meringis kesakitan. "Sakitt, ma!!"Beberapa orang di area depan perusahaan nampak terlihat penasaran dengan apa yang tengah terjadi di antara keduanya. Di satu sisi, Ara tengah mencoba melepaskan diri sekuat tenaga agar rambutnya tidak di tarik semakin kuat oleh mamanya. Bahkan terlihat gerakan mama Ara yang semakin brutal menyerang Ara yang membuat keduanya semakin menjadi tontonan banyak orang. "Tante Mirna! Berhenti!" Teriak Ibra dengan cepat menarik tubuh Mama Ara dengan kuat hingga jatuh tersungkur. "Akh! Kurang ajar!" Pekik Mama Ara dengan segera menoleh ke sosok orang yang berani mendorongnya hingga terjatuh. "Heh! Kamu si culun dari kampung! Ternyata kalian berdua masih saling terhubung! Kalian memang cocok! Sama-sama tida

  • Istri Untuk Tuan Aron   Menyembunyikan Jati Diri

    "Syukurlah kalau dokternya baik dan tidak mematok tarif yang di luar nalar," ucap Ara setelah dokter yang memeriksa nya undur diri. Tom yang sudah tiba di apartemen yang kini di tempati oleh Ara nampak mengangguk seolah membenarkan apa yang di katakan oleh Ara. Padahal sejatinya dokter tersebut adalah dokter terbaik dan termahal di rumah sakit internasional milik kolega keluarga Tuan nya."Jadi dokter tadi itu teman nya teman mu itu?" Bisik Ara dengan menunjuk kearah Tom."Iya dokter tadi teman Tomy. Tomy juga teman baik ku. Jadi bisa juga di sebut kita tengah beruntung karena mendapatkan diskon berobat dari dokter tadi karena beliau adalah teman Tomy," jawab Ibra yang kemudian di jawab dengan anggukan kepala oleh Tom lagi dan lagi."Oh iya, Tomy juga baru saja di terima bekerja di perusahaan sama seperti kita. Iya kan, Tom?" Kali ini Ibra nampak melirik ke arah Tom agar Tom menjawab sesuai dengan arah pembicaraan yang tengah di bangun nya di hadapan AraLagi-lagi Tom mengangguk d

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status