Share

2. Madu Pahit

Penulis: NONA_DELANIE
last update Terakhir Diperbarui: 2023-11-27 11:43:08

Melisa tersentak dari lamunannya. Sudah sejak 5 menit lalu, ia menatap getir pada sesosok pasangan muda yang tengah memadu kasih di ruang tamu. Dua manusia itu benar-benar tidak memperdulikan perasaannya sama sekali. Ya, ... Sudah sejak 2 bulan yang lalu, ia dimadu.

Sakit dan juga perih. Setiap titik air mata yang menemaninya selama dua bulan belakangan menjadi saksi perjuangannya seorang diri. Istri pertama, namun diperlakukan bagai pembantu.

Melisa memilih untuk kembali kedalam kamarnya dan tidak ingin menatap kebersamaan yang selalu membuat hatinya terluka.

Rina yang melihatnya lantas kemudian dengan sang suami. "Mas, kita sepertinya harus memanfaatkan Melisa, deh. Kita tidak mungkin lama-lama terus-terusan kekurangan uang seperti ini."

"Hum?"

"Kamu sih, harus ikut-ikutan judi online segala. Kalau sudah begini, gimana jadinya? Tabungan sudah habis, TV, almari, mobil dan juga beberapa uang tabunganku raib oleh perbuatanmu itu," dengkus Rina. Niat hati ingin hidup berkecukupan, siapa yang tidak seindah bayangannya dahulu. Dua bulan setelah menikah, Rina malah di hadapan oleh tingkah sang suami yang tergila-gila dengan judi online pada sebuah aplikasi.

"Sudah deh, kamu itu tidak perlu berkomentar apapun tentangku. Sekarang, kita harus memikirkan cara bagaimana supaya mendapatkan uang itu. Besok malam adalah tenggar waktu yang diberikan oleh temanku. Kalau uang 10 juta itu tidak juga diberikan, sepeda motor milikku pasti akan disita olehnya." Rehan memijat pelipis yang teramat berdenyut. Mencari hutang ke sana-sini nyatanya tidaklah mudah.

"Ck! Kenapa gitu aja harus bingung? Kita manfaatkan Melisa. Bukannya aku sudah memberikanmu solusi?" usul Rina yang tidak mau berbagi suami. Gaji bulanan suaminya sudah tidak cukup untuk menghidupi semua orang yang berada di rumah ini.

"Apa itu? Aku tidak mengerti dengan ucapanmu kali ini, Rin!" tanya Rehan dengan sedikit berbisik.

"Bagaimana jika kita jual saja Melisa pada laki-laki hidung belang."

"Apa? Kamu jangan sembarangan, Rin! Kalau kita menjualnya, lalu kita nbagaimana? Dia masih berguna di rumah ini untuk dijadikan pembantu. Kalau dia keluar dari sini, aku tidak yakin kamu mau melakukan tugas membersihkan rumah dan juga memasak untukku," dengkus Rehan. Ia tidak ingin tubuh istri pertamanya itu dicicipi oleh laki-laki lain.

"Tidak begitu konsepnya! Kita hanya menjual dia selamanya. Tetapi, menjual dia kita membutuhkan uang saja. Ya, semacam open BO. Dia kan masih muda," terang Rina menggebu.

"Rin, lagian mana ada yang mau dengannya. Dia itu tidak cantik dan juga tidak terawat. Diobral pun pasti juga tidak laku. Sudahlah, kita pikirkan cara lain!"

"Ck! Itu satu-satunya cara yang harus kita lakukan, Mas!"

Menimang sejenak ucapan istri keduanya. Rehan akhirnya mau tak mau menerima usulan tersebut. Ia akan memberikan minuman yang mengandung obat tidur dosis tinggi pada Melisa. Lalu, Rehan meminta Rina untuk mendandani Melisa bak seorang PSK.

*

Keesokan harinya pukul 07.00 malam, Rina dan Rehan menjalankan aksi bejatnya itu. Mendandani Melisa menggunakan baju seksi dan juga menyemprotkan parfum mahal pada tubuh ringkih itu.

"Cantik juga! Baiklah kalau gitu, ayo kita antarkan di aku club malam. Melisa sebenarnya masih cantik, hanya saja dia butuh make up dan juga pakaian yang bagus untuk menunjang penampilannya. Lagipula, dia baru 21 tahun. Masih seger seger nya. Om-Om di luaran sana pasti mengira kalau dia masih SMA. Kamu tidak perlu khawatir, Mas!" Rina menyunggingkan senyum licik.

*

Tidak membutuhkan waktu lama, satu jam kemudian mereka sampai pada sebuah klub malam. Rina langsung menemui seorang mucikari di sebuah private room.

"Ini, Melisa. Nama samarannya Icha. Saya ingin menjual dia dengan harga yang tinggi. Dia masih daun muda." Rina mengucap.

"Apa dia masih perawan?" Mami Lu melirik pada tubuh yang sedang tertidur itu. Ia tahu betul bagaimana orang-orang ini bekerja.

"Tidak. Tetapi saya pastikan kalau dia baru saja digunakan oleh satu orang laki-laki," jawab Rina dengan tersenyum lebar.

"Baiklah. Tampangnya lumayan menarik juga. Berapa tarif yang kalian tentukan?"

"20 juta!" sahut Rehan dengan cepat.

"Kamu pikir, ini gudang uang? Mana ada laki-laki yang mau dengan wanita seperti ini kalau harganya tinggi?" cibir Mami Lu. "10 juta untuk selamanya. Kalau tidak mau, silahkan bahwa wanita ini keluar dari ruangan ku!"

Rehan dan Rina berpikir sejenak. Mereka kemudian menyetujui setelah bersepakat.

Daripada tidak sama sekali, bukankah lebih baik melepaskannya saja dengan nominal 10 juta?

***

"Tidak! Siapa kamu?" desis Melisa yang kemudian tersadar dari tidurnya, mendapati banyak orang asing di hadapan.

"Jangan berisik, deh! Nurut sama aku!" ucap Rina mencegah Melisa supaya tidak bergerak lagi.

"Mam, ...," panggil sang pemilik Club yang akan mencicipi lebih dulu, sebelum wanita itu dijual.

"Barang baru, Boss. Cicipi saja dulu," ujar Mami Lu saat melihat pemilik Klub malam ini datang.

"Tidak! Aku tidak mau!" Meski Melisa hanya lulusan SMP, tetapi ia bisa tahu apa maksud yang diucapkan oleh wanita berlipstick merah merona.

"Dia ...." Jimmy sempat terkejut melihat wanita yang ada di hadapan. Meskipun sudah beberapa tahun tidak bertemu, nyatanya ia masih mengenali gadis itu.

Melisa! Ya, itu Melisa. Gadis kecil incarannya dulu. Tapi, benarkah? Jimmy menelan kasar salivanya.

"Kamu lelaki yang sudah menjual dia?" tanya Jimmy dengan jantung berdebar. Ia menatap Rehan dengan lekat.

Rehan mengangguk saja tanpa bicara, sebab ketakutan kala mendapat tatapan intimidasi dari Jimmy.

"Jatuhkan talak untuknya! Maka aku akan memberimu uang dua kali lipat dari yang diberikan Mami Lu. Tapi, serahkan wanita itu kepadaku ... selamanya!" tawar Jimmy sungguhan.

Mendengar nominal yang cukup menggiurkan, Rena dan Rehan tidak mau berpikir panjang. Laki-laki itu kemudian mengiyakan saja daripada berlama-lama.

"Deal!" Rehan menjabat telapak tangan Jimmy yang baru saja disodorkan, kemudian pergi begitu saja meninggalkan Melisa.

"Melisa, aku menjatuhkan talak tiga untukmu. Mulai sekarang, kita buka suami istri lagi!"

Uang 30 juta sudah di tangan. Rehan tidak akan menyia-nyiakan kesempatan dan melepas istri pertamanya begitu saja tanpa beban. Toh, Melisa sudah tidak berguna, 'kan? Rehan menyunggingkan senyuman licik.

"Mas, Mas! Kamu nggak bisa giniin aku! Mas!" panggil Melisa, namun tidak digubris sama sekali oleh Rehan.

Laki-laki itu tetap berlalu meninggalkan Melisa yang kini berhadapan dengan seorang mucikari dan pemilik JAS Night Club.

*

Setelah bersepakat dengan Mami Lu, Jimmy membawa Melisa ke suatu tempat dengan paksa. Di dalam kendaraan itu, Melisa hanya menangis sepanjang jalan meratapi nasib.

Jimmy tidak berkata apapun. Setelah sampai di rumahnya, laki-laki itu langsung membawa Melisa ke kamar. Menghempas tubuh ringkih itu ke atas ranjang dengan kasar.

"Tolong, jangan sentuh saya!" Melisa memundurkan tubuh dan mengatupkan telapak tangan di depan dada. Sampai punggungnya membentur dasboard ranjang, tak sekali pun Jimmy mau melepas Melisa dari tatapannya.

"Kenapa kamu terlihat ketakutan seperti itu? Bukankah kita akan bersenang-senang, hum?" tanya Jimmy yang meneteskan air liur sembari menatap Melisa yang teramat menggoda imannya.

Melisa hanya bisa menangis dan ketakutan. Adakah yang bisa menolongnya saat ini?

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Istri Yang Dijual Suami   57.

    Embun pagi masih menempel lembut di daun-daun ketika Melisa terbangun. Seulas senyum mengembang di bibirnya, sebuah senyum yang tak pernah lepas sejak beberapa minggu terakhir. Ia merasakan sebuah keajaiban dalam dirinya, sebuah keajaiban yang membungkam bisikan bisikan miring dari sang ibu mertua sejak dua tahun yang lalu. Beberapa bulan lalu, saat masih menikmati bulan madu pernikahannya dengan Kinan, bayangan mandul menghantui Melisa. Mantan Ibu mertuanya, dengan nada halus namun menusuk, seringkali menyinggung kesuburannya. Perkataan-perkataan itu, walau terselubung, menusuk hati Melisa. Ia merasa tertekan, beban yang tak seharusnya ia pikul. Namun, takdir berkata lain. Kegembiraan melanda Melisa ketika ia melihat dua garis merah samar di alat tes kehamilannya. Air mata bahagia membasahi pipinya. Jimmy memeluknya erat, mata mereka berkaca-kaca, berbagi kebahagiaan yang tak terkira. Jinny yang selalu menjadi sandaran Melisa, langsung memeluknya erat. "Sayang, ini ada

  • Istri Yang Dijual Suami   56. KAMU HAMIL!

    Sang dokter, seorang wanita paruh baya dengan senyum ramah, menatap Jimmy dengan penuh perhatian. Suasana di ruang tunggu bandara yang sibuk sedikit terasa teredam oleh kehadiran dokter yang tenang dan percaya diri. Melisa duduk di kursi dengan wajah pucat, tangan memegang perutnya yang terasa mual, sementara Jimmy berdiri cemas di sampingnya.“Tuan, ada yang bisa saya bantu?” tanya sang dokter dengan suara lembut, menatap Jimmy dan Melisa dengan penuh perhatian. Matanya yang tajam, namun penuh pengertian, menenangkan Jimmy sejenak.“Dokter, tolong periksa istri saya. Dia mual dan muntah terus. Saya khawatir dengan keadaannya dan sepertinya ada sesuatu yang tidak beres. Kami harus ke Amerika, tapi jika kondisinya tidak memungkinkan, saya terpaksa kembali ke Indonesia,” jawab Jimmy, suaranya terdengar penuh kecemasan.Dokter itu mengangguk perlahan, memahami ketegangan yang dirasakan oleh pasangan itu. “Baik, Tuan Jimmy. Tunggu sebentar, saya akan memeriksanya,” katanya tenang, lalu

  • Istri Yang Dijual Suami   55. MALAM PERTAMA

    Bunyi klik pintu kamar hotel bergema di ruangan luas yang remang-remang diterangi lampu tidur. Melisa masih berdiri di dekat pintu, tas tangannya digenggam erat. Ia menatap punggung Jimmy yang sedang memeriksa kamar. Presiden Suite Room, sungguh megah. Kamar yang jauh lebih besar dari yang pernah ia bayangkan, dengan pemandangan kota malam yang mempesona dari jendela besar di ujung ruangan. Tapi kemegahan itu tak mampu menghilangkan rasa canggung yang menyelimuti hatinya.Baru beberapa jam yang lalu, ia dan Jimmy masih berdiri di pelaminan, diiringi tepuk tangan dan ucapan selamat dari para tamu undangan. Pernikahan mereka di ballroom hotel yang sama, meriah dan penuh suk acita. Namun, kini, di ruangan pribadi ini, hanya ada mereka berdua, dikelilingi keheningan yang terasa berat.Melisa melangkah perlahan ke arah ranjang besar yang empuk, berhenti di ujungnya. Ia duduk di tepi, menatap Jimmy yang masih sibuk memeriksa fasilitas kamar. Kemewahan kamar presiden s

  • Istri Yang Dijual Suami   54. BAHAGIA BERSAMA

    Lampu-lampu dansa berputar-putar, menciptakan efek cahaya yang magis di lantai dansa. Melisa dan Jimmy berdansa dengan anggun, irama musik mengalun lembut di antara mereka. Gaun biru muda elegan yang dikenakan Melisa membalut tubuhnya dengan sempurna, menonjolkan kecantikan dan keanggunannya. Jimmy, dengan jasnya yang rapi, memeluk Melisa dengan erat, menikmati setiap detik kebersamaan mereka. Di tengah alunan musik yang syahdu, Jimmy mendekatkan wajahnya ke telinga Melisa, berbisik lembut, "Kau suka?" Melisa tersenyum, matanya berkaca-kaca. Ia bersandar pada dada Jimmy, merasakan detak jantungnya yang berdebar kencang. "Suka," jawabnya, suaranya sedikit bergetar. "Ini adalah pernikahan impianku. Sangat, sangat bagus. Kau… kau membuatku terharu." Jimmy tersenyum, mengusap lembut pipi Melisa. Ia melihat jejak air mata yang mulai membasahi pipinya. "Hei, jangan menangis," ucap Jimmy, suaranya penuh kelembutan. Ia mendekatkan Melisa lebih erat ke dadanya, mencoba menenan

  • Istri Yang Dijual Suami   53. AKAD

    Lampu-lampu kristal berkilauan, menerangi aula pernikahan yang megah. Suasana syahdu dan khidmat menyelimuti setiap sudut ruangan. Di pelaminan, berdirilah pasangan pengantin yang serasi: Melisa, dengan gaun pengantin putih yang elegan, dan Jimmy, bule bermata biru yang kini telah menjadi seorang mualaf. Senyum bahagia terpancar dari wajah mereka, mencerminkan kebahagiaan yang tengah mereka rasakan.Para tamu undangan memenuhi ruangan, semuanya tampak terpukau oleh keindahan dekorasi dan keanggunan pasangan pengantin. Jimmy, duda satu anak, tampak gagah dalam balutan jas berwarna gelap. Perubahannya begitu signifikan. Mata birunya yang khas kini berbinar dengan cahaya iman yang baru. Ia bukan sekadar mengikuti Melisa, tapi hijrahnya ke agama Islam adalah sebuah proses panjang yang dilalui dengan penuh kesadaran dan ketulusan. Selama empat bulan, ia tekun mempelajari ajaran Islam, hingga akhirnya mantap untuk memeluk agama tersebut.Prosesi akad nikah berjalan denga

  • Istri Yang Dijual Suami   52. BALASAN TUHAN

    Dengan wajah tanpa ekspresi, Jimmy memberikan perintah singkat, suaranya dingin dan tanpa emosi, "Bersihkan ini. Bawa dia pergi, jauh dari sini. Kubur dia." Anak buahnya, yang telah terbiasa dengan perintah-perintah kejam majikan mereka, mengerjakan tugas tanpa ragu. Mereka mendekati tubuh Rina yang tergeletak tak berdaya, mengangkatnya dengan kasar, seperti mengangkat karung berisi sampah. Tidak ada belas kasihan, tidak ada sedikitpun rasa simpati di wajah mereka. Hanya ada kepatuhan dan ketaatan buta.Mereka membawa tubuh Rina, menuju tempat yang jauh dan terpencil, tempat di mana rahasia gelap dapat terkubur dalam-dalam. Tanpa upacara, tanpa doa, mereka menggali lubang, lalu melemparkan tubuh Rina ke dalamnya. Tanah menutupi tubuhnya, menghilangkan jejak keberadaan Rina dari dunia ini. Hanya kesunyian dan tanah yang menjadi saksi bisu atas penguburan rahasia ini. Sebuah akhir yang sunyi dan tanpa ampun, menandai berakhirnya hidup seorang wanita muda ya

  • Istri Yang Dijual Suami   51. SELAMAT TINGGAL

    Rina menatap Jimmy dengan pandangan penuh amarah dan keputusasaan. Kecamuk yang luar biasa memenuhi hatinya. Ia melirik ke bawah, memandang jurang yang menganga di bawah kakinya. Tinggi gedung itu membuatnya menyadari betapa rapuhnya nyawanya."Jika aku mati," gumamnya dalam hati, suaranya hampir tak terdengar, "maka mereka akan berbahagia. Sialan!" Rasa takut yang luar biasa menguasainya. Ia menyadari betapa bodohnya ancamannya tadi. Ia tidak ingin mati, tapi ia juga merasa tidak punya tempat lagi di dunia ini.Dengan hati-hati, ia mencoba menjaga keseimbangannya. Tangannya gemetar, kaki-kaki kecilnya terasa lemah. Ia berusaha keras agar tidak jatuh, agar tidak mengakhiri hidupnya di tempat itu. Ketakutan yang luar biasa menguasainya.Jimmy, yang berdiri hanya dua meter darinya, semakin memperkeruh suasana. "Ayo terjun! Buktikan ucapanmu tadi! Kau merasa dirimu tak berguna karena tertular HIV, kan? Maka kenapa kau tunda? Silakan pergi! Jangan ditunda! Atau, ma

  • Istri Yang Dijual Suami   50. SILAKAN MA-TI SAJA!

    Mata Melisa menyipit, tajam seperti pisau. Udara di antara mereka berdua menegang, beratnya terasa mencekik. Rina, yang selama ini hanya berbisik-bisik provokatif, terdiam. Bibirnya masih bergerak-gerak, seakan-akan masih ingin melontarkan kata-kata beracun, tapi suaranya tertahan di tenggorokan. Kini, Melisa tak bodoh lagi. Dia bisa melihatnya, niat jahat yang terpancar dari sorot mata Rina yang penuh dendam.Jari telunjuk Melisa menusuk dada Rina, gerakannya tegas dan penuh amarah yang terpendam. Bukan amarah yang meledak-ledak, melainkan amarah yang terkontrol, dingin dan mematikan. "Dulu," suara Melisa terdengar pelan, tapi setiap kata menusuk hati, "sudah kubiarkan kau mendekati suamiku. Kubiarkan kau bermanis-manis dengan Jimmy. Setelah aku bahagia, setelah aku dan Jimmy membangun kehidupan kami, kau berani mengusiknya lagi?"Saat Rina terdiam dengan ketakutannya, Melisa menarik napas dalam-dalam, menahan gejolak emosi yang hampir meluap. Ia menatap Rina dengan pand

  • Istri Yang Dijual Suami   49. PEMBANTU DI RUMAHMU

    Detik-detik menuju hari pernikahan Jimmy dan Melisa terasa begitu dekat. Sembilan puluh lima persen persiapan telah rampung, meninggalkan aroma harum antisipasi di udara. Ballroom megah di jantung ibu kota, tempat janji suci akan diucapkan, kini dipenuhi kesibukan. Jimmy, gagah dalam balutan jasnya, dan Melisa, menawan dalam gaun pengantinnya yang berkilauan, memimpin gladi resik bersama tim WO yang cekatan. Langkah kaki mereka beriringan, menelusuri alur acara, dari prosesi masuk hingga sesi pelepasan balon—setiap detail diperiksa, setiap gerakan dirapikan. Senyum tegang namun bahagia terukir di wajah mereka, mencerminkan debaran jantung yang berdetak kencang. Di sekeliling mereka, para WO berkoordinasi, memastikan tata cahaya, tata suara, dan dekorasi sempurna. Udara bergema dengan bisikan instruksi dan tawa ringan, menciptakan simfoni persiapan yang dramatis namun penuh kegembiraan. Gladi resik ini bukan sekadar latihan, melainkan sebuah ritual penyempurnaan, sebu

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status