Eit, masih ada ekstra part-nya ya! Tunggu ya!
"Lho kok sudah pulang?" tanya Wilson begitu Roger masuk ke dalam mobil. "Bukannya kalian berdua mau mengobrol di dalam apartemen Najma?" "Tidak jadi," jawab Roger dengan nada kesal. "Dia mengusirku lantaran kamu sudah tidak ada. Maksudnya dia tidak mau kami hanya berdua saja di dalam sana." "O... begitu." Kening Wilson mengerut. "Bagus dong. Mungkin dia takut kalau berduaan saja anda tidak akan kuat menahan godaan." "Apa kamu pikir imanku selemah itu?" "Waduh, bahasa anda jadi berbeda. Anda sudah bisa berbicara mengenai iman. Mentang-mentang calon istri berhijab." "Aku berjanji akan mengubah diriku menjadi pribadi yang agamis setelah menikah." "Jadi brewok mau dipanjangin nih?" Roger melirik Wilson kesal. "Kenapa kamu malah bawa-bawa brewok sih? Memangnya menjadi agamis wajib brewokan gitu? Sudah sekalian aku jadi ustad saja." "Ya kali aja, tuan." "Sudah, jalan! Omonganmu sudah ngacok!" Wilson tersenyum geli karena Roger tidak bisa diajak bercanda. "Tuan jangan serius terus.
Suara bel membuat Najma yang baru selesai masak, menoleh ke arah pintu. "Tidak mungkin mereka kan? Cepat sekali." Mini kitchen, Najma tinggalkan untuk membuka pintu. Matanya melebar begitu melihat dua orang pria di depannya. Ternyata memang 'mereka' yang dimaksud oleh Najma tadi. "Jam segini kalian sudah datang? Aku saja belum makan malam lho. Baru selesai masak." "Kami memang sengaja datang cepat," balas Wilson. "Biar lama, eh, maksudnya biar punya waktu leluasa untuk ngobrolnya. Kalau datang terlalu malam, pasti akan terburu-buru untuk pulang." "Iya juga sih. Tapi kalian pasti juga belum makan malam kan? Aduh, aku hanya masak nasi goreng buat aku saja. Gimana dong?" Wilson mengangkat dua plastik besar yang ditentengnya. "Karena itu kami beli makanan tadi di jalan. Kami memang berencana buat makan malam di sini." Najma nyengir melihat dua plastik besar berlabel restoran terkenal di tangan Wilson. "Oh, ya, niat banget ya?" "Iya, dong. Nggak disuruh masuk nih? Pegal lho berdiri d
Hasil diskusi di sepakati kalau pesta pernikahan akan dilaksanakan di Jakarta. Bukan tanpa sebab, Najma ingin dihadiri oleh seluruh penghuni panti. Dia ingin di hari bahagianya, semua penghuni panti juga berbahagia. Jadi, di hari pernikahannya itu anak-anak bisa makan makanan sepuasnya. Najma meminta Roger memesan makanan yang enak-enak yang belum pernah dimakan oleh penghuni panti.Ini baru rencana Najma. Tapi Roger sudah mengiyakan dengan antusias. Dia serahkan urusan pernikahan pada Najma. Dia biarkan calon istrinya itu membuat pesta seperti khayalannya sendiri. Yang penting bagi Roger Najma menjadi miliknya kembali.Yang berat adalah tugas Wilson yang harus berhasil mencari Wedding Organizer yang sanggup mempersiapkan acara pernikahan yang diadakan hanya dalam satu minggu.Dimana coba Wilson harus mencari Wedding Organizer yang sehebat itu?"Calon pasangan pengantin ini memang aneh. Inginnya cepat-cepat. Untung aku tidak menyanggupi permintaan tuan untuk mencari Wedding Organizer
Wilson terhenyak mendapati ekspresi Roger barusan. Seakan calon istrinya hilang diculik orang. Padahal dia yakin Najma baik-baik saja. "Tuan tolong santai jangan sepanik itu.""Aku akan berhenti panik kalau Najma sudah ada di sini. Paham!" Roger membentak. Membuat Wilson berjengkit kaget. "Apa harus menunggu Najma benar-benar hilang baru kamu mengerti tentang kepanikanku?""Ya oke. Aku akan pergi menjemputnya sekarang."Wilson melangkah meninggalkan ruangan itu dengan terburu. Langkahnya tiba-tiba berhenti begitu melihat Najma yang mengenakan kebaya pengantin tengah melangkah ke arahnya. Di sebelah kanan kiri Najma adalah Aliyah dan Imas. Tentu saja itu membuat Wilson langsung menghela nafas lega."Ya ampun aja, Naj. Kamu membuat Tuan Roger panik. Aku telepon kamu berkali-kali tapi tidak diangkat. Aku sampai disuruh nyusul kamu.""Oh, maaf. Ponselku di dalam tas yang dibawa ibu Imas. Tapi memang aku silent. Makanya Ibu Imas tidak tahu kalau ada yang menelpon. Aku pikir pernikahan ini
Malam itu, Najma dan Roger kembali melakukan aktivitas suami istri yang sempat tertunda selama lima tahun. Di bawah lampu kamar yang remang-remang dengan suasana malam yang sejuk, keduanya menyatukan diri. Berbeda dengan dulu yang hantui rasa bersalah, kali ini mereka melakukannya dengan perasaan bebas, sehingga bisa lebih menikmati setiap sentuhan demi sentuhan. Roger begitu bersemangat. Dia menyalurkan semuanya dari mulai hasratnya sebagai laki-laki yang sempat mati, rasa cinta yang begitu besar pada Najma, dan rindu yang menggebu-gebu. Dalam sekejap, kamar yang rapi itu berubah jadi berantakan. Seprei yang terlepas dari kasurnya, bantal yang sudah tidak berada di atas tempat tidur, dan pakaian yang berhamburan di lantai. Pasangan pengantin itu baru merasa capek setelah waktu melewati tengah malam menuju dini hari. Mereka pun merebahkan tubuhnya dengan tenang dan hati yang nyaman. Lalu tertidur dalam pelukan malam. Pukul 4 pagi, Najma terbangun dari tidurnya. Dia terkejut saat m
"Kita kalah. Kita kalah, Bu. Tuan Roger resmi menjadi pemilik tanah panti ini. Secepatnya kita harus pergi dari sini."Bukan mudah saat Najma menyampaikan ini pada Aliyah, pemilik panti. Tapi mau bagaimana lagi, ini adalah sebuah kenyataan pahit yang harus mereka terima. Namun, dia tidak pernah mengira dampaknya. Rasa cinta yang begitu besar kepada panti membuat Aliyah tak mampu kehilangan. Akibatnya, wanita paruh baya ini langsung lemas tak sadarkan diri. ***BLACK EAGLE CORPORATION.Najma menatap nama itu dengan sedikit mengangkat wajahnya. Maklumlah, tertempel di atas sebuah gedung dimana dirinya kini berdiri di luar pagarnya. Sesudah menyakinkan diri kalau ini benar perusahaan milik Roger, dia pun melangkah masuk ke pelataran perusahaan. Baru beberapa langkah melewati pintu pagar, seorang satpam berjalan cepat ke arahnya. "Eh, dek! Dek! Mau ketemu siapa?"Suara teriakan itu cukup kuat tertangkap oleh indera pendengar. Najma pun menoleh. Langkahnya langsung terhenti begitu mendap
Najma menghela nafas berat saat menatap dirinya di cermin. Wajah gadis dengan sepasang mata lelah terlihat di sana. Dia sudah membayangkan bagaimana capeknya menjalani hari ini. Berdiri di depan gerbang Black Eagle Corporation hingga siang hari sebelum kemudian dia berangkat ke tempat kerjanya. Sungguh dia lelah sekali. Tapi tak akan menyerah sampai Roger memberinya waktu untuk bertemu.Setengah jam kemudian, dia sudah sampai di sana. Seperti kemarin-kemarin, setiap kali datang dia akan memberikan senyum terbaiknya untuk para satpam yang berjaga di pos. "Pagi pak, mas. Apa saya sudah boleh masuk?"Semua satpam menggeleng dengan cepat. Lalu kembali sibuk dengan tugas mereka tanpa memperdulikan Najma lagi. Beberapa jam kemudian, Najma melirik jam yang melingkari pergelangan tangannya. Pukul 11.19. Namun tak ada tanda-tanda para satpam akan mempersilahkannya masuk. Najma mulai lelah berdiri. Maka dia mengambil duduk di tepi trotoar setelah sebelumnya memberi alas duduk dengan selembar
"Tuan, bagaimana bisa anda menawarkan hal gila ini kepadanya?" Wilson benar-benar terkejut dengan persyaratan mendadak yang diajukan Roger pada Najma.Roger tak mengalihkan pandangan dari layar tipisnya. "Aku hanya sedang membuatnya menyerah. Kalau dia gadis baik-baik, pasti akan menolak persyaratan itu.""Anda yakin dia akan menyerah karena persyaratan itu?"Roger menyeringai. "Kita lihat saja besok."***"Dokter bilang Ibu Aliyah akan sulit sembuh kalau dirinya sendiri sudah tidak semangat hidup. Dalam igauannya, dia terus menyebut nama bapak. Sepertinya kehilangan panti membuatnya sangat terpukul karena di sana ada banyak kenangan ibu bersama bapak." Belum Najma memberikan respons atas pernyataannya, Imas langsung bertanya. "Oya bagaimana? Berhasil tidak?"Tidak. Ingin sekali Najma mengatakan itu. Tapi sorot mata Imas yang penuh harap, membuatnya tidak tega. Takutnya juga nanti terdengar oleh Aliyah yang sedang berbaring di tempat tidur pesakitannya. Meskipun tampak tidur, kemungki