Share

4. Video Mengejutkan

Bab 4 Video Mengejutkan

"Lihat dengan teliti! Ini Miya kan? Coba kamu amati lagi, daripada nanti kamu pikir Mama ini cuma ngomong doang. Malah jatuhnya fitnah! Tuh, ngapain coba istrimu keluyuran sampai sana?" ujar Olga dengan ketus.

Wanita dengan penampilan cetar itu menatap wajah Elang dengan lekat. Dalam hati, dia berharap jika putranya itu percaya dengan semua ucapannya.

"Aa-aku masih nggak nyangka, Ma! Ngapain Miya di sana? Mana penampilannya lusuh begitu? Astaga!" Elang menggelengkan kepala. Dia langsung menyerahkan ponsel Olga dengan tangan gemetar.

"Duduk dulu!" Melihat Elang yang syok, Olga langsung saja menarik tangan Elang hingga bersandar pada kursi.

"Makanya! Itulah kenapa Mama terus-terusan buat kamu pantau si Miya! Kamu sih, ngeyel kalau dikasih tau! Mama nggak mau tau ya, Elang! Pulang kerja nanti, kamu wajib tegur dan tanyakan sama Miya! Apa tujuannya keliling, panas-panasan begitu di pasar? Apalagi, penampilannya kucel dan dekil! Astaga, Mama malu banget kalau sampai ada yang lihat!" Olga memasang wajah ketakutan. Tentu saja hanya berpura-pura.

Perempuan yang sudah melahirkan Elang itu bersandiwara dengan sebaik mungkin, untuk menghasut Elang agar membenci Miya.

"Aku udah bolak-balik tanya lho, Ma, sama Miya. Tapi dia nggak mau ngaku. Jangankan mengiyakan, untuk sekedar menganggukkan kepala aja Miya nggak sanggup, Ma! Dia cuma bisanya menangis dengan kepala menunduk. Diam aja gitu, aku kan mana tau! Apa yang membuatnya betah keluyuran di luar, saat aku pergi bekerja ya, Ma?" Mata Elang memandang lurus ke arah depan. Pikirannya menerawang.

Dia mencoba untuk mencari kesalahan, yang barangkali tak sengaja dia lakukan hingga membuat Miya tak betah di rumah dan memilih untuk berkeliaran di luar.

Namun, semakin lama Elang berpikir. Kepalanya semakin sakit rasanya. Dia masih belum menemukan jawaban yang jelas, atas perbuatan Miya.

"Mana ada maling yang mau mengaku, Elang! Aduh, kamu itu harusnya bisa bicara lebih tegas sama dia! Kalau kamu nggak bisa, biarkan Mama saja yang akan mendesaknya untuk mengaku. Gimana?" tawar Olga dengan wajah ketus.

Tiap kali membahas perihal Miya, tensinya seakan-akan ikut naik. Olga tak suka dengan kehadiran Miya. Apalagi, semenjak menikah dengan Miya. Putranya itu jadi berubah. Melihat Elang yang cinta setengah mati pada Miya juga membuat Olga merasa muak.

Elang tak menyahut ucapan dari Mamanya. Dia hanya bisa menarik napas dalam, lalu menghembuskannya secara perlahan. Banyak sekali pertanyaan yang berada di dalam kepalanya. Melihat wajah penuh keringat milik Miya dalam video yang diputar tadi, membuat hati Elang seperti tercubit seketika.

Dia bingung. Apa uang bulanan yang diberikan untuk Miya itu kurang? Sampai sang istri rela berkeliaran dan tak memperhatikan dirinya. Bahkan, akhir-akhir ini Miya tak berada di rumah saat Elang pulang dari bekerja.

"Mama sudah mengingatkan padamu, Elang! Sepertinya Miya bukan istri yang baik. Jadi sebaiknya kamu i—"

"Aku tau apa yang harus aku lakukan, Ma. Tolong jangan ikut campur dulu sama urusan rumah tanggaku," ujar Elang menyahut terlebih dahulu. Padahal, Olga belum selesai menyelesaikan kalimatnya.

"It's oke! Kalau itu memang kemauanmu. Mama nggak akan pernah melarang. Terserah kamu saja sekarang, yang jelas memang susah menyadarkan orang yang sudah kepalang cinta. Kotoran kucing aja juga dirasa cokelat!" Olga mendengus kesal.

Cukup lama terjadi keheningan diantara mereka. Tak ada yang lebih dulu angkat suara, keduanya tampak sekali sedang sibuk dengan pikiran masing-masing.

Tiba-tiba saja, dengan sekali gerakan Elang pun bangkit. Tingkahnya itu tentu saja mengagetkan Olga yang juga duduk di sampingnya.

Elang seperti orang yang terburu-buru. Dia mengulurkan tangan ke arah Olga dan mencium punggung tangannya dengan takzim.

"Aku harus pastikan sendiri, Ma! Tolong Mama kirim itu videonya ke ponselku. Aku pastikan Miya akan mengaku sekarang juga! Aku pulang, Ma!" ujar Elang berpamitan.

Olga mengangguk, dia menatap punggung Elang hingga masuk ke dalam mobil. Tak lama kemudian, mobil yang dikendarai oleh Elang itu keluar dari pekarangan rumah Olga dan melesat menjauh.

Olga tersenyum lebar, dia melipat kedua tangannya di depan dada. Seraya tersenyum sinis, dia pun berkata. "Kena kan kamu, Miya!"

***

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status