Share

menjadi babu

Penulis: Maey Angel
last update Terakhir Diperbarui: 2023-01-19 17:21:59

Hari ini akan diadakan acara syukuran tujuh bulanan Indah--istrinya Aldi--anak bungsu Tini. Sejak hari masih gelap kesibukan sudah terjadi di dapur rumah Tini yang lumayan luas tersebut. Untuk acara yang mengundang seluruh tetangga lingkungan ini Tini sengaja mendatangkan satu juru masak dari restoran terkenal.

Juru masak tersebut bertugas memasak hidangan untuk disuguhkan pada tamu. Walaupun sudah ada juru masak, beberapa tetangga tetap turun ke dapur untuk membantu nyonya hajat. Mereka membuat puding, risoles dan banyak camilan untuk para tamu. Memang sudah menjadi kebiasaan di daerah itu, tetangga akan datang suka rela untuk membantu pada tetangga yang memiliki hajat. Rewang, begitu istilahnya.

"Udah Mbak Kinan, biar Bibi yang lanjutin bungkus lempernya. Mending Mbak Kinan ke depan aja." Hayati, tetangga sebelah kiri Tini yang akrab disapa Bibi menegur Kinan di sebelahnya.

"Iya, Mbak. Bagian dapur serahin aja ke kita, Mbak Kinan kan tuan rumah, stand by aja di depan," yang lain menimpali.

"Eh, nggak apa-apa, Bu. Saya lebih suka di dapur, banyak yang bisa dikerjakan. Di depan ada Ibu dan yang lain, udah rame juga." Kinan beralasan.

"Tapi, umumnya tuan rumah terima bersih aja, Mbak. Ini kok dari tadi Bibi lihat Mbak Kinan nggak ada diemnya. Ada aja yang dipegang, enak di depan, lho, Mbak." Sekali lagi Hayati menilai.

"Si Bibi kayak nggak tau aja!" Ibu-ibu di sebelah Hayati menyikut lengan wanita itu pelan. "Mana boleh sama Bu Tini kalau Mbak Kinan di depan. Mereka kan agak slek," lanjutnya berbisik.

"Oh, jadi kabar itu bener, toh?" Hayati balas berbisik.

"Maklum Mbak Kinan kan lama nggak hamil, jadi Bu Tini rada nggak suka gitulah."

Hayati dan wanita berjilbab kuning yang sedang memotong bolu gulung saling berbalas bisikan. Padahal jarak mereka dengan Kinan tidak sampai setengah meter, tentu hal itu membuat Kinan juga mendengar apa yang mereka bisikan.

Ketidak harmonisan hubungan Kinan dan Tini memang sudah tersebar ke beberapa tetangga. Entah siapa dan dari mana berita itu bermula yang pasti bukan dari Kinan. Selama ini walaupun tersakiti hatinya, ia memilih diam, tak membalas dan menyimpan semua yang terjadi sendiri.

Mengatakan pada orang-orang pun tak memberi pengaruh apa-apa. Justru bisa menjadi sumber masalah lain. Sebagai menantu Kinan masih menjaga nama baik mertuanya juga marwah Aldo sebagai suaminya.

"Ki, kamu lihat ikat pinggang Riski yang putih nggak? Di rumah nggak ada." Rini bertanya dari pintu dapur. Wanita yang telah memakai gamis dan wajah berpoles make up itu menggandeng anak keduanya.

"Kemarin pulang sekolah anak-anak ke sini kan, coba kamu cari. Siapa tau keselip di mana gitu. Riski ikut sama Tante Kinan dulu, biar ketemu ikat pinggangnya." Tanpa menunggu jawaban Kinan, Rini berlalu meninggalkan perintah yang membuat iparnya berpikir sejenak.

Untungnya kemarin saat membereskan pakaian di kamar depan Kinan melihat ikat pinggang yang di maksud Rini. Segera ia mengambil ikat pinggang tersebut dan memakaikan pada Riski yang sedari tadi terus mengekor ke mana ia melangkah.

"Sekarang Riski ke depan ya, Tante mau ke dapur lagi," ucap Kinan sembari merapikan rambut bocah di depannya.

Riski mengangguk. "Oke, Tante." Kemudian ia berlalu meninggalkan Kinan.

"Ki, kok masih pake daster? Acara siramannya bentar lagi mulai, loh. Buruan mandi, pakai seragam yang dikasih Ibu kemarin." Aldo beruaja selesai bersiap menghampiri Kinan di kamar depan.

Setiap mengadakan acara Tini memang selalu membuat pakaian seragam untuk keluarganya. Sama halnya dengan syukuran tujuh bulanan ini, Kinan dan Aldo juga dapat bagian satu stel.

"Iya, Mas. Bentar aku mandi dulu, nanti kalo mau ke depan bareng, ya."

"Iya. Sana cepet mandi, dandan yang cantik," ucap Aldo seraya tersenyum.

Kinan mengambil handuk dan baju ganti di kamarnya kemudian melangkah ke kamar mandi yang terpisah sekat dengan dapur. Kinan buru-buru membersihkan diri. Walaupun yang disebutkan hanya syukuran biasa, tetapi acara tujuh bulanan Indah juga dilakukan secara tradisional. Ada proses siraman, sungkeman dan yang lainnya.

Dengan setelan piyama Kinan keluar dari kamar mandi. Handuk masih tersampir di bahunya, jilbab instan yang sebelum mandi tadi ia pakai sedikit basah diujungnya, ia gunakan lagi. Setelah ini Kinan ingin menyalin pakaian.

"Mbak Kinan, lihat Bibi Hayati nggak?" Indah yang melihat Kinan baru keluar dari kamar mandi bertanya.

"Tadi di dapur," jawab Kinan.

"Nggak ada, Mbak. Kemana, ya?" Wanita dengan perut buncit itu nampak kebingungan mencari tetangga mertuanya.

"Memangnya ada apa cari Bibi, Ndah?" tanya Kinan akhirnya.

"Itu, Mbak. Gelas di depan habis, banyak tamu yang belum ambil minum. Mau minta tolong Bibi buat bawa gelas tambahan, tapi orangnya nggak ada. Apa aku bawa aja sendiri, ya."

"Eh, jangan-jangan." Cepat Kinan melarang. "Kurangnya banyak?" tanyanya kemudian.

"Nggak tau, Mbak. Kata Ibu bawa aja semua yang masih ada." Indah menjawab seraya mengelus perut besarnya.

"Kamu balik aja ke depan, nanti biar Mbak cari orang yang bawa gelas tambahannya."

"Tapi, Mbak--"

"Lagian kamu yang punya acara, nggak pantes kalo dilihat tamu-tamu kamu sendiri yang bawa perabotan ke depan," potong Kinan cepat. "Sana ke depan. Mbak siapin dulu gelasnya."

"Makasih, ya, Mbak," ucap Indah sembari mengulas senyum manis pada Kinan. Kakak iparnya hanya membalas dengan anggukan.

Akhirnya Kinan urung berganti pakaian, ia malah kembali ke dapur bermaksud menyiapkan gelas untuk dibawa ke depan. Dari dalam lemari penyimpanan wanita itu mengeluarkan lima lusin gelas kaca. Setelah di lap gelas-gelas tersebut ditata pada nampan khusus.

"Ki, gelas udah belum. Tamu udah pada antri, tuh. Pada kehausan gimana sih, lama amat." Rini yang diperintah mengecek keadaan di dalam menghampiri Kinan. Di depannya nampan besar sudah tersusun rapi gelas kaca.

"Udah ini, Mbak. Bentar, aku cari orang dulu buat angkat ke depan," sahut Kinan kemudian lekas beranjak.

"Sekalian sama kue-kuenya ditambah, Ki. Agak banyak aja, soalnya tamu kita belum datang semua hidangannya udah tinggal dikit di depan," timpal Rini.

"Iya, Mbak nanti aku suruh sekalian--"

"Kok, nanti, sih?" potong Rini. "Sekarang, dong! Kamu mau suruh siapa? Kelamaan kalo cari orang, gak keburu. Semua sibuk. Kamu aja sana yang bawa kuenya, cepet!"

"Tapi, Mbak--"

"Gak usah banyak tapilah, Ki. Nanti kalo ada tamu yang gak dapat hidangan malah jadi omongan, bikin malu tau. Kita ngundang banyak orang, lho, ini. Sana buruan!"

"I-iya, Mbak." Akhirnya Kinan mengiyakan perintah Rini untuk membawa tambahan kue ke depan.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Marimar
naek darahku liat kelakuan ipar begini...
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Istri Yang Terbuang   akhir yang menyedihkan

    Sammi sudah berusaha untuk mencari di manapun keberadaan Kinan, tetapi wanita itu sama sekali tidak bisa di cari. Bahkan dia minta bantuan Sarah agar mau mencari keberadaan Kinan. "Masih nggak ada kabar?"Sarah terdiam dan menatap iba pada Sammy. Dia sudah mendapatkan Kabar dari Kinan dan kenyataan yang menyedihkan membuat Sarah harus mengatakan hal ini."Sam, Aku nggak tahu mau ngomong apa nggak sama kamu tentang rahasia pencarian kita selama ini. Sepertinya kita harus menghentikan pencarian yang tidak mungkin akan mendapatkan hasil sesuai dengan apa yang kita inginkan karena Kinan … Kinan udah gak ada.""Maksudnya?" tanya Sammy kaget."Kita tidak usah mencarinya lagi karena Kinan sudah tenang berada di alam sana. Aku sudah mendatangi rumah kedua orang tuanya dan dia meminta maaf atas semua kesalahan Kinan selama ini kepadaku. Ibunya bilang, Kinan sakit dan pergi satu bulan pasca kita tak bertemu dengannya. Dia, dia ternyata selama ini menyembunyikan rasa sakitnya sendirian. Dia men

  • Istri Yang Terbuang   Tak datang

    Sammmy akhirnya berangkat setelah mendapatkan imboost dari Ibunya. Jelas hatinya galau karena Sarah adalah teman Kinan dan ia tak bisa semudah itu menikahi Kinan jika masih ada keterlibatan perasaan Sarah,Saat baru sampai di rumah sakit, dia justru mendapati pemandangan yang tidak enak. Sarah sudah ada di ruangannya dan lagi lagi dia tersenyum tanpa dosa ke arahnya.“Sam.”“Kenapa datang lagi? Aku sudah bilang, beri aku waktu.”“Aku … aku ingin kamu tak usah pikirkan semua ini. Aku pasrah saja sudah, nggak usah kamu mikirin nasib pernikahanku.”“Maksudnya?”Sarah tahu diri. Di dalam hati Kinan dan Sammy, ada perasaan cinta yang tak bisa digambarkan. Bahkan, Sammy juga tak pernah terlihat tak peduli jika berkaitan dengan Kinan. “Aku minta maaf padamu. Aku sudah merenungkan ini dan aku pikir, aku salah. Aku sudah melibatkanmu dalam masalahku dan menjadikan kamu dilema dengan permintaan tiba-tibaku. Tadi pagi aku hanya panik. Aku hanya bingung dan aku mencoba meresapi kesalahanku.”S

  • Istri Yang Terbuang   Sammy yang manja

    Hati Sarah merasa tidak karuan sekarang ini. Dia sudah menyeret semi untuk masuk ke dalam masalahnya. mau tidak mau dia harus terus membujuk seni agar mau membantunya dalam hal ini."Kamu sudah memberikan surat yang aku titipkan kepada mu untuk Kinan?""Ya. Maaf, Sam. Aku sudah membuat semuanya menjadi kacau. Aku janji setelah ini nggak akan ganggu kamu lagi.""Buat janji jangan semudah membuat kopi. Kamu sudah membawaku jauh ke dalam masalah dan bahkan kamu mengakui aku sebagai calon suami kamu. Tahukah kamu, itu sangat membuat aku kecewa. Apalagi kamu memaksa untuk aku menikahimu. Mustahil!"Sammy memang tidak benar-benar pergi ke rumah sakit. Dia pergi pulang ke rumahnya untuk berkonsultasi kepada sang Ibu mengenai masalahnya ini. Dia termasuk anak yang tidak pernah menutupi segala masalahnya, apalagi terkait masalah perasaan. Maharani bahkan tidak pernah memarahi anaknya jika anaknya mencintai wanita yang lebih rendah darinya. Wanita yang selalu membuat hati Sammy tenang dengan s

  • Istri Yang Terbuang   Perasaan Sarah

    “Tidur yuk!” ajak Sammy.“Kamu tidur di kamar, aku mau ke kamar Sarah.”“Bantuin!” Dengan manjanya Sammy meminta KInan membantu ia berdiri masuk kamar dan tidur di sana. Beruntung apartemen ini memiliki dua kamar sehingga Kinan bisa dengan mudah memilih tempat istirahat untuk kedua sahabatnya itu.“Jangan usil!” omel Kinan saat Sammy dengan sengaja mencegahnya pergi.“Kamu tidur di mana?” tanya Semmi lagi.“Di kamar Sarah lah. Aku takut dia masih sedih dengan insiden tadi.”“Hm, Ki, kamu denger percakapan tadi?” tanya Sammy khawatir jika Kinan mendengar ucapan Sarah yang mengaku dia sebagai pasangannya.“Percakapan apa?”“Aku, Sarah dan suaminya. Kamu dengar?”“Enggak. Aku kan jagaian Tiara. Lagian, bagaimana pun ini semua nggak ada hubungannya sama kita, Sam. Kita hanya menemani saja dan apa yang mereka ucapkan, kita anggap angin lalu saja.” Kinan mengatakan itu agar tidak terjadi masalah antara mereka bertiga, meskipun tadi dia sedikit mendengarkan.“Syukurlah kalau kamu nggak deng

  • Istri Yang Terbuang   Waktu menenangkan dengan kisah masa lalu

    “Kamu?!”Kinan cukup shock dengan kejadian kali ini. Dia tak menyangka ada pertikaian hebat yang terjadi antara Sarah dan juga madunya itu. Hingga tubuh basah kuyup Sammy akibat madu Sarah pun membuat Kinan heran. Mau tanya di sana pun nampaknya tidak etis dan juga tidak mungkin, mengingat wajah mereka nampak serius.Tak mau membuat Tiara sedih, Kinan langsung menggendong Tiara dan membawanya menjauh mengikuti arahan Sarah. Ketegangan sempat terjadi di dalam lantaran sikap mantan suami Sarah dan istri barunya tak terima dengan kedatangan Sammy dan Kinan di sana.“Kamu yang membuat semuanya kacau!” Restu melayangkan pukulan pada Sammy. Keduanya adu kekuatan, meski Sammy hanya mencoba untuk melindungi diri dan tak ada niatan melawan. Sammy sempat terkena puluan di hidung dan membuat Sarah murka.“Awalnya aku antusias dan menghormati adanya kamu, tapi makin ke sini kamu menguras emosiku, Mas. Mulai detik ini, jangan hubungi aku.”Dengan emosi menggebu, Sarah menarik Sammi dari sana. Dia

  • Istri Yang Terbuang   Restu dan Mentari

    Mereka berdua sampai di hotel Star di mana keduanya melakukan janji temu. Saat baru turun dari kendaraan, Kinan menggenggam tangan Sarah untuk menguatkan. Tarikan napas terdengar berat, tapi Sarah terlihat menghiraukan.“Itu?” tanya Kinan menunjuk meja yang tentunya ada suami dan calon istri baru suami Sarah.Sarah mengangguk dan mendatangi meja yang sudah dipesankan untuk pertemuan itu. “Mama.”Tiara berlari ke arah Sarah dan keduanya berpelukan bak bertahun tahun tak bertemu. Kinan tersenyum dan menyapa istri baru Restu.“Aku pikir kamu datang sendiri, Ki.” Restu menjabat tangan Sarah dan Sarah membalasnya dengan senyum.“Kinan akan membantu untuk menjaga Tiara saat kita bicara. Ya kan, Ki?” Sarah tentu tak mengatakan ini sebelumnya. Namun, Kinan langsung paham jika semua ini adalah cara Sarah meminta bantuannya untuk bisa membuat Tiara tidak mengetahui semua hal yang terjadi pada orangtua dia.“Iya, Mas. Biar lebih baik Tiara sama saya aja, kalian bertiga silahkan berbincang.”Kin

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status