Home / Romansa / Istri Yang Terbuang / Bab 3 Penghianatan

Share

Bab 3 Penghianatan

Author: Babychiee
last update Last Updated: 2023-10-05 20:04:58

Pagi hari kembali tiba. Matahari pun kembali menyinari cahayanya. Yuda kini sudah bersiap untuk berangkat ke kantor.

"Sayang, nanti kalau mau ke kantor kamu kabari aku dulu,ya?" pinta Yuda sebelum masuk ke mobilnya.

"Memangnya kenapa, Mas? Bukan kah biasanya aku juga bebas untuk datang ke kantor kapanpun aku mau? Kamu kemarin juga bilang seperti itu, kan?" tanya Vhena.

"Sayang, perusahaan kan sedang melejit pesat, takutnya kamu datang saat aku sedang mengerjakan tugas yang tidak bisa aku tinggal. Takut menganggu, Sayang," jelas Yuda.

"Jadi aku ganggu ya, Mas?" tanya Vhena dengan nada pelan.

"Bukan begitu, Sayang," ujar Yuda.

"Ya sudah, Mas. Nanti kalau mau ke kantor aku telpon kamu dulu. Berangkat gih sudah siang," ucap Vhena berusaha memberikan pengertian kepada suaminya.

Vhena pun mencium punggung tangan Yuda sebelum mobil itu menjauh dari pekarangan rumah besar tempat tinggal mereka.

Seperti biasa, keseharian Vhena mengurus orderan barang jualannya dan packing beberapa barang untuk di kirim ke luar kota.

Tok tok tok!

"Permisi, Mbak Vhena," seseorang datang dan mengetuk pintu.

"Mbak yang barusan ngechat, ya?" tanya Vhena memastikan.

"Betul, Mbak. Saya mau lihat-lihat aksesoris, nih," jawab wanita yang ingin membeli sesuatu di toko Vhena.

Semakin siang, toko yang berada di samping rumah semakin ramai pula orang yang datang untuk sekedar membeli baju maupun make up dan aksesoris lainnya yang Vhena jual.

Hari sudah semakin sore, toko sudah mulai tutup. Setelah mandi Vhena menghubungi Yuda karena berniat untuk pergi ke kantor sore itu juga.

"Huft, capek juga mengurus toko. Meskipun hanya di rumah, tapi jika terus ramai rasanya tulang-tulangku ingin rontok," ucap Vhena sambil meregangkan otot-otot di tubuhnya.

Sementara di kantor. Jheny sedang duduk di pangkuan Yuda. Mereka bercumbu dan saling berciuman dengan rakusnya.

Tiba-tiba ponsel Yuda berdering.

"Hallo, Sayang," sapa Yuda melalui panggilan telepon.

"Mas, aku mau ke kantor nih," ucap Vhena.

"Oh, mau ke sini? Oke-oke, tidak apa, kemarilah," balas Yuda dengan nada kikuk.

"Istri kamu ya, Mas?" tanya Jheny.

Vhena mendengarnya dari sebrang ponsel lalu mengerutkan keningnya.

"Ssttt...kamu diam dulu, Sayang," bisik Yuda yang juga bisa di dengar oleh Vhena.

"Mas, kamu ngomong sama siapa?" tanya Vhena.

"Ini sekretaris aku barusan masuk, dia mengirimkan berkas baru," jawab Yuda.

"I see. Aku sudah ada di loby, Mas," ujar Vhena kemudian mematikan panggilan. Tentu saja membuat Yuda dan Jheny kalang kabut.

"Kamu keluar dulu, deh," ujar Yuda pada Jheny.

"Gak bisa dong, Mas. Nanggung loh ini," protes Jheny yang sudah merasakan gairah akibat permainan kecil yang mereka lakukan barusan.

"Vhena sudah ada di bawah. Sebentar lagi pasti dia sampai," tegas Yuda.

"Ya sudah, Mas. Kita main sebentar saja, yuk," goda Jheny lagi.

"Jangan gila kamu!" hardik Yuda.

"Mas..."

Terdengar suara Vhena dari luar sambil memutar handle pintu yang terkunci.

"Tuh kan. Sembunyi, sembunyi!" ujar Yuda panik.

Jheny pun ikut panik saat mendengar suara Vhena. Yuda menyuruhnya bersembunyi di dalam toilet.

"Mas Yuda!" panggil Vhena lagi.

"Iya-iya Sayang, wait," teriak Yuda. Sesegera mungkin ia menghampiri pintu.

"Huft..kok tumben pintunya di kunci sih, Mas?" tanya Vhena merasa agak kesal.

"Kadang memang aku kunci kalau lagi merasa gak ingin di ganggu oleh karyawan lain, Sayang," balas Yuda berbohong. Vhena kemudian berjalan masuk lebih dulu dan duduk di kursi yang ada di hadapan kursi Yuda.

"Katanya tadi sekretaris kamu habis mengantarkan berkas, Mas?" tanya Vhena sambil melihat ke atas meja yang tersusun rapi tanpa ada berkas apapun.

"Iya tadi. Tapi kan langsung aku tanda tangani dan dia bawa lagi, Sayang," jawab Yuda sembari berjalan mendekati Vhena dan merangkulnya dari belakang kemudian mencium tengkuk lehernya.

"Mas, ini di kantor jangan macam-macam," protes Vhena.

"Aku kunci pintu dulu, ya," ucap Yuda.

Yuda kembali mencium tengkuk leher Vhena. Napsunya sudah memuncak dan tertunda akibat telepon dari Vhena. Yuda berniat untuk menuntaskan hasratnya saat itu juga dengan istrinya tanpa memikirkan perasaan Jheny.

Sementara di toilet. Pintu terlihat sedikit terbuka. Rupanya Jheny tengah mengintip dari dalam toilet. Tangannya mengepal dan emosinya meninggi.

"Kurangajar sekali Mas Yuda. Bisa-bisanya melakukan hal itu di depan ku! " gumam Jheny geram.

Permainan pun semakin memanas hingga dua insan tersebut mencapai puncaknya masing-masing.

Tok Tok Tok!

Tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu dari luar saat Vhena dan Yuda sedang merapikan pakaian.

"Aku cek dulu, ya," ucap Yuda pada Vhena. Lelaki itu pun bergegas untuk membuka pintu.

"Permisi, Pak. Maaf saya menganggu. Yang lain sudah berkumpul, apakah meeting akan ditunda, Pak?" tanya seorang pegawai kantor.

"Ah, tidak-tidak. Maaf saya ketiduran. Saya akan segera menyusul," ujar Yuda berbohong. Setelah pegawainya itu pergi Yuda melihat istrinya yang hendak membuka pintu toilet.

Terkunci!

"Sayang, kamu ngapain?" tanya Yuda.

"Ya mau bersih-bersih lah, Mas. Kita kan habis-"

"Di toilet luar saja, toilet ini sedang rusak. Klosetnya penuh," potong Yuda sembari merangkul pinggang Vhena yang masih ramping.

"Oh, apakah sudah menghubungi tukang servis, Mas?" tanya Vhena.

"Sudah, Sayang. Kamu bersih-bersih dulu ya di toilet luar. Aku ada meeting dan sudah ditunggu," ujar Yuda.

"Kamu gak ikut bersih-bersih juga, Mas?" tanya Vhena.

"Aku akan menggunakan toilet di ruang meeting saja," jawab Yuda tersenyum kaku.

"Baiklah, aku akan menunggu sampai meeting selesai," ucap Vhena kemudian beranjak keluar dari ruang pribadi sang suami.

Vhena berjalan menuju toilet lain. Setelah membersihkan diri, ia bercermin di wastafel toilet sambil membasuh wajah dan merias ulang.

"Kenapa semenjak ada sekretaris baru itu, perasaanku selalu tidak tenang?" pikirnya.

***

Huft!

Sementara Yuda bernafas lega setelah istrinya keluar. Pria itu mengunci pintu lalu menghampiri gundiknya yang masih bersembunyi di sana.

Wanita itu memasang wajah masam dan menatap tajam wajah lelaki di hadapannya setelah membuka pintu.

"Kamu apa-apaan sih, Mas!" makinya.

"Ya maaf, Sayang. Habisnya nanggung banget, mumpung ada istri aku. Kalau dia tidak datang aku akan melakukannya bersamamu," ucap Yuda dengan menggoda Jheny.

"Ya sudah, kita meeting sekarang," imbuhnya.

***

"Mas, sudah mau meeting?" tanya Vhena yang tidak sengaja bertemu Yuda di koridor kantor. Suaminya itu berjalan bersandingan dengan Jheny. Mereka terlihat begitu dekat.

"Iya, Sayang. Sudah ditunggu," jawab Yuda.

Vhena menatap curiga senyuman Jheny. Suami dan sekretarisnya itu berlalu begitu saja, sementara Vhena terus menatap punggung mereka dari belakang.

***

Pukul 23:15 WIB.

Vhena tampak gelisah berjalan mondar-mandir sambil memegang ponselnya. Sesekali ia menelpon suaminya, sebab hingga kini Yuda tak kunjung pulang.

"Hallo, Pak Hasan," sapa Vhena melalui panggilan telepon.

"Iya Hallo, Bu Vhena," balas Hasan-security kantor.

"Apa kantor belum tutup ya, Pak?" tanya Vhena.

"Kantor sudah tutup sejak jam delapan malam tadi, Bu Vhena," jawab Hasan.

"Apa Mas Yuda masih di dalam ya, Pak?" tanya Vhena lagi.

"Saya sudah mengecek ke seluruh kantor, Bu. Sudah tidak ada orang di dalam, bahkan gerbang sudah saya kunci," jelas Hasan.

"Ya sudah, terimakasih, Pak," ujar Vhena.

Panggilan pun berakhir.

"Kamu kemana sih, Mas? Kenapa jam segini belum pulang?" batinnya dengan gelisah.

Tak jarang pula Vhena mengintip jendela rumahnya untuk melihat mobil suaminya. Beberapa saat kemudian ada panggilan masuk dari Yuda.

"Mas Yuda, kamu kemana saja sih sudah jam segini belum pulang?" Vhena langsung bertanya karena panik.

Sementara di sisi lain. Jheny sedang bersandar di dada bidang milik Yuda. Di sebuah kamar hotel mewah, dua insan yang bukan mahrom itu sudah terbalut selimut tebal tanpa mengenakan pakaian.

"Sayang, aku ada urusan di rumah Bimo, mungkin aku akan pulang besok," ujar Yuda.

"Jadi malam ini aku tidur sendirian, Mas?" tanya Vhena dengan nada kecewa.

"Just one night, Baby," bujuk Yuda.

"Baiklah, kamu hati-hati di sana. Ingat ya, Mas, jaga hati dan lisanmu untukku. Tidak ada yang menyayangi mu selain aku," ucap Vhena. Yuda lantas melirik ke arah Jheny ketika mendengar perkataan sang istri.

"I-iya, Sayang. Pasti kok. Sudah ya aku lanjut dulu. I love you," balas Yuda.

"I love you too."

Panggilan pun berakhir.

"Pake I love you, I love you-an segala, apaan sih, Mas!" sungut Jheny.

"Agar dia tidak curiga, Sayang," ucap Yuda sembari memeluk tubuh Jheny dari samping.

"Gak boleh. Istri kamu gak boleh tahu, Mas," cecar Jheny dengan nada manja.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Istri Yang Terbuang   bab 12 Rumah Yang Dingin

    Parkiran Malam dan Sisa KeheninganUdara malam lembap, langit masih menyisakan warna biru tua di antara lampu-lampu kota yang berpendar. Restoran mulai sepi, hanya tersisa beberapa mobil di area parkir.Vhena berjalan di belakang Yuda, langkahnya pelan. Tumit sepatunya terdengar beradu lembut dengan lantai semen yang dingin. Ia menggenggam tas erat-erat, sementara pikirannya masih tertinggal di meja makan yang terasa terlalu sunyi tadi.Yuda menekan tombol kunci mobil, bunyi “klik” kecil terdengar.Ia tidak menoleh.Tidak mengulurkan tangan, tidak menunggu. Seolah jarak mereka kini bukan hanya beberapa langkah, tapi sudah dunia yang berbeda.Namun ketika Vhena hendak membuka pintu sendiri, Yuda tiba-tiba menahannya. Tangannya menahan pintu mobil.“Biar aku,” katanya pelan, nyaris tanpa ekspresi.Vhena terdiam sejenak. Sekilas, ia menangkap tatapan yang dulu begitu ia kenal, hangat dan teduh tapi kali ini kosong. Ia hanya mengangguk, lalu masuk ke dalam.Beberapa menit mereka diam di d

  • Istri Yang Terbuang   bab 11 Makan Malam

    Malam mulai turun di langit kota, perlahan mengganti sisa cahaya jingga di balik jendela besar ruang direktur. Lampu-lampu di Wiratama Corporation mulai dimatikan satu per satu, menyisakan sinar redup dari lantai delapan, ruangan Yuda.Sejak sore, Vhena masih di sana. Duduk di sofa panjang di sudut ruangan, memperhatikan Yuda yang sibuk menatap layar, menandatangani dokumen, mengangkat telepon, dan berbicara singkat dengan tim bawahannya. Dia nyaris tidak menyapanya sejak tadi. Hanya menatap, seperti orang asing yang sedang mengingat wajah seseorang yang dulu sangat dekat dengannya.Yuda berbeda.Caranya berbicara kini lebih datar, caranya duduk pun tak lagi rileks di dekatnya seperti dulu.Sementara Vhena, kehamilan muda membuat tubuhnya cepat lelah, tapi yang paling terasa adalah perubahan di hatinya, mudah tersentuh, mudah merasa sepi.“Sudah selesai, Mas?” suara lembutnya memecah keheningan.Yuda baru saja menutup map tebal dan menaruh pulpen di meja.“Sudah,” jawab Yuda tanpa ban

  • Istri Yang Terbuang   bab 10 Jheny

    Udara siang di depan gedung kantor itu terasa berat. Panas matahari memantul dari dinding kaca tinggi, membuat helm yang masih menempel di kepala Fikri terasa seperti tungku kecil. Ia turun dari motor, menenteng tas kain kecil berisi bekal, seperti biasa. Nama yang tertulis di nota pengantaran. “Untuk: Bapak Yuda Pradipta, Direktur Utama, Lantai 8.” Sudah hampir dua bulan ia rutin menerima pesanan itu dari Vhena. Dan setiap kali, ia selalu merasa ada sesuatu yang berbeda dari cara perempuan itu menitipkan bekal, selalu dengan nada lembut, kadang disertai senyum kecil yang kelihatan dipaksakan. Fikri menatap tas kain itu sebentar sebelum masuk ke lobi. “Siang, Mas Fikri.” Satpam yang sudah akrab, Pak Hasan, menyapanya. “Siang, Pak. Ini buat Pak Yuda, seperti biasa.” “Wah, istri setia ya. Tiap hari nggak pernah lupa.” Fikri tersenyum kecil. “Iya, Pak. Orang baik, Mbak Vhena itu.” "Langsung ke ruangan saja, pak Yuda ada di dalam," ucap pak Hasan. Fikri masuk. Ia kemudi

  • Istri Yang Terbuang   bab 9 Ragu

    Lampu kamar hotel itu temaram, hanya tembaga kekuningan yang memantul di dinding. Asap rokok yang baru setengah padam di asbak masih mengepul pelan, menyatu dengan aroma tubuh dan parfum mahal yang samar. Di balik selimut putih itu, Yuda diam menatap langit-langit. Dada telanjangnya naik turun pelan, bukan karena lelah, tapi karena pikirannya yang tidak berhenti berputar.Jheny, wanita dengan rambut hitam terurai dan bahu polos yang bersandar di dadanya, memandangi wajah Yuda dengan pandangan samar. Ada sesuatu di mata laki-laki itu malam ini, bukan hanya amarah, tapi juga luka.“Kamu tumben, Mas,” bisik Jheny, jemarinya menggambar-gambar garis di kulit Yuda. “Kenapa nggak mau pulang?”Yuda menarik napas panjang, matanya tetap kosong menatap ke langit-langit. “Istriku hamil.”Jheny terlonjak kecil, suaranya meninggi refleks. “Hamil?!”“Iya.” nada Yuda datar, seperti ucapan yang sudah kehilangan rasa. “Tapi aku yakin itu bukan anakku.”Suasana kamar tiba-tiba berubah hening. Hanya terd

  • Istri Yang Terbuang   Bab 8 - Kehamilan Ku Tak Diakui Mas Yuda.

    "APA? HAMIL?!" pekik Yuda. Ia sedikit tak menyangka jika istrinya hamil. Berarti progam hamilnya berhasil. "Betul, Pak. Dari hasil USG usianya kini sudah memasuki 7 minggu," jelas dokter kandunga yang memeriksa kondisi Vhena. Yuda kemudian masuk ke ruang IGD tempat Vhena di rawat. "Ini tidak mungkin terjadi, Vhena," ujar Yuda langsung saat tahu Vhena sudah sadar. "Maksud Mas Yuda apa?" tanya Vhena bingung. Rupanya dokter itu belum memberitahu Vhena. "Kau hamil, dan usianya sudah 7 minggu. 2 bulan kurang 1 minggu." Yuda menjelaskan sambil memberikan foto hasil USG Vhena. Wanita itu pun menerima foto tersebut dan tersenyum memandangnya. Ada sebuah lingkaran kecil di dalam foto tersebut, dan di dalam lingkaran itu terdapat sebuah gambar yang lebih kecil lagi. Vhena rasa itu adalah calon janinnya. "Jelaskan padaku?!" ujar Yuda dengan nada marah. "Jelaskan apa, Mas? Ini kan yang kamu mau?" tanya Vhena dengan mata yang berkaca-kaca karena terharu. "Aku tidak lagi menyentuhmu. Bagaiman

  • Istri Yang Terbuang   Bab 7 - APA? HAMIL?!

    Satu bulan berlalu. Vhena sudah sangat bosan dengan kegiatannya di rumah yang hanya menonton televisi dan short videos di ponsel pintarnya. Rasanya ingin sekali ia mencari hal baru agar tidak bosan di rumah. Semenjak kejadian lipstik dengan pemilik gaib itu, ia tak lagi menemui Yuda ke kantor. Ia tidak ingin berprasangka buruk pada suaminya dan sekretarisnya yang bernama Jheni itu. "Mas, kamu mau kemana lagi? Ini kan sudah malam," tanya Vhena, melihat suaminya yang berpakaian rapi hendak keluar rumah. "Aku ada perlu dengan Bimo," jawab Yuda singkat. "Kamu baru saja pulang loh, Mas," "Ya memangnya kenapa? Ini urusan penting, Vhena," ujar Yuda dengan nada tegas. "Bukan begitu. Jika penting kenapa tadi tidak diselesaikan sekalian sebelum pulang?" "Sudahlah, aku pergi dulu. Aku akan pulang besok." Vhena menganga mendengar perkataan suaminya. Satu bulan terkahir Yuda sangat sering meninggalkannya sendirian hingga larut, bahkan tidak pulang. Yuda sudah jarang kembali ke rumah. Peker

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status