Vhena wanita berusia 25 tahun menikah dengan seorang pria berusia 30 tahun bernama Yuda. Mereka menikah sudah 2 tahun dan kemanapun mereka selalu bersama hingga banyak teman teman mereka membeli julukan sejoli yang kompak. Namun entah kenapa beberapa hari terakhir Yuda tidak seperti biasanya, memilih untuk pergi sendirian dan meninggalkan Vhena di rumah. Hingga pada suatu hari ada seorang wanita hamil yang datang ke rumahnya dan mencari keberadaan Yuda. Suaminya pun ketahuan selingkuh dengan masalalunya. Siapakah wanita itu? Dan bagaimana kelanjutan ceritanya? Simak terus cerita perdana aku di Good novel ya teman teman, happy reading <3
View More"Mas Yuda, mau ke mana?"
Vhena melirik suaminya yang tengah sibuk merapikan pakaian."Mau ke kantor, ada pekerjaan mendadak. Mas pergi dulu, ya."'Cup!'Yuda berpamitan seraya mencium dahi Vhena."Aku ikut ya, Mas?" ujar Vhena."Kamu di rumah saja, jangan terlalu lelah. Ingat sekarang sedang menjalani progam hamil," bujuk Yuda.Vhena sang istri hanya menurut. Sebelumnya, Vhena sudah sempat hamil dua kali. Akan tetapi, tidak ada bayi yang lahir. Janin yang ia kandung selalu gugur saat menginjak usia dua bulan.Dengan berkonsultasi ke dokter spesialis, Vhena diberikan beberapa obat untuk diminumnya. Dokter juga mengingatkan untuk mengurangi aktifitas, sebab jika terlalu sering kelelahan itu juga bisa membuat kemungkinan kehamilan menurun.Akhirnya, Yuda pergi ke kantor dengan mengendarai mobilnya seorang diri. Ia memiliki perusahan tekstil terbesar di kotanya. Sementara Vhena bekerja sebagai penjual barang-barang dan kosmetik online yang ia buka sendiri di rumah.Hari sudah menjelang sore. Tepat pukul lima sore, Vhena segera mengirimkan bekal makanan untuk suaminya dengan memesan kurir dari aplikasi hijau. Tadi, Yuda tidak menjelaskan jam berapa akan pulang. Sebagai istri, tentu ia khawatir dan memikirkan suaminya yang mungkin saja kelaparan.Untuk itu, Vhena kemudian memesan kurir pengantar untuk mengantarkan bekal milik sang suami.Menunggu beberapa saat, Vhena mendapatkan telepon dari kurir yang mengantarkan pesanannya."Hallo, Mas. Bekalnya sudah sampai?" tanya Vhena."Maaf, Mbak. Security bilang hari ini kantor tutup.”Dahi Vhena berkerut dalam. "Hah, tutup?" gumam Vhena yang masih terdengar oleh kurir itu."Jadi bagaimana, Mbak? Apa mau dibawa pulang lagi?"Wanita itu kemudian mengembuskan napas panjang, seraya berkata, "Kalau begitu, berikan saja bekal itu pada Pak satpam. Terima kasih banyak ya, Mas,"ujar Vhena kemudian mematikan panggilan telepon."Tadi kata Mas Yuda ada pekerjaan mendadak. Tapi kok kantor tutup ya? Apa pekerjaannya di luar kantor?" Vhena berdiri di dekat jendela kantor rumahnya sambil bertanya-tanya pada dirinya sendiri. "Tapi pekerjaan apa yang di lakukan di luar kantor?"Hingga pukul sebelas malam, Yuda tidak kunjung pulang. Vhena sampai tertidur di sofa ruang tamu dalam keadaan lampu rumah yang masih menyala, menunggu kepulangan sang suami dengan setia.Pagi hari, Vhena terbangun dan mengedarkan pandangan ke sekitar. Ia yang semalam tidur di ruang tamu, kini telah berada di kamarnya.Vhena yakin, Yuda pasti menemukannya tertidur semalam. Karena tidak tega membangunkan sang istri, pria itu pun membopongnya menuju kamar.Sedikit tersentuh, Vhena menatap Yuda yang masih tertidur pulas di sampingnya. “Terima kasih, Mas.”'Cup!'Vhena mencium kening Yuda sebelum turun dari ranjangnya. Masih menggunakan daster serut Vhena bergegas ke dapur untuk membuatkan sarapan.Sebuah menu spesial yang diyakini adalah makanan kesukaan Yuda telah tersaji dari tangan penuh cinta Vhena. Ia, dengan perasaan yang gembira menyiapkan semua kebutuhan suaminya dan memastika suaminya itu terpenuhi asupan gizinya.Setelah memasak, sebelum membangunkan Yuda, Vhena memilih untuk mandi terlebih dahulu. Usai rapi dengan dress setinggi lutut dengan rambut tergerai lurus, wanita itu menghampiri Yuda."Mas, bangun yuk. Aku sudah siapkan sarapan." Vhena terus berusaha membangunkan suaminya. Terlihat Yuda menggeliat untuk meregangkan otot-otot tubuhnya."Sudah jam berapa, Sayang?" tanya Yuda dengan suara khas orang bangun tidur."Ini sudah jam enam lebih, Mas. Mandi dulu gih.”Yuda pun bangkit dan beranjak dari kasurnya, berjalan ke kamar mandi untuk membersihkan diri.Vhena sudah berada di dapur. Ia menyajikan nasi goreng yang ia siapkan sebagai menu sarapan mereka, berbeda dengan menu bekal makan siang milik suaminya."Morning, Sayang," sapa Yuda sembari duduk di kursi makan.Mereka makan dengan diam. Namun, tiba-tiba ingatan Vhena tertaut pada informasi kurir kemarin, jika kantor tutup padahal sang suami izin untuk bekerja.Tidak ingin terbawa rasa penasaran, Vhena pun memilih membuka pembicaraan, "Mas.” Yuda berdeham sambil terus menyantap nasi goreng yang terasa sangat enak itu. "Kamu kemarin seharian kerja di luar ya, Mas?"Pertanyaan Vhena membuat Yuda berhenti mengunyah."Maksudnya?"Yuda memicingkan kedua matanya."Kemarin aku mengirimkan kamu bekal. Tapi Pak Hasan bilang kantor sedang tutup," jelas Vhena dengan polos."Oh, iya, memang benar aku bekerja di luar.” Ia menuntaskan kunyahannya sebelum melanjutkan bicara, “Kemarin, aku ada janji dengan klien baru. Dia minta desain gaun pernikahan tapi ngajak ketemu di Cafe, dan klien aku kali ini unik, Sayang," balas Yuda sangat antusias."Unik gimana, Mas?" tanya Vhena tersenyum.Lalu, mengalirlah cerita Yuda tentang pekerjaan dadakannya kemarin. Pria itu bercerita dengan semangat, tetapi terselip juga keluhan tentang permintaan klien yang ruwet. Sebagai istri yang baik dan mendukung suami, Vhena mendengarkan dengan baik, juga tidak lupa memberikan saran singkat untuk sang suami.Setelah selesai sarapan, Yuda langsung berpamitan untuk berangkat bekerja."Mas, nanti aku boleh gak nyusul kamu ke kantor?" tanya Vhena."Boleh kok. Kantor aku kan kantor kamu juga, Sayang. Kamu bebas datang kapan saja.”Vhena merasa bahagia menikah dengan Yuda. Meskipun sekarang Yuda sudah jarang mengajaknya keluar, tetapi, sikap hangat Yuda masih diberikan untuknya.Pukul 12:00 WIB.Vhena mengendarai motornya menuju ke kantor. Saat tiba di loby, ia bertemu dengan seorang wanita berpakaian seksi tanpa mengenakan jas. Padahal di perusahaan itu semua pekerja wajib mengenakan kemeja dengan jas, bukan hanya kemejanya saja."Maaf, nama kamu siapa ya?" tegur Vhena."Saya Jheny. Saya sekretarisnya Pak Yuda," jawab wanita itu.Tentu membuat mulut Vhena sedikit menganga. Sang suami tidak pernah bercerita ada sekretaris baru di sini, apalagi sekretarisnya itu berparas seperti Jheni … muda, seksi dan begitu berani memamerkan lekuk tubuhnya.Ada rasa cemburu yang mencuat di hati Vhena. Kendati begitu, ia mencoba membuang pikiran itu jauh-jauh. "Oke. Lain kali pakai jasmu. Peraturan perusahaan, semua karyawan diharuskan memakai jas.”Vhena menegaskan kembali peraturan yang dilanggar sekretaris Yuda itu sebelum melangkah menuju ruangan sang suami. Tidak lupa, kedatangan Vhena ke sini juga untuk mengetahui perkembangan perusahaan ini. Meski tidak terlibat langsung, Vhena merasa harus tahu semuanya.Setelah beberapa menit mengecek data, Vhena bergegas ke ruangan pribadi Yuda. Suara heels tinggi yang dipakainya terdengar menggema seiringan dengan langkah kakinya yang Anggun.Merasa kedatangannya sudah direstui dan diketahui sang suami, ia pun langsung membuka pintu tersebut.Ceklek!Vhena membuka pintu."Mas?” Matanya terbelalak ketika ia melihat seorang wanita berada di ruang pribadi suaminya.Parkiran Malam dan Sisa KeheninganUdara malam lembap, langit masih menyisakan warna biru tua di antara lampu-lampu kota yang berpendar. Restoran mulai sepi, hanya tersisa beberapa mobil di area parkir.Vhena berjalan di belakang Yuda, langkahnya pelan. Tumit sepatunya terdengar beradu lembut dengan lantai semen yang dingin. Ia menggenggam tas erat-erat, sementara pikirannya masih tertinggal di meja makan yang terasa terlalu sunyi tadi.Yuda menekan tombol kunci mobil, bunyi “klik” kecil terdengar.Ia tidak menoleh.Tidak mengulurkan tangan, tidak menunggu. Seolah jarak mereka kini bukan hanya beberapa langkah, tapi sudah dunia yang berbeda.Namun ketika Vhena hendak membuka pintu sendiri, Yuda tiba-tiba menahannya. Tangannya menahan pintu mobil.“Biar aku,” katanya pelan, nyaris tanpa ekspresi.Vhena terdiam sejenak. Sekilas, ia menangkap tatapan yang dulu begitu ia kenal, hangat dan teduh tapi kali ini kosong. Ia hanya mengangguk, lalu masuk ke dalam.Beberapa menit mereka diam di d
Malam mulai turun di langit kota, perlahan mengganti sisa cahaya jingga di balik jendela besar ruang direktur. Lampu-lampu di Wiratama Corporation mulai dimatikan satu per satu, menyisakan sinar redup dari lantai delapan, ruangan Yuda.Sejak sore, Vhena masih di sana. Duduk di sofa panjang di sudut ruangan, memperhatikan Yuda yang sibuk menatap layar, menandatangani dokumen, mengangkat telepon, dan berbicara singkat dengan tim bawahannya. Dia nyaris tidak menyapanya sejak tadi. Hanya menatap, seperti orang asing yang sedang mengingat wajah seseorang yang dulu sangat dekat dengannya.Yuda berbeda.Caranya berbicara kini lebih datar, caranya duduk pun tak lagi rileks di dekatnya seperti dulu.Sementara Vhena, kehamilan muda membuat tubuhnya cepat lelah, tapi yang paling terasa adalah perubahan di hatinya, mudah tersentuh, mudah merasa sepi.“Sudah selesai, Mas?” suara lembutnya memecah keheningan.Yuda baru saja menutup map tebal dan menaruh pulpen di meja.“Sudah,” jawab Yuda tanpa ban
Udara siang di depan gedung kantor itu terasa berat. Panas matahari memantul dari dinding kaca tinggi, membuat helm yang masih menempel di kepala Fikri terasa seperti tungku kecil. Ia turun dari motor, menenteng tas kain kecil berisi bekal, seperti biasa. Nama yang tertulis di nota pengantaran. “Untuk: Bapak Yuda Pradipta, Direktur Utama, Lantai 8.” Sudah hampir dua bulan ia rutin menerima pesanan itu dari Vhena. Dan setiap kali, ia selalu merasa ada sesuatu yang berbeda dari cara perempuan itu menitipkan bekal, selalu dengan nada lembut, kadang disertai senyum kecil yang kelihatan dipaksakan. Fikri menatap tas kain itu sebentar sebelum masuk ke lobi. “Siang, Mas Fikri.” Satpam yang sudah akrab, Pak Hasan, menyapanya. “Siang, Pak. Ini buat Pak Yuda, seperti biasa.” “Wah, istri setia ya. Tiap hari nggak pernah lupa.” Fikri tersenyum kecil. “Iya, Pak. Orang baik, Mbak Vhena itu.” "Langsung ke ruangan saja, pak Yuda ada di dalam," ucap pak Hasan. Fikri masuk. Ia kemudi
Lampu kamar hotel itu temaram, hanya tembaga kekuningan yang memantul di dinding. Asap rokok yang baru setengah padam di asbak masih mengepul pelan, menyatu dengan aroma tubuh dan parfum mahal yang samar. Di balik selimut putih itu, Yuda diam menatap langit-langit. Dada telanjangnya naik turun pelan, bukan karena lelah, tapi karena pikirannya yang tidak berhenti berputar.Jheny, wanita dengan rambut hitam terurai dan bahu polos yang bersandar di dadanya, memandangi wajah Yuda dengan pandangan samar. Ada sesuatu di mata laki-laki itu malam ini, bukan hanya amarah, tapi juga luka.“Kamu tumben, Mas,” bisik Jheny, jemarinya menggambar-gambar garis di kulit Yuda. “Kenapa nggak mau pulang?”Yuda menarik napas panjang, matanya tetap kosong menatap ke langit-langit. “Istriku hamil.”Jheny terlonjak kecil, suaranya meninggi refleks. “Hamil?!”“Iya.” nada Yuda datar, seperti ucapan yang sudah kehilangan rasa. “Tapi aku yakin itu bukan anakku.”Suasana kamar tiba-tiba berubah hening. Hanya terd
"APA? HAMIL?!" pekik Yuda. Ia sedikit tak menyangka jika istrinya hamil. Berarti progam hamilnya berhasil. "Betul, Pak. Dari hasil USG usianya kini sudah memasuki 7 minggu," jelas dokter kandunga yang memeriksa kondisi Vhena. Yuda kemudian masuk ke ruang IGD tempat Vhena di rawat. "Ini tidak mungkin terjadi, Vhena," ujar Yuda langsung saat tahu Vhena sudah sadar. "Maksud Mas Yuda apa?" tanya Vhena bingung. Rupanya dokter itu belum memberitahu Vhena. "Kau hamil, dan usianya sudah 7 minggu. 2 bulan kurang 1 minggu." Yuda menjelaskan sambil memberikan foto hasil USG Vhena. Wanita itu pun menerima foto tersebut dan tersenyum memandangnya. Ada sebuah lingkaran kecil di dalam foto tersebut, dan di dalam lingkaran itu terdapat sebuah gambar yang lebih kecil lagi. Vhena rasa itu adalah calon janinnya. "Jelaskan padaku?!" ujar Yuda dengan nada marah. "Jelaskan apa, Mas? Ini kan yang kamu mau?" tanya Vhena dengan mata yang berkaca-kaca karena terharu. "Aku tidak lagi menyentuhmu. Bagaiman
Satu bulan berlalu. Vhena sudah sangat bosan dengan kegiatannya di rumah yang hanya menonton televisi dan short videos di ponsel pintarnya. Rasanya ingin sekali ia mencari hal baru agar tidak bosan di rumah. Semenjak kejadian lipstik dengan pemilik gaib itu, ia tak lagi menemui Yuda ke kantor. Ia tidak ingin berprasangka buruk pada suaminya dan sekretarisnya yang bernama Jheni itu. "Mas, kamu mau kemana lagi? Ini kan sudah malam," tanya Vhena, melihat suaminya yang berpakaian rapi hendak keluar rumah. "Aku ada perlu dengan Bimo," jawab Yuda singkat. "Kamu baru saja pulang loh, Mas," "Ya memangnya kenapa? Ini urusan penting, Vhena," ujar Yuda dengan nada tegas. "Bukan begitu. Jika penting kenapa tadi tidak diselesaikan sekalian sebelum pulang?" "Sudahlah, aku pergi dulu. Aku akan pulang besok." Vhena menganga mendengar perkataan suaminya. Satu bulan terkahir Yuda sangat sering meninggalkannya sendirian hingga larut, bahkan tidak pulang. Yuda sudah jarang kembali ke rumah. Peker
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments