Share

Bab 4 - Mas Yuda Harus Tanggung Jawab!

Matahari bersinar, menembus gorden kamar Vhena. Ia terbangun karena silaunya cahaya itu. Tangannya meraba sesuatu yang biasanya selalu ada di sampingnya, di atas satu ranjang yang sama. Akan tetapi, matanya terbuka secara tiba-tiba tatkala ia tidak menemukan sesuatu yang ia cari.

"Mas Yuda!" pekiknya dengan spontan bangkit dari perbaringannya.

Vhena tidak melihat suaminya di sampingnya. Ia lupa jika semalam Yuda berpamitan melalui telepon jika dirinya sedang ada urusan dengan Bimo-teman sekantornya.

"Astaga, aku lupa. Mas Yuda kan sedang ada urusan dengan Bimo. Lebih baik aku mandi dan memasak untuk Mas Yuda, agar pulang nanti suamiku bisa langsung makan," pikirnya dengan senyuman yang mengembang di wajahnya.

Namun sebelum mandi, ia memilih untuk memasak terlebih dahulu agar tubuhnya terlihat segar dan wangi setelah memasak nanti.

Sementara di sisi lain. Yuda juga baru selesai membersihkan diri dan bersiap untuk pulang. Tetapi, Jheny berusaha menahannya.

"Mas, kita sarapan dulu yuk," ajaknya dengan nada manja.

"Aku akan sarapan di rumah, Jheny," tolak Yuda dengan halus.

"Sesekali saja, Mas," rengek Jheny.

"Baiklah," putus Yuda kemudian.

Akhirnya Jheny mengajak Yuda ke sebuah Mansion Resto bintang lima yang terkenal di kota tempat mereka tinggal.

***

Hingga pukul 15:30 WIB. Yuda tak kunjung pulang. Wanita itu sudah menunggu sang suami di teras rumah, sambil sesekali mencium aroma wangi dari bunga-bunga yang ia tanam di dalam pot.

Di lain tempat. Yuda dan Jheny tengah makan siang di restoran yang ada di dalam sebuah Mall. Setelah wanita itu mengajak Yuda untuk berbelanja keperluan pribadinya, ia kembali mengajak Yuda makan siang hingga lelaki itu pun terlena akan waktu dan lupa jika istrinya sudah menunggunya di rumah sejak pagi.

"Mas, habis ini kita kemana?" tanya Jheny sambil mengunyah makanan.

"Pulang dong," jawab Yuda singkat.

"Hm..tapi aku masih ingin bersamamu, Mas," rengek Jheny.

"Jheny, aku tidak mau istriku curiga," ujar Yuda dengan lembut seraya mengelus rambut panjang milik Jheny.

"Baiklah, Mas," balas Jheny dengan nada kecewa.

Jam sudah menunjukkan pukul 17:00 WIB.

BRRMMM.

Vhena yang sedang mengapu teras rumah melihat mobil suaminya datang. Ia lantas menaruh sapunya ke pinggir lalu berdiri di depan halaman rumah sambil tersenyum hangat.

"Kamu sudah pulang, Mas?" sapa Vhena sembari mencium punggung tangan Yuda.

"Maaf sudah membuatmu menunggu lama, Sayang," ujar Yuda.

"Tidak apa-apa, Mas. Yang terpenting sekarang kamu sudah pulang," balas Vhena dengan senang.

"Besok dan seterusnya kamu tidak usah bekerja lagi. Biarkan aku yang menafkahi mu," ujar Yuda sembari berjalan memasuki rumah dan duduk di sofa ruang tamu.

"Em...ya sudah, Mas. Aku menurut saja," balas Vhena tersenyum.

Vhena membantu Yuda untuk membuka jas dan sepatunya serta kaus kaki yang ia pakai lalu membawanya ke kamar.

Saat Vhena sedang menggantungkan jas lain di dalam lemari, tiba-tiba Yuda memeluk tubuhnya dari belakang, membuat Vhena merasa nyaman dan senang. Itu adalah cara Yuda agar Vhena percaya jika ia adalah laki-laki yang setia padanya.

"Ck, pasti ada maunya." Vhena berdecak kesal.

"Duduk dulu yuk, Sayang," ajak Yuda. Mereka lalu duduk di pinggir ranjang.

"Ada apa, Mas? Kenapa wajahmu serius sekali?" tanya Vhena.

"Apa kamu sudah menginginkan seorang anak?" tanya Yuda. Kening Vhena tiba-tiba berkerut.

"Tentu dong, Mas. Memangnya kenapa kamu nanya gitu?"

"Tidak, aku hanya iseng. Lalu bagaimana untuk bulan ini?" tanya Yuda

"Masih negatif, Mas." Vhena menundukkan kepalanya.

"Ya sudah, mulai besok kamu tidak usah bekerja lagi meskipun hanya di rumah. Bisa saja kamu sulit hamil karena kelelahan bekerja. Sebelumnya juga kamu keguguran karena bekerja. So, i think kamu harus benar-benar menjalani progam hamil ini dengan serius," ujar Yuda panjang lebar.

***

"Sayang, aku berangkat dulu ya." Yuda berpamitan. Istrinya pun tersenyum sambil memakaikan jas hitam untuknya.

"Enggak sarapan dulu, Mas?" tanya Vhena kemudian.

"Aku sarapan di kantor saja," ujar Yuda.

"Ya sudah, kamu hati-hati di jalan ya, Mas," ujar Vhena dengan mencium punggung tangan Yuda.

Pajero Sport milik Yuda sudah terparkir di rest area perusahaan milik kedua orang tua Vhena. Lelaki itu berjalan angkuh memasuki kantor, dengan kedua tangan yang di masukkan ke dalam saku celananya.

"Mas Yuda!" seru Jheny yang juga baru datang.

"Morning, Sayang," sapa Yuda pada Jheny.

"Kita sarapan dulu yuk, Mas," ajak Jheny dengan nada manja.

Dengan bergelayut manja di lengan Yuda, Jheny mengajak lelaki yang sudah beristri itu sarapan di luar kantor.

***

Hari semakin siang, di rumah Vhena baru saja selesai menyajikan makanan untuk Yuda. Karena tadi pagi ia tidak sarapan, bahkan Vhena juga belum sempat membawakannya bekal.

Wanita itu berinisiatif untuk mengirimkan bekal makanan melalui aplikasi hijau agar Yuda tidak perlu berjalan keluar untuk makan siang, pikir Vhena.

Tok tok tok!

Terdengar suara ketukan dari luar. Vhena pun bergegas untuk membukakan pintu.

"Oh, Mas kurir. Saya titip bekal untuk suami saya lagi, alamatnya sesuai aplikasi ya, Mas," ucap Vhena dengan sopan dan senyuman.

"Ke kantor yang waktu itu, Mbak?" tanya Kurir.

"Iya betul, Mas," jawab Vhena.

Kebetulan kurir yang datang sama dengan kurir sebelumnya yang sering mengantarkan bekal untuk Yuda.

Kurir driver muda itu pun langsung menjalankan tugasnya. Ia mengendarai motornya dengan santai. Beberapa saat kemudian tibalah di sebuah perusahaan besar dengan dua puluh lima lantai.

"Permisi, Pak," ujarnya pada security yang bernama Hasan.

"Bekal untuk Pak Yuda?" tebak Hasan.

"Oh iya betul, ini kiriman dari Ibu Vhena," jelas kurir.

"Buat saya saja," cecar Hasan.

"Maaf, Pak. Ini kiriman untuk Pak Yuda," ujar kurir itu dengan sopan.

"Pak Yuda sedang keluar, katanya makan siang. Baru saja pergi dengan sekretarisnya," ujar Hasan. Dan di waktu yang sama pula ponsel kurir berdering.

"Ya hallo, Bu Vhena," sapa kurir.

"Bekal suami saya sudah sampai?" tanya Vhena.

"Maaf, Bu Vhena. Pak Yuda sedang tidak ada. Ini bekalnya mau dibawa pulang lagi atau bagaimana, Bu?" tanya sang kurir.

"Sini-sini, biar saya yang ngomong," sahut Hasan sambil merampas ponsel kurir.

"Maaf, Bu. Pak Yuda baru saja pergi keluar," ujar Hasan.

"Kemana, Pak?" tanya Vhena.

"Tadi sih Pak Yuda pamitnya mau makan siang, Bu. Bersama sekretarisnya, Bu Jheny," jelas Hasan. Vhena yang berdiri di halaman belakang rumahnya itu pun mengerutkan dahinya.

"Oh ya sudah, Pak. Buat Bapak saja bekalnya," ujar Vhena kemudian.

"Baik terimakasih, Bu, " balas Hasan dengan antusias.

"Nih!" Hasan menyodorkan ponsel milik kurir.

"Saya bilang juga apa? Sudah biasa to jika bekalnya Pak Yuda saya yang makan jika beliau sedang tidak ada," imbuhnya dengan logat khas Jawa.

Kurir tersebut lalu memberikan bekal makanan itu pada Hasan, kemudian pergi dari sana. Sementara di halaman belakang rumah, Vhena duduk termenung di kursi santai.

"Percuma juga kalau aku suruh Pak Hasan buat simpan dulu bekal itu. Kalau Mas Yuda sudah makan juga bekalnya tidak akan dimakan lagi. Biar saja jadi sedekah untuk Pak Hasan."

"Tapi sepertinya Mas Yuda dengan Jheny begitu dekat. Atau memang karena status perempuan itu adalah sekretaris hingga membuat mereka begitu dekat?"

"Atau perasaan ku saja yang berlebihan?"

Ting tong!

Saat sedang memikirkan Yuda, Vhena dikagetkan dengan suara bel rumah yang tiba-tiba berbunyi. Wanita itu pun bergegas untuk ke depan dan membukakan pintu.

Ting tong!

DOR DOR DOR!!

"Iya sebentar!" seru Vhena dengan setelah berlari. Suara bel berubah menjadi suara gedoran pintu yang kencang.

Ceklek!

Ia memicingkan matanya saat melihat wanita yang tengah hamil besar berdiri di depan rumahnya dengan membelakanginya.

"Maaf, anda mencari siapa?" tanya Vhena.

Wanita itu pun berbalik badan.

"Mana Mas Yuda?!" tanyanya dengan nada keras.

Matanya membulat sempurna dan merah seperti menahan emosi. Wajahnya menatap bengis wajah Vhena.

"Maaf sebelumnya, anda siapa? Dan ada urusan apa dengan suami saya?" tanya Vhena sebelum menjawab pertanyaan wanita hamil itu.

"Dimana Mas Yuda?!" tanya wanita itu lagi dengan ketus sambil memaksa masuk. Akan tetapi, Vhena tetap mencegahnya.

"Maaf, Mbak, anda ini siapa?" tanya Vhena.

"Untuk apa mencari suami saya? Dia sedang bekerja di kantor," imbuh Vhena.

"Mas Yuda harus bertanggung jawab!"

Kaugnay na kabanata

Pinakabagong kabanata

DMCA.com Protection Status