Home / Romansa / Istri Yang Terbuang / Bab 4 - Mas Yuda Harus Tanggung Jawab!

Share

Bab 4 - Mas Yuda Harus Tanggung Jawab!

Author: Babychiee
last update Huling Na-update: 2023-10-08 21:30:59

Matahari bersinar, menembus gorden kamar Vhena. Ia terbangun karena silaunya cahaya itu. Tangannya meraba sesuatu yang biasanya selalu ada di sampingnya, di atas satu ranjang yang sama. Akan tetapi, matanya terbuka secara tiba-tiba tatkala ia tidak menemukan sesuatu yang ia cari.

"Mas Yuda!" pekiknya dengan spontan bangkit dari perbaringannya.

Vhena tidak melihat suaminya di sampingnya. Ia lupa jika semalam Yuda berpamitan melalui telepon jika dirinya sedang ada urusan dengan Bimo-teman sekantornya.

"Astaga, aku lupa. Mas Yuda kan sedang ada urusan dengan Bimo. Lebih baik aku mandi dan memasak untuk Mas Yuda, agar pulang nanti suamiku bisa langsung makan," pikirnya dengan senyuman yang mengembang di wajahnya.

Namun sebelum mandi, ia memilih untuk memasak terlebih dahulu agar tubuhnya terlihat segar dan wangi setelah memasak nanti.

Sementara di sisi lain. Yuda juga baru selesai membersihkan diri dan bersiap untuk pulang. Tetapi, Jheny berusaha menahannya.

"Mas, kita sarapan dulu yuk," ajaknya dengan nada manja.

"Aku akan sarapan di rumah, Jheny," tolak Yuda dengan halus.

"Sesekali saja, Mas," rengek Jheny.

"Baiklah," putus Yuda kemudian.

Akhirnya Jheny mengajak Yuda ke sebuah Mansion Resto bintang lima yang terkenal di kota tempat mereka tinggal.

***

Hingga pukul 15:30 WIB. Yuda tak kunjung pulang. Wanita itu sudah menunggu sang suami di teras rumah, sambil sesekali mencium aroma wangi dari bunga-bunga yang ia tanam di dalam pot.

Di lain tempat. Yuda dan Jheny tengah makan siang di restoran yang ada di dalam sebuah Mall. Setelah wanita itu mengajak Yuda untuk berbelanja keperluan pribadinya, ia kembali mengajak Yuda makan siang hingga lelaki itu pun terlena akan waktu dan lupa jika istrinya sudah menunggunya di rumah sejak pagi.

"Mas, habis ini kita kemana?" tanya Jheny sambil mengunyah makanan.

"Pulang dong," jawab Yuda singkat.

"Hm..tapi aku masih ingin bersamamu, Mas," rengek Jheny.

"Jheny, aku tidak mau istriku curiga," ujar Yuda dengan lembut seraya mengelus rambut panjang milik Jheny.

"Baiklah, Mas," balas Jheny dengan nada kecewa.

Jam sudah menunjukkan pukul 17:00 WIB.

BRRMMM.

Vhena yang sedang mengapu teras rumah melihat mobil suaminya datang. Ia lantas menaruh sapunya ke pinggir lalu berdiri di depan halaman rumah sambil tersenyum hangat.

"Kamu sudah pulang, Mas?" sapa Vhena sembari mencium punggung tangan Yuda.

"Maaf sudah membuatmu menunggu lama, Sayang," ujar Yuda.

"Tidak apa-apa, Mas. Yang terpenting sekarang kamu sudah pulang," balas Vhena dengan senang.

"Besok dan seterusnya kamu tidak usah bekerja lagi. Biarkan aku yang menafkahi mu," ujar Yuda sembari berjalan memasuki rumah dan duduk di sofa ruang tamu.

"Em...ya sudah, Mas. Aku menurut saja," balas Vhena tersenyum.

Vhena membantu Yuda untuk membuka jas dan sepatunya serta kaus kaki yang ia pakai lalu membawanya ke kamar.

Saat Vhena sedang menggantungkan jas lain di dalam lemari, tiba-tiba Yuda memeluk tubuhnya dari belakang, membuat Vhena merasa nyaman dan senang. Itu adalah cara Yuda agar Vhena percaya jika ia adalah laki-laki yang setia padanya.

"Ck, pasti ada maunya." Vhena berdecak kesal.

"Duduk dulu yuk, Sayang," ajak Yuda. Mereka lalu duduk di pinggir ranjang.

"Ada apa, Mas? Kenapa wajahmu serius sekali?" tanya Vhena.

"Apa kamu sudah menginginkan seorang anak?" tanya Yuda. Kening Vhena tiba-tiba berkerut.

"Tentu dong, Mas. Memangnya kenapa kamu nanya gitu?"

"Tidak, aku hanya iseng. Lalu bagaimana untuk bulan ini?" tanya Yuda

"Masih negatif, Mas." Vhena menundukkan kepalanya.

"Ya sudah, mulai besok kamu tidak usah bekerja lagi meskipun hanya di rumah. Bisa saja kamu sulit hamil karena kelelahan bekerja. Sebelumnya juga kamu keguguran karena bekerja. So, i think kamu harus benar-benar menjalani progam hamil ini dengan serius," ujar Yuda panjang lebar.

***

"Sayang, aku berangkat dulu ya." Yuda berpamitan. Istrinya pun tersenyum sambil memakaikan jas hitam untuknya.

"Enggak sarapan dulu, Mas?" tanya Vhena kemudian.

"Aku sarapan di kantor saja," ujar Yuda.

"Ya sudah, kamu hati-hati di jalan ya, Mas," ujar Vhena dengan mencium punggung tangan Yuda.

Pajero Sport milik Yuda sudah terparkir di rest area perusahaan milik kedua orang tua Vhena. Lelaki itu berjalan angkuh memasuki kantor, dengan kedua tangan yang di masukkan ke dalam saku celananya.

"Mas Yuda!" seru Jheny yang juga baru datang.

"Morning, Sayang," sapa Yuda pada Jheny.

"Kita sarapan dulu yuk, Mas," ajak Jheny dengan nada manja.

Dengan bergelayut manja di lengan Yuda, Jheny mengajak lelaki yang sudah beristri itu sarapan di luar kantor.

***

Hari semakin siang, di rumah Vhena baru saja selesai menyajikan makanan untuk Yuda. Karena tadi pagi ia tidak sarapan, bahkan Vhena juga belum sempat membawakannya bekal.

Wanita itu berinisiatif untuk mengirimkan bekal makanan melalui aplikasi hijau agar Yuda tidak perlu berjalan keluar untuk makan siang, pikir Vhena.

Tok tok tok!

Terdengar suara ketukan dari luar. Vhena pun bergegas untuk membukakan pintu.

"Oh, Mas kurir. Saya titip bekal untuk suami saya lagi, alamatnya sesuai aplikasi ya, Mas," ucap Vhena dengan sopan dan senyuman.

"Ke kantor yang waktu itu, Mbak?" tanya Kurir.

"Iya betul, Mas," jawab Vhena.

Kebetulan kurir yang datang sama dengan kurir sebelumnya yang sering mengantarkan bekal untuk Yuda.

Kurir driver muda itu pun langsung menjalankan tugasnya. Ia mengendarai motornya dengan santai. Beberapa saat kemudian tibalah di sebuah perusahaan besar dengan dua puluh lima lantai.

"Permisi, Pak," ujarnya pada security yang bernama Hasan.

"Bekal untuk Pak Yuda?" tebak Hasan.

"Oh iya betul, ini kiriman dari Ibu Vhena," jelas kurir.

"Buat saya saja," cecar Hasan.

"Maaf, Pak. Ini kiriman untuk Pak Yuda," ujar kurir itu dengan sopan.

"Pak Yuda sedang keluar, katanya makan siang. Baru saja pergi dengan sekretarisnya," ujar Hasan. Dan di waktu yang sama pula ponsel kurir berdering.

"Ya hallo, Bu Vhena," sapa kurir.

"Bekal suami saya sudah sampai?" tanya Vhena.

"Maaf, Bu Vhena. Pak Yuda sedang tidak ada. Ini bekalnya mau dibawa pulang lagi atau bagaimana, Bu?" tanya sang kurir.

"Sini-sini, biar saya yang ngomong," sahut Hasan sambil merampas ponsel kurir.

"Maaf, Bu. Pak Yuda baru saja pergi keluar," ujar Hasan.

"Kemana, Pak?" tanya Vhena.

"Tadi sih Pak Yuda pamitnya mau makan siang, Bu. Bersama sekretarisnya, Bu Jheny," jelas Hasan. Vhena yang berdiri di halaman belakang rumahnya itu pun mengerutkan dahinya.

"Oh ya sudah, Pak. Buat Bapak saja bekalnya," ujar Vhena kemudian.

"Baik terimakasih, Bu, " balas Hasan dengan antusias.

"Nih!" Hasan menyodorkan ponsel milik kurir.

"Saya bilang juga apa? Sudah biasa to jika bekalnya Pak Yuda saya yang makan jika beliau sedang tidak ada," imbuhnya dengan logat khas Jawa.

Kurir tersebut lalu memberikan bekal makanan itu pada Hasan, kemudian pergi dari sana. Sementara di halaman belakang rumah, Vhena duduk termenung di kursi santai.

"Percuma juga kalau aku suruh Pak Hasan buat simpan dulu bekal itu. Kalau Mas Yuda sudah makan juga bekalnya tidak akan dimakan lagi. Biar saja jadi sedekah untuk Pak Hasan."

"Tapi sepertinya Mas Yuda dengan Jheny begitu dekat. Atau memang karena status perempuan itu adalah sekretaris hingga membuat mereka begitu dekat?"

"Atau perasaan ku saja yang berlebihan?"

Ting tong!

Saat sedang memikirkan Yuda, Vhena dikagetkan dengan suara bel rumah yang tiba-tiba berbunyi. Wanita itu pun bergegas untuk ke depan dan membukakan pintu.

Ting tong!

DOR DOR DOR!!

"Iya sebentar!" seru Vhena dengan setelah berlari. Suara bel berubah menjadi suara gedoran pintu yang kencang.

Ceklek!

Ia memicingkan matanya saat melihat wanita yang tengah hamil besar berdiri di depan rumahnya dengan membelakanginya.

"Maaf, anda mencari siapa?" tanya Vhena.

Wanita itu pun berbalik badan.

"Mana Mas Yuda?!" tanyanya dengan nada keras.

Matanya membulat sempurna dan merah seperti menahan emosi. Wajahnya menatap bengis wajah Vhena.

"Maaf sebelumnya, anda siapa? Dan ada urusan apa dengan suami saya?" tanya Vhena sebelum menjawab pertanyaan wanita hamil itu.

"Dimana Mas Yuda?!" tanya wanita itu lagi dengan ketus sambil memaksa masuk. Akan tetapi, Vhena tetap mencegahnya.

"Maaf, Mbak, anda ini siapa?" tanya Vhena.

"Untuk apa mencari suami saya? Dia sedang bekerja di kantor," imbuh Vhena.

"Mas Yuda harus bertanggung jawab!"

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Istri Yang Terbuang   bab 12 Rumah Yang Dingin

    Parkiran Malam dan Sisa KeheninganUdara malam lembap, langit masih menyisakan warna biru tua di antara lampu-lampu kota yang berpendar. Restoran mulai sepi, hanya tersisa beberapa mobil di area parkir.Vhena berjalan di belakang Yuda, langkahnya pelan. Tumit sepatunya terdengar beradu lembut dengan lantai semen yang dingin. Ia menggenggam tas erat-erat, sementara pikirannya masih tertinggal di meja makan yang terasa terlalu sunyi tadi.Yuda menekan tombol kunci mobil, bunyi “klik” kecil terdengar.Ia tidak menoleh.Tidak mengulurkan tangan, tidak menunggu. Seolah jarak mereka kini bukan hanya beberapa langkah, tapi sudah dunia yang berbeda.Namun ketika Vhena hendak membuka pintu sendiri, Yuda tiba-tiba menahannya. Tangannya menahan pintu mobil.“Biar aku,” katanya pelan, nyaris tanpa ekspresi.Vhena terdiam sejenak. Sekilas, ia menangkap tatapan yang dulu begitu ia kenal, hangat dan teduh tapi kali ini kosong. Ia hanya mengangguk, lalu masuk ke dalam.Beberapa menit mereka diam di d

  • Istri Yang Terbuang   bab 11 Makan Malam

    Malam mulai turun di langit kota, perlahan mengganti sisa cahaya jingga di balik jendela besar ruang direktur. Lampu-lampu di Wiratama Corporation mulai dimatikan satu per satu, menyisakan sinar redup dari lantai delapan, ruangan Yuda.Sejak sore, Vhena masih di sana. Duduk di sofa panjang di sudut ruangan, memperhatikan Yuda yang sibuk menatap layar, menandatangani dokumen, mengangkat telepon, dan berbicara singkat dengan tim bawahannya. Dia nyaris tidak menyapanya sejak tadi. Hanya menatap, seperti orang asing yang sedang mengingat wajah seseorang yang dulu sangat dekat dengannya.Yuda berbeda.Caranya berbicara kini lebih datar, caranya duduk pun tak lagi rileks di dekatnya seperti dulu.Sementara Vhena, kehamilan muda membuat tubuhnya cepat lelah, tapi yang paling terasa adalah perubahan di hatinya, mudah tersentuh, mudah merasa sepi.“Sudah selesai, Mas?” suara lembutnya memecah keheningan.Yuda baru saja menutup map tebal dan menaruh pulpen di meja.“Sudah,” jawab Yuda tanpa ban

  • Istri Yang Terbuang   bab 10 Jheny

    Udara siang di depan gedung kantor itu terasa berat. Panas matahari memantul dari dinding kaca tinggi, membuat helm yang masih menempel di kepala Fikri terasa seperti tungku kecil. Ia turun dari motor, menenteng tas kain kecil berisi bekal, seperti biasa. Nama yang tertulis di nota pengantaran. “Untuk: Bapak Yuda Pradipta, Direktur Utama, Lantai 8.” Sudah hampir dua bulan ia rutin menerima pesanan itu dari Vhena. Dan setiap kali, ia selalu merasa ada sesuatu yang berbeda dari cara perempuan itu menitipkan bekal, selalu dengan nada lembut, kadang disertai senyum kecil yang kelihatan dipaksakan. Fikri menatap tas kain itu sebentar sebelum masuk ke lobi. “Siang, Mas Fikri.” Satpam yang sudah akrab, Pak Hasan, menyapanya. “Siang, Pak. Ini buat Pak Yuda, seperti biasa.” “Wah, istri setia ya. Tiap hari nggak pernah lupa.” Fikri tersenyum kecil. “Iya, Pak. Orang baik, Mbak Vhena itu.” "Langsung ke ruangan saja, pak Yuda ada di dalam," ucap pak Hasan. Fikri masuk. Ia kemudi

  • Istri Yang Terbuang   bab 9 Ragu

    Lampu kamar hotel itu temaram, hanya tembaga kekuningan yang memantul di dinding. Asap rokok yang baru setengah padam di asbak masih mengepul pelan, menyatu dengan aroma tubuh dan parfum mahal yang samar. Di balik selimut putih itu, Yuda diam menatap langit-langit. Dada telanjangnya naik turun pelan, bukan karena lelah, tapi karena pikirannya yang tidak berhenti berputar.Jheny, wanita dengan rambut hitam terurai dan bahu polos yang bersandar di dadanya, memandangi wajah Yuda dengan pandangan samar. Ada sesuatu di mata laki-laki itu malam ini, bukan hanya amarah, tapi juga luka.“Kamu tumben, Mas,” bisik Jheny, jemarinya menggambar-gambar garis di kulit Yuda. “Kenapa nggak mau pulang?”Yuda menarik napas panjang, matanya tetap kosong menatap ke langit-langit. “Istriku hamil.”Jheny terlonjak kecil, suaranya meninggi refleks. “Hamil?!”“Iya.” nada Yuda datar, seperti ucapan yang sudah kehilangan rasa. “Tapi aku yakin itu bukan anakku.”Suasana kamar tiba-tiba berubah hening. Hanya terd

  • Istri Yang Terbuang   Bab 8 - Kehamilan Ku Tak Diakui Mas Yuda.

    "APA? HAMIL?!" pekik Yuda. Ia sedikit tak menyangka jika istrinya hamil. Berarti progam hamilnya berhasil. "Betul, Pak. Dari hasil USG usianya kini sudah memasuki 7 minggu," jelas dokter kandunga yang memeriksa kondisi Vhena. Yuda kemudian masuk ke ruang IGD tempat Vhena di rawat. "Ini tidak mungkin terjadi, Vhena," ujar Yuda langsung saat tahu Vhena sudah sadar. "Maksud Mas Yuda apa?" tanya Vhena bingung. Rupanya dokter itu belum memberitahu Vhena. "Kau hamil, dan usianya sudah 7 minggu. 2 bulan kurang 1 minggu." Yuda menjelaskan sambil memberikan foto hasil USG Vhena. Wanita itu pun menerima foto tersebut dan tersenyum memandangnya. Ada sebuah lingkaran kecil di dalam foto tersebut, dan di dalam lingkaran itu terdapat sebuah gambar yang lebih kecil lagi. Vhena rasa itu adalah calon janinnya. "Jelaskan padaku?!" ujar Yuda dengan nada marah. "Jelaskan apa, Mas? Ini kan yang kamu mau?" tanya Vhena dengan mata yang berkaca-kaca karena terharu. "Aku tidak lagi menyentuhmu. Bagaiman

  • Istri Yang Terbuang   Bab 7 - APA? HAMIL?!

    Satu bulan berlalu. Vhena sudah sangat bosan dengan kegiatannya di rumah yang hanya menonton televisi dan short videos di ponsel pintarnya. Rasanya ingin sekali ia mencari hal baru agar tidak bosan di rumah. Semenjak kejadian lipstik dengan pemilik gaib itu, ia tak lagi menemui Yuda ke kantor. Ia tidak ingin berprasangka buruk pada suaminya dan sekretarisnya yang bernama Jheni itu. "Mas, kamu mau kemana lagi? Ini kan sudah malam," tanya Vhena, melihat suaminya yang berpakaian rapi hendak keluar rumah. "Aku ada perlu dengan Bimo," jawab Yuda singkat. "Kamu baru saja pulang loh, Mas," "Ya memangnya kenapa? Ini urusan penting, Vhena," ujar Yuda dengan nada tegas. "Bukan begitu. Jika penting kenapa tadi tidak diselesaikan sekalian sebelum pulang?" "Sudahlah, aku pergi dulu. Aku akan pulang besok." Vhena menganga mendengar perkataan suaminya. Satu bulan terkahir Yuda sangat sering meninggalkannya sendirian hingga larut, bahkan tidak pulang. Yuda sudah jarang kembali ke rumah. Peker

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status