Home / Romansa / Istri Yang Terbuang / Bab 8 - Kehamilan Ku Tak Diakui Mas Yuda.

Share

Bab 8 - Kehamilan Ku Tak Diakui Mas Yuda.

Author: Babychiee
last update Last Updated: 2023-11-17 21:02:28

"APA? HAMIL?!" pekik Yuda. Ia sedikit tak menyangka jika istrinya hamil. Berarti progam hamilnya berhasil.

"Betul, Pak. Dari hasil USG usianya kini sudah memasuki 7 minggu," jelas dokter kandunga yang memeriksa kondisi Vhena. Yuda kemudian masuk ke ruang IGD tempat Vhena di rawat.

"Ini tidak mungkin terjadi, Vhena," ujar Yuda langsung saat tahu Vhena sudah sadar. "Maksud Mas Yuda apa?" tanya Vhena bingung. Rupanya dokter itu belum memberitahu Vhena.

"Kau hamil, dan usianya sudah 7 minggu. 2 bulan kurang 1 minggu." Yuda menjelaskan sambil memberikan foto hasil USG Vhena. Wanita itu pun menerima foto tersebut dan tersenyum memandangnya. Ada sebuah lingkaran kecil di dalam foto tersebut, dan di dalam lingkaran itu terdapat sebuah gambar yang lebih kecil lagi. Vhena rasa itu adalah calon janinnya.

"Jelaskan padaku?!" ujar Yuda dengan nada marah.

"Jelaskan apa, Mas? Ini kan yang kamu mau?" tanya Vhena dengan mata yang berkaca-kaca karena terharu.

"Aku tidak lagi menyentuhmu. Bagaiman kau bisa hamil?" pertanyaan Yuda seolah terdengar seperti tuduhan yang begitu menyinggung perasaan Vhena.

"Maksudmu apa, Mas? Kau menuduhku selingkuh?"

"Bukankah laki-laki tadi adalah simpanan mu, dan anak yang sedang kau kandung itu adalah anaknya?" tuduhan Yuda benar-benar terdengar sangat tidak masuk akal.

"Kenapa kau ini, Mas? Bisa-bisanya menuduhku yang tidak-tidak. Dia hanya seorang kurir, aku bahkan tidak mengenalnya," balas Vhena. Vhena benar-benar tak menyangka jika pemikiran suaminya sudah sangat jauh.

"Aku tadi melihat dengan mata kepalaku sendiri. Kalian berpelukan di tempat umum. Ternyata sekarang kau tidak ada harga dirinya, Vhena," ucapan Yuda langsung mengenai hati kecil Vhena. Matanya yang semula berkaca-kaca karena haru, kini luruh menjadi air mata sakit hati karena fitnah dari suaminya sendiri.

"Pikiranmu terlalu jauh, Mas. Bisa-bisanya kau bicara seperti itu," ujar Vhena di tengah-tengah isak tangisnya. Yuda tak memperdulikan hal itu. Ia lantas bergegas pergi dari rumah sakit meninggalkan istrinya. Vhena segera menghapus air matanya karena dokter menghampiri.

"Mbak Vhena, ini obatnya sudah saya ambilkan, karena tadi suaminya tak kunjung datang saat dipanggil. Sekarang sudah bisa pulang. Tapi ingat, cek kandungan setiap satu bulan sekali harus rutin dan jaga pola makan, juga jangan terlalu lelah," jelas dokter. Vhena mengangguk mengerti.

Ia memesan taksi online untuk kembali ke tempat awal. Vhena ingat jika motornya tidak dibawa oleh Yuda berarti masih berada disana. Benar saja, motor itu bahkan masih sama dengan posisi awal. Gegas Vhena mengendarai motornya sendirian. Meskipun Yuda bersikap seperti tadi, Vhena tetap senang.

Hari sudah hampir sore, Vhena berniat melanjutkan perjalanannya ke rumah orang tuanya. Tak jarang, Vhena memegang perutnya yang masih rata sambil mengelusnya pelan.

"Tuhan, semoga saja kali ini akan menjadi rejeki kami, dan bisa mengembalikan kehangatan sikap mas Yuda." Vhena berdoa dalam hati. Beberapa saat kemudian ia sampai di depan rumah milik orang tuanya. Rumah besar dengan gerbang yang tinggi. Paling besar dan paling mencolok diantara rumah tetangga.

"Assalamu'alaikum," Vhena mengetuk pintu.

"Waalaikumsalam," keluarlah wanita paru baya saat membuka pintu. Vhena langsung menyalaminya dan mencium punggung tangannya. Ia adalah ibu Vhena yang bernama Amanda.

"Vhena, sendirian saja, Nak?" tanya Amanda.

"Mas Yuda sedang ke kantor, Ma," jawab Vhena berbohong. Ia tidak ingin keluarganya tahu permasalahan rumah tangganya. Baginya masalah rumah tangga adalah privasinya sehingga Vhena tidak ingin orang tuanya tahu.

"Masuk, yuk. Kebetulan Papa ada di dalam." Vhena lantas masuk dan duduk di sofa.

"Yuna di mana, Ma?" tanya Vhena. Yuna adalah adik satu-satunya yang masih duduk di bangku SMA kelas dua.

"Adikmu itu belum pulang, mungkin sebentar lagi. Biasanya jam segini dia sudah asik bermain ponsel di dalam kamarnya," jelas Amanda sambil menyiapkan minuman di mini bar yang ada di dekat ruang tamu.

"Eh, anak Papa ada di sini rupanya," sambut Axel - papa Vhena. Vhena langsung mencium punggung tangan papanya yang sudah sedikit mengerut.

"Mana Yuda?" tanya Axel.

"Masih di kantor, Pa," jawab Vhena tersenyum.

"Assalamu'alaikum," terdengar suara Yuna dari luar.

"Kak Vhena!" serunya kemudian saat mengetahui kakak perempuannya berkunjung. Dengan girang gadis itu lari berhambur ke dalam pelukan Vhena. Mereka pun saling memeluk untuk melepas rindu.

"Kok Kak Vhena sediki hangat, apa Kak Vhena sakit?" tanya Yuna.

"Sedikit," jawab Vhena sambil menyatukan jari telunjuknya dengan ibu jarinya.

"Kalau sakit kenapa ke sini, Nak?" tanya Amanda yang melihat Vhena dengan tatapan prihatin.

"Vhena ke sini karena ada kabar baik," ujar Vhena.

"Kabar baik untuk siapa?" goda sang papa.

"Untuk kita semua dong," jawab Vhena antusias.

"Coba katakan," suruh Amanda.

Tanpa berkata, Vhena mengeluarkan foto USGnya dan memberikannya pada sang mama. Amanda terlihat menyunggingkan senyum yang lebar begitu pula dengan Axel. "Apa itu, Ma?" tanya Yuna.

"Kamu hamil lagi, Nak?" tanya Amanda antusias. Vhena lantas mengangguk. "Yey Kak Vhena hamil lagi!!" Yuna pun bersorak. Amanda merentangkan kedua tangannya kemudian Vhena langsung berhambur ke dalam pelukannya.

"Apa Yuda sudah tahu soal ini?" Axel bertanya. "Sudah, Pa," jawab Vhena. Mereka pun merayakan hari kebahagiaan itu dengan makan bersama di rumah Amanda.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Istri Yang Terbuang   bab 12 Rumah Yang Dingin

    Parkiran Malam dan Sisa KeheninganUdara malam lembap, langit masih menyisakan warna biru tua di antara lampu-lampu kota yang berpendar. Restoran mulai sepi, hanya tersisa beberapa mobil di area parkir.Vhena berjalan di belakang Yuda, langkahnya pelan. Tumit sepatunya terdengar beradu lembut dengan lantai semen yang dingin. Ia menggenggam tas erat-erat, sementara pikirannya masih tertinggal di meja makan yang terasa terlalu sunyi tadi.Yuda menekan tombol kunci mobil, bunyi “klik” kecil terdengar.Ia tidak menoleh.Tidak mengulurkan tangan, tidak menunggu. Seolah jarak mereka kini bukan hanya beberapa langkah, tapi sudah dunia yang berbeda.Namun ketika Vhena hendak membuka pintu sendiri, Yuda tiba-tiba menahannya. Tangannya menahan pintu mobil.“Biar aku,” katanya pelan, nyaris tanpa ekspresi.Vhena terdiam sejenak. Sekilas, ia menangkap tatapan yang dulu begitu ia kenal, hangat dan teduh tapi kali ini kosong. Ia hanya mengangguk, lalu masuk ke dalam.Beberapa menit mereka diam di d

  • Istri Yang Terbuang   bab 11 Makan Malam

    Malam mulai turun di langit kota, perlahan mengganti sisa cahaya jingga di balik jendela besar ruang direktur. Lampu-lampu di Wiratama Corporation mulai dimatikan satu per satu, menyisakan sinar redup dari lantai delapan, ruangan Yuda.Sejak sore, Vhena masih di sana. Duduk di sofa panjang di sudut ruangan, memperhatikan Yuda yang sibuk menatap layar, menandatangani dokumen, mengangkat telepon, dan berbicara singkat dengan tim bawahannya. Dia nyaris tidak menyapanya sejak tadi. Hanya menatap, seperti orang asing yang sedang mengingat wajah seseorang yang dulu sangat dekat dengannya.Yuda berbeda.Caranya berbicara kini lebih datar, caranya duduk pun tak lagi rileks di dekatnya seperti dulu.Sementara Vhena, kehamilan muda membuat tubuhnya cepat lelah, tapi yang paling terasa adalah perubahan di hatinya, mudah tersentuh, mudah merasa sepi.“Sudah selesai, Mas?” suara lembutnya memecah keheningan.Yuda baru saja menutup map tebal dan menaruh pulpen di meja.“Sudah,” jawab Yuda tanpa ban

  • Istri Yang Terbuang   bab 10 Jheny

    Udara siang di depan gedung kantor itu terasa berat. Panas matahari memantul dari dinding kaca tinggi, membuat helm yang masih menempel di kepala Fikri terasa seperti tungku kecil. Ia turun dari motor, menenteng tas kain kecil berisi bekal, seperti biasa. Nama yang tertulis di nota pengantaran. “Untuk: Bapak Yuda Pradipta, Direktur Utama, Lantai 8.” Sudah hampir dua bulan ia rutin menerima pesanan itu dari Vhena. Dan setiap kali, ia selalu merasa ada sesuatu yang berbeda dari cara perempuan itu menitipkan bekal, selalu dengan nada lembut, kadang disertai senyum kecil yang kelihatan dipaksakan. Fikri menatap tas kain itu sebentar sebelum masuk ke lobi. “Siang, Mas Fikri.” Satpam yang sudah akrab, Pak Hasan, menyapanya. “Siang, Pak. Ini buat Pak Yuda, seperti biasa.” “Wah, istri setia ya. Tiap hari nggak pernah lupa.” Fikri tersenyum kecil. “Iya, Pak. Orang baik, Mbak Vhena itu.” "Langsung ke ruangan saja, pak Yuda ada di dalam," ucap pak Hasan. Fikri masuk. Ia kemudi

  • Istri Yang Terbuang   bab 9 Ragu

    Lampu kamar hotel itu temaram, hanya tembaga kekuningan yang memantul di dinding. Asap rokok yang baru setengah padam di asbak masih mengepul pelan, menyatu dengan aroma tubuh dan parfum mahal yang samar. Di balik selimut putih itu, Yuda diam menatap langit-langit. Dada telanjangnya naik turun pelan, bukan karena lelah, tapi karena pikirannya yang tidak berhenti berputar.Jheny, wanita dengan rambut hitam terurai dan bahu polos yang bersandar di dadanya, memandangi wajah Yuda dengan pandangan samar. Ada sesuatu di mata laki-laki itu malam ini, bukan hanya amarah, tapi juga luka.“Kamu tumben, Mas,” bisik Jheny, jemarinya menggambar-gambar garis di kulit Yuda. “Kenapa nggak mau pulang?”Yuda menarik napas panjang, matanya tetap kosong menatap ke langit-langit. “Istriku hamil.”Jheny terlonjak kecil, suaranya meninggi refleks. “Hamil?!”“Iya.” nada Yuda datar, seperti ucapan yang sudah kehilangan rasa. “Tapi aku yakin itu bukan anakku.”Suasana kamar tiba-tiba berubah hening. Hanya terd

  • Istri Yang Terbuang   Bab 8 - Kehamilan Ku Tak Diakui Mas Yuda.

    "APA? HAMIL?!" pekik Yuda. Ia sedikit tak menyangka jika istrinya hamil. Berarti progam hamilnya berhasil. "Betul, Pak. Dari hasil USG usianya kini sudah memasuki 7 minggu," jelas dokter kandunga yang memeriksa kondisi Vhena. Yuda kemudian masuk ke ruang IGD tempat Vhena di rawat. "Ini tidak mungkin terjadi, Vhena," ujar Yuda langsung saat tahu Vhena sudah sadar. "Maksud Mas Yuda apa?" tanya Vhena bingung. Rupanya dokter itu belum memberitahu Vhena. "Kau hamil, dan usianya sudah 7 minggu. 2 bulan kurang 1 minggu." Yuda menjelaskan sambil memberikan foto hasil USG Vhena. Wanita itu pun menerima foto tersebut dan tersenyum memandangnya. Ada sebuah lingkaran kecil di dalam foto tersebut, dan di dalam lingkaran itu terdapat sebuah gambar yang lebih kecil lagi. Vhena rasa itu adalah calon janinnya. "Jelaskan padaku?!" ujar Yuda dengan nada marah. "Jelaskan apa, Mas? Ini kan yang kamu mau?" tanya Vhena dengan mata yang berkaca-kaca karena terharu. "Aku tidak lagi menyentuhmu. Bagaiman

  • Istri Yang Terbuang   Bab 7 - APA? HAMIL?!

    Satu bulan berlalu. Vhena sudah sangat bosan dengan kegiatannya di rumah yang hanya menonton televisi dan short videos di ponsel pintarnya. Rasanya ingin sekali ia mencari hal baru agar tidak bosan di rumah. Semenjak kejadian lipstik dengan pemilik gaib itu, ia tak lagi menemui Yuda ke kantor. Ia tidak ingin berprasangka buruk pada suaminya dan sekretarisnya yang bernama Jheni itu. "Mas, kamu mau kemana lagi? Ini kan sudah malam," tanya Vhena, melihat suaminya yang berpakaian rapi hendak keluar rumah. "Aku ada perlu dengan Bimo," jawab Yuda singkat. "Kamu baru saja pulang loh, Mas," "Ya memangnya kenapa? Ini urusan penting, Vhena," ujar Yuda dengan nada tegas. "Bukan begitu. Jika penting kenapa tadi tidak diselesaikan sekalian sebelum pulang?" "Sudahlah, aku pergi dulu. Aku akan pulang besok." Vhena menganga mendengar perkataan suaminya. Satu bulan terkahir Yuda sangat sering meninggalkannya sendirian hingga larut, bahkan tidak pulang. Yuda sudah jarang kembali ke rumah. Peker

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status