Share

Bab 8 - Kehamilan Ku Tak Diakui Mas Yuda.

"APA? HAMIL?!" pekik Yuda. Ia sedikit tak menyangka jika istrinya hamil. Berarti progam hamilnya berhasil.

"Betul, Pak. Dari hasil USG usianya kini sudah memasuki 7 minggu," jelas dokter kandunga yang memeriksa kondisi Vhena. Yuda kemudian masuk ke ruang IGD tempat Vhena di rawat.

"Ini tidak mungkin terjadi, Vhena," ujar Yuda langsung saat tahu Vhena sudah sadar. "Maksud Mas Yuda apa?" tanya Vhena bingung. Rupanya dokter itu belum memberitahu Vhena.

"Kau hamil, dan usianya sudah 7 minggu. 2 bulan kurang 1 minggu." Yuda menjelaskan sambil memberikan foto hasil USG Vhena. Wanita itu pun menerima foto tersebut dan tersenyum memandangnya. Ada sebuah lingkaran kecil di dalam foto tersebut, dan di dalam lingkaran itu terdapat sebuah gambar yang lebih kecil lagi. Vhena rasa itu adalah calon janinnya.

"Jelaskan padaku?!" ujar Yuda dengan nada marah.

"Jelaskan apa, Mas? Ini kan yang kamu mau?" tanya Vhena dengan mata yang berkaca-kaca karena terharu.

"Aku tidak lagi menyentuhmu. Bagaiman kau bisa hamil?" pertanyaan Yuda seolah terdengar seperti tuduhan yang begitu menyinggung perasaan Vhena.

"Maksudmu apa, Mas? Kau menuduhku selingkuh?"

"Bukankah laki-laki tadi adalah simpanan mu, dan anak yang sedang kau kandung itu adalah anaknya?" tuduhan Yuda benar-benar terdengar sangat tidak masuk akal.

"Kenapa kau ini, Mas? Bisa-bisanya menuduhku yang tidak-tidak. Dia hanya seorang kurir, aku bahkan tidak mengenalnya," balas Vhena. Vhena benar-benar tak menyangka jika pemikiran suaminya sudah sangat jauh.

"Aku tadi melihat dengan mata kepalaku sendiri. Kalian berpelukan di tempat umum. Ternyata sekarang kau tidak ada harga dirinya, Vhena," ucapan Yuda langsung mengenai hati kecil Vhena. Matanya yang semula berkaca-kaca karena haru, kini luruh menjadi air mata sakit hati karena fitnah dari suaminya sendiri.

"Pikiranmu terlalu jauh, Mas. Bisa-bisanya kau bicara seperti itu," ujar Vhena di tengah-tengah isak tangisnya. Yuda tak memperdulikan hal itu. Ia lantas bergegas pergi dari rumah sakit meninggalkan istrinya. Vhena segera menghapus air matanya karena dokter menghampiri.

"Mbak Vhena, ini obatnya sudah saya ambilkan, karena tadi suaminya tak kunjung datang saat dipanggil. Sekarang sudah bisa pulang. Tapi ingat, cek kandungan setiap satu bulan sekali harus rutin dan jaga pola makan, juga jangan terlalu lelah," jelas dokter. Vhena mengangguk mengerti.

Ia memesan taksi online untuk kembali ke tempat awal. Vhena ingat jika motornya tidak dibawa oleh Yuda berarti masih berada disana. Benar saja, motor itu bahkan masih sama dengan posisi awal. Gegas Vhena mengendarai motornya sendirian. Meskipun Yuda bersikap seperti tadi, Vhena tetap senang.

Hari sudah hampir sore, Vhena berniat melanjutkan perjalanannya ke rumah orang tuanya. Tak jarang, Vhena memegang perutnya yang masih rata sambil mengelusnya pelan.

"Tuhan, semoga saja kali ini akan menjadi rejeki kami, dan bisa mengembalikan kehangatan sikap mas Yuda." Vhena berdoa dalam hati. Beberapa saat kemudian ia sampai di depan rumah milik orang tuanya. Rumah besar dengan gerbang yang tinggi. Paling besar dan paling mencolok diantara rumah tetangga.

"Assalamu'alaikum," Vhena mengetuk pintu.

"Waalaikumsalam," keluarlah wanita paru baya saat membuka pintu. Vhena langsung menyalaminya dan mencium punggung tangannya. Ia adalah ibu Vhena yang bernama Amanda.

"Vhena, sendirian saja, Nak?" tanya Amanda.

"Mas Yuda sedang ke kantor, Ma," jawab Vhena berbohong. Ia tidak ingin keluarganya tahu permasalahan rumah tangganya. Baginya masalah rumah tangga adalah privasinya sehingga Vhena tidak ingin orang tuanya tahu.

"Masuk, yuk. Kebetulan Papa ada di dalam." Vhena lantas masuk dan duduk di sofa.

"Yuna di mana, Ma?" tanya Vhena. Yuna adalah adik satu-satunya yang masih duduk di bangku SMA kelas dua.

"Adikmu itu belum pulang, mungkin sebentar lagi. Biasanya jam segini dia sudah asik bermain ponsel di dalam kamarnya," jelas Amanda sambil menyiapkan minuman di mini bar yang ada di dekat ruang tamu.

"Eh, anak Papa ada di sini rupanya," sambut Axel - papa Vhena. Vhena langsung mencium punggung tangan papanya yang sudah sedikit mengerut.

"Mana Yuda?" tanya Axel.

"Masih di kantor, Pa," jawab Vhena tersenyum.

"Assalamu'alaikum," terdengar suara Yuna dari luar.

"Kak Vhena!" serunya kemudian saat mengetahui kakak perempuannya berkunjung. Dengan girang gadis itu lari berhambur ke dalam pelukan Vhena. Mereka pun saling memeluk untuk melepas rindu.

"Kok Kak Vhena sediki hangat, apa Kak Vhena sakit?" tanya Yuna.

"Sedikit," jawab Vhena sambil menyatukan jari telunjuknya dengan ibu jarinya.

"Kalau sakit kenapa ke sini, Nak?" tanya Amanda yang melihat Vhena dengan tatapan prihatin.

"Vhena ke sini karena ada kabar baik," ujar Vhena.

"Kabar baik untuk siapa?" goda sang papa.

"Untuk kita semua dong," jawab Vhena antusias.

"Coba katakan," suruh Amanda.

Tanpa berkata, Vhena mengeluarkan foto USGnya dan memberikannya pada sang mama. Amanda terlihat menyunggingkan senyum yang lebar begitu pula dengan Axel. "Apa itu, Ma?" tanya Yuna.

"Kamu hamil lagi, Nak?" tanya Amanda antusias. Vhena lantas mengangguk. "Yey Kak Vhena hamil lagi!!" Yuna pun bersorak. Amanda merentangkan kedua tangannya kemudian Vhena langsung berhambur ke dalam pelukannya.

"Apa Yuda sudah tahu soal ini?" Axel bertanya. "Sudah, Pa," jawab Vhena. Mereka pun merayakan hari kebahagiaan itu dengan makan bersama di rumah Amanda.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status