Beranda / Romansa / Istri Yang Terbuang / Bab 6 - Deep Talk Hangat

Share

Bab 6 - Deep Talk Hangat

Penulis: Babychiee
last update Terakhir Diperbarui: 2023-10-21 19:13:15

"Mas, ini lipstik siapa?" tanya Vhena.

"Punya kamu kan?" tanya Yuda kikuk.

Sebenarnya ia tahu jika lipstik itu milik Jheny. Jheny yang bersembunyi di bawah meja lantas memejamkan matanya. Kedua tangannya meremas rok mininya dengan kencang. Ia takut jika Vhena melihatnya.

"Enggak, bukan. Aku gak pernah punya lipstik dengan warna seperti ini, Mas. Bahkan ini bukan merk lipstik aku, dan aku juga gak pernah meninggalkan lipstik di kantor," jelas Vhena.

"Mungkin kamu lupa."

"Nih, aku kasih tahu punya ku." Vhena mengeluarkan lipstik miliknya dari dalam tas.

"Tuh, beda, Mas. Merknya aja beda," lanjut Vhena sambil membandingkan warna lipstik yang ia temukan dengan lipstik miliknya.

"Ya paling punya kamu, Sayang. Kalau bukan punya kamu terus punya siapa coba? Gak mungkin kan punya orang lain?"

"Nah, itu. Harusnya aku yang nanya ke kamu, Mas. Gak mungkin banget kan kalau ada perempuan lain yang ke ruangan ini? Apalagi sampai ngeluarin benda pribadinya di sini," kata Vhena membalik ucapan Yuda.

Tok...tok...tok!

"Masuk!" ucap Yuda.

"Maaf, Pak Yuda. Sudah ditunggu meeting," ujar seorang pegawai.

"Oke, saya segera ke sana," balas Yuda.

"Sudah ya, kita lupain masalah lipstik tak bertuan ini. Aku ada meeting, kamu pulang saja," ucap Yuda pada Vhena.

"Jadi kamu ngusir aku, Mas? Hanya karena lipstik ini?"

"Vhen, aku lagi gak mau berdebat sama kamu. Aku lagi banyak kerjaan dan kita ada meeting untuk acara anniversary perusahaan ini. Jadi tolong kami ngerti ya."

Kletak!

Tiba-tiba terdengar suara dari bawah meja.

"Suara apa itu, Mas?" tanya Vhena dengan menatap curiga ke arah meja.

"Mungkin tikus."

"Ada-ada saja alasan kamu ini, Mas. Mana ada ruangan ber-Ac seperti ini ada tikusnya. Minggir." Vhena mencoba menggeser tubuh Yuda yang menutupi jalannya.

Sudahlah, kita keluar saja. Aku ada meeting. Please kamu ngertiin aku dong!"

"Ya kalau mau meeting, meeting saja, Mas. Gak ada yang ngelarang kamu meeting kok. Biar aku tunggu di sini sambil buang tikus itu."

"Vhena!" tiba-tiba Yuda membentak Vhena.

"Kamu bentak aku?"

"Sorry, aku mohon kita keluar." Yuda memelankan suaranya. Vhena pun menurut, tangannya di gandeng oleh Yuda dan berjalan bersama memasuki lift untuk menuju ke ruang meeting.

"Aku tahu ada yang sedang kamu sembunyikan, Mas. Aku sedang mencari tahu. Tapi aku harap dugaanku salah," pikir Vhena dalam hati.

***

"Acara anniversary Grandtextile ini rencananya akan diadakan di kantor, tepatnya di lantai limabelas. Kalian bebas membawa pasangan masing-masing. Yang memiliki anak juga boleh diajak untuk menghadiri acara tersebut. Dua malam lagi acaranya kita mulai." Jelas Yuda.

"Serius, Pak Yuda? Kita boleh membawa istri dan anak kita?" tanya salah satu staff.

"Sangat boleh. Iya kan, Sayang?" jawab Yuda kemudian bertanya kepada istrinya yang berada di sebelahnya untuk meyakinkan pegawainya.

"Betul sekali," jawab Vhena. Kali ini Vhena kembali diizinkan Yuda untuk mengikuti acara meeting tersebut, tujuannya untuk meminimalisir rasa curiga Vhena.

Sejak dulu, Vhena memang selalu berada di samping Yuda saat meeting dilaksanakan. Terkadang Vhena sendiri yang memberikan penjelasan dan presentasi perusahaan.

Namun sejak adanya Jheny, Yuda seperti membatasi waktu dan jarak antara pertemuan mereka. Jheny lebih sering mengikuti meeting. Entah meeting di kantor maupun meeting di luar. Wanita itulah yang sekarang selalu mendampingi Yuda, bahkan saat ini pun ia juga ada di sebelah Yuda.

"Baiklah, meeting hari ini selesai," ujar Yuda.

Yuda dan Jheny lebih dulu keluar disusul dengan beberapa staff. Sementara Vhena masih mengecek data yang ada di laptop.

"Bu Vhena, apa tidak cemburu melihat kedekatan Pak Yuda dengan Bu Jheny?" tanya salah satu pegawai perempuan.

"Iya. Kenapa Bu Vhena mengizinkan wanita seperti itu menjadi sekretarisnya Pak Yuda?" sahut pegawai perempuan yang lain.

Vhena tersenyum. Dengan profesionalitasnya ia menutup pelan laptop itu dan duduk dengan tegap menatap kedua pegawainya.

"Kita bekerja secara profesional bukan? Saya memperlakukan semua pegawai itu sama rata, begitu juga suami saya. Tidak membedakan antara jabatan ini dengan jabatan itu. Hanya pekerjaannya saja yang berbeda," ujarnya dengan sabar dan senyuman.

"Bukan begitu, Bu. Yang curiga dengan Bu Jheny bukan hanya kita saja kok. Banyak staff lain merasakan hal yang sama juga, Bu."

"Iya betul sekali, Bu. Maaf jika kami berdua lancang. Kami sangat tidak ingin ada orang asing yang masuk ke perusahaan ini dan merusak semuanya."

Kedua pegawai perempuan itu langsung keluar meninggalkan Vhena. Ia temenung memikirkan perkataan mereka.

Ada benarnya. Baru beberapa kali ia bertemu dengan wanita itu. Tetapi, perasaan seorang istri terhadap suami tidak akan pernah salah. Bahkan staff kantor yang berstatus orang lain saja bisa merasakan hal yang sama.

Namun, Vhena tidak ingin gegabah. Ia akan mencari tahu kebenarannya seorang diri. Yuda yang ia kenal adalah laki-laki baik dan bertanggungjawab. Tidak mungkin selingkuh dibelakangnya apalagi dengan sekretarisnya sendiri.

***

"Pak, wait!" teriak Jheny.

Yuda dan Vhena yang sudah ingin pulang itu pun berbalik badan.

"Ada apa?" tanya Yuda. Vhena langsung menggandeng erat lengan suaminya. Ia ingin tahu ekspresi seperti apa yang akan Jheny keluarkan.

"Maaf, Pak. Berkas yang Bapak amanahi sampai saat ini belum selesai," ujar Jheny lembut sambil menunduk.

"Tu-tugas? Yang mana?" Yuda memiringkan kepalanya.

Jheny pun menatap wajah Yuda dengan tatapan seperti memberi kode. "Berkas yang ada di dalam map kuning, Pak."

"Ah..Yang itu? Oke tidak apa-apa. Lanjutkan saja besok," ucap Yuda kikuk.

"Oh baik, Pak. Terimakasih." Jheny kemudian kembali ke dalam kantor. Vhena merasa aneh dengan gelagat wanita itu. Apa yang sedang ia rencanakan.

***

"Malam ini teh ya, Mas. Kamu jangan terlalu sering minum kopi. Harus bisa menjaga kesehatan juga." Vhena menyuguhkan secangkir teh hangat di atas meja. Lelaki itu sedang menonton film favoritnya yang ada di laptopnya.

"Mas, kita deep talk, yuk," ajak Vhena dengan lembut.

"Mau bahas tentang apa sih, Sayang?" Yuda merangkul bahu Vhena.

"Kenapa kamu menerima karyawan baru tanpa sepengetahuan aku, Mas?"

"Karyawan baru yang mana?"

"Sekretaris kamu itu, loh."

"Memangnya harus banget ya, aku berkonsultasi dulu ke kamu?"

"Ya bukan begitu, Mas. Setidaknya kan aku juga mau tahu asal usul dan visi misi dia bekerja di perusahaan papa. Apalagi jadi sekretaris, harus pilih-pilih banget, Mas."

"Sayang, nyari sekretaris itu gak harus pilih-pilih yang terpenting riwayat pekerjaannya bagus. Riwayat pekerjaan Jheny bagus kok. Dia sudah pernah menjadi sekretaris di perusahaan tekstil lain juga."

"Ya, okey. But, aku minta kamu tegas. Melarang siapapun untuk masuk ke dalam ruang pribadi kita. Termasuk Jheny."

"Iya, pasti kok."

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Istri Yang Terbuang   bab 12 Rumah Yang Dingin

    Parkiran Malam dan Sisa KeheninganUdara malam lembap, langit masih menyisakan warna biru tua di antara lampu-lampu kota yang berpendar. Restoran mulai sepi, hanya tersisa beberapa mobil di area parkir.Vhena berjalan di belakang Yuda, langkahnya pelan. Tumit sepatunya terdengar beradu lembut dengan lantai semen yang dingin. Ia menggenggam tas erat-erat, sementara pikirannya masih tertinggal di meja makan yang terasa terlalu sunyi tadi.Yuda menekan tombol kunci mobil, bunyi “klik” kecil terdengar.Ia tidak menoleh.Tidak mengulurkan tangan, tidak menunggu. Seolah jarak mereka kini bukan hanya beberapa langkah, tapi sudah dunia yang berbeda.Namun ketika Vhena hendak membuka pintu sendiri, Yuda tiba-tiba menahannya. Tangannya menahan pintu mobil.“Biar aku,” katanya pelan, nyaris tanpa ekspresi.Vhena terdiam sejenak. Sekilas, ia menangkap tatapan yang dulu begitu ia kenal, hangat dan teduh tapi kali ini kosong. Ia hanya mengangguk, lalu masuk ke dalam.Beberapa menit mereka diam di d

  • Istri Yang Terbuang   bab 11 Makan Malam

    Malam mulai turun di langit kota, perlahan mengganti sisa cahaya jingga di balik jendela besar ruang direktur. Lampu-lampu di Wiratama Corporation mulai dimatikan satu per satu, menyisakan sinar redup dari lantai delapan, ruangan Yuda.Sejak sore, Vhena masih di sana. Duduk di sofa panjang di sudut ruangan, memperhatikan Yuda yang sibuk menatap layar, menandatangani dokumen, mengangkat telepon, dan berbicara singkat dengan tim bawahannya. Dia nyaris tidak menyapanya sejak tadi. Hanya menatap, seperti orang asing yang sedang mengingat wajah seseorang yang dulu sangat dekat dengannya.Yuda berbeda.Caranya berbicara kini lebih datar, caranya duduk pun tak lagi rileks di dekatnya seperti dulu.Sementara Vhena, kehamilan muda membuat tubuhnya cepat lelah, tapi yang paling terasa adalah perubahan di hatinya, mudah tersentuh, mudah merasa sepi.“Sudah selesai, Mas?” suara lembutnya memecah keheningan.Yuda baru saja menutup map tebal dan menaruh pulpen di meja.“Sudah,” jawab Yuda tanpa ban

  • Istri Yang Terbuang   bab 10 Jheny

    Udara siang di depan gedung kantor itu terasa berat. Panas matahari memantul dari dinding kaca tinggi, membuat helm yang masih menempel di kepala Fikri terasa seperti tungku kecil. Ia turun dari motor, menenteng tas kain kecil berisi bekal, seperti biasa. Nama yang tertulis di nota pengantaran. “Untuk: Bapak Yuda Pradipta, Direktur Utama, Lantai 8.” Sudah hampir dua bulan ia rutin menerima pesanan itu dari Vhena. Dan setiap kali, ia selalu merasa ada sesuatu yang berbeda dari cara perempuan itu menitipkan bekal, selalu dengan nada lembut, kadang disertai senyum kecil yang kelihatan dipaksakan. Fikri menatap tas kain itu sebentar sebelum masuk ke lobi. “Siang, Mas Fikri.” Satpam yang sudah akrab, Pak Hasan, menyapanya. “Siang, Pak. Ini buat Pak Yuda, seperti biasa.” “Wah, istri setia ya. Tiap hari nggak pernah lupa.” Fikri tersenyum kecil. “Iya, Pak. Orang baik, Mbak Vhena itu.” "Langsung ke ruangan saja, pak Yuda ada di dalam," ucap pak Hasan. Fikri masuk. Ia kemudi

  • Istri Yang Terbuang   bab 9 Ragu

    Lampu kamar hotel itu temaram, hanya tembaga kekuningan yang memantul di dinding. Asap rokok yang baru setengah padam di asbak masih mengepul pelan, menyatu dengan aroma tubuh dan parfum mahal yang samar. Di balik selimut putih itu, Yuda diam menatap langit-langit. Dada telanjangnya naik turun pelan, bukan karena lelah, tapi karena pikirannya yang tidak berhenti berputar.Jheny, wanita dengan rambut hitam terurai dan bahu polos yang bersandar di dadanya, memandangi wajah Yuda dengan pandangan samar. Ada sesuatu di mata laki-laki itu malam ini, bukan hanya amarah, tapi juga luka.“Kamu tumben, Mas,” bisik Jheny, jemarinya menggambar-gambar garis di kulit Yuda. “Kenapa nggak mau pulang?”Yuda menarik napas panjang, matanya tetap kosong menatap ke langit-langit. “Istriku hamil.”Jheny terlonjak kecil, suaranya meninggi refleks. “Hamil?!”“Iya.” nada Yuda datar, seperti ucapan yang sudah kehilangan rasa. “Tapi aku yakin itu bukan anakku.”Suasana kamar tiba-tiba berubah hening. Hanya terd

  • Istri Yang Terbuang   Bab 8 - Kehamilan Ku Tak Diakui Mas Yuda.

    "APA? HAMIL?!" pekik Yuda. Ia sedikit tak menyangka jika istrinya hamil. Berarti progam hamilnya berhasil. "Betul, Pak. Dari hasil USG usianya kini sudah memasuki 7 minggu," jelas dokter kandunga yang memeriksa kondisi Vhena. Yuda kemudian masuk ke ruang IGD tempat Vhena di rawat. "Ini tidak mungkin terjadi, Vhena," ujar Yuda langsung saat tahu Vhena sudah sadar. "Maksud Mas Yuda apa?" tanya Vhena bingung. Rupanya dokter itu belum memberitahu Vhena. "Kau hamil, dan usianya sudah 7 minggu. 2 bulan kurang 1 minggu." Yuda menjelaskan sambil memberikan foto hasil USG Vhena. Wanita itu pun menerima foto tersebut dan tersenyum memandangnya. Ada sebuah lingkaran kecil di dalam foto tersebut, dan di dalam lingkaran itu terdapat sebuah gambar yang lebih kecil lagi. Vhena rasa itu adalah calon janinnya. "Jelaskan padaku?!" ujar Yuda dengan nada marah. "Jelaskan apa, Mas? Ini kan yang kamu mau?" tanya Vhena dengan mata yang berkaca-kaca karena terharu. "Aku tidak lagi menyentuhmu. Bagaiman

  • Istri Yang Terbuang   Bab 7 - APA? HAMIL?!

    Satu bulan berlalu. Vhena sudah sangat bosan dengan kegiatannya di rumah yang hanya menonton televisi dan short videos di ponsel pintarnya. Rasanya ingin sekali ia mencari hal baru agar tidak bosan di rumah. Semenjak kejadian lipstik dengan pemilik gaib itu, ia tak lagi menemui Yuda ke kantor. Ia tidak ingin berprasangka buruk pada suaminya dan sekretarisnya yang bernama Jheni itu. "Mas, kamu mau kemana lagi? Ini kan sudah malam," tanya Vhena, melihat suaminya yang berpakaian rapi hendak keluar rumah. "Aku ada perlu dengan Bimo," jawab Yuda singkat. "Kamu baru saja pulang loh, Mas," "Ya memangnya kenapa? Ini urusan penting, Vhena," ujar Yuda dengan nada tegas. "Bukan begitu. Jika penting kenapa tadi tidak diselesaikan sekalian sebelum pulang?" "Sudahlah, aku pergi dulu. Aku akan pulang besok." Vhena menganga mendengar perkataan suaminya. Satu bulan terkahir Yuda sangat sering meninggalkannya sendirian hingga larut, bahkan tidak pulang. Yuda sudah jarang kembali ke rumah. Peker

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status