Share

Bab 6 - Deep Talk Hangat

"Mas, ini lipstik siapa?" tanya Vhena.

"Punya kamu kan?" tanya Yuda kikuk.

Sebenarnya ia tahu jika lipstik itu milik Jheny. Jheny yang bersembunyi di bawah meja lantas memejamkan matanya. Kedua tangannya meremas rok mininya dengan kencang. Ia takut jika Vhena melihatnya.

"Enggak, bukan. Aku gak pernah punya lipstik dengan warna seperti ini, Mas. Bahkan ini bukan merk lipstik aku, dan aku juga gak pernah meninggalkan lipstik di kantor," jelas Vhena.

"Mungkin kamu lupa."

"Nih, aku kasih tahu punya ku." Vhena mengeluarkan lipstik miliknya dari dalam tas.

"Tuh, beda, Mas. Merknya aja beda," lanjut Vhena sambil membandingkan warna lipstik yang ia temukan dengan lipstik miliknya.

"Ya paling punya kamu, Sayang. Kalau bukan punya kamu terus punya siapa coba? Gak mungkin kan punya orang lain?"

"Nah, itu. Harusnya aku yang nanya ke kamu, Mas. Gak mungkin banget kan kalau ada perempuan lain yang ke ruangan ini? Apalagi sampai ngeluarin benda pribadinya di sini," kata Vhena membalik ucapan Yuda.

Tok...tok...tok!

"Masuk!" ucap Yuda.

"Maaf, Pak Yuda. Sudah ditunggu meeting," ujar seorang pegawai.

"Oke, saya segera ke sana," balas Yuda.

"Sudah ya, kita lupain masalah lipstik tak bertuan ini. Aku ada meeting, kamu pulang saja," ucap Yuda pada Vhena.

"Jadi kamu ngusir aku, Mas? Hanya karena lipstik ini?"

"Vhen, aku lagi gak mau berdebat sama kamu. Aku lagi banyak kerjaan dan kita ada meeting untuk acara anniversary perusahaan ini. Jadi tolong kami ngerti ya."

Kletak!

Tiba-tiba terdengar suara dari bawah meja.

"Suara apa itu, Mas?" tanya Vhena dengan menatap curiga ke arah meja.

"Mungkin tikus."

"Ada-ada saja alasan kamu ini, Mas. Mana ada ruangan ber-Ac seperti ini ada tikusnya. Minggir." Vhena mencoba menggeser tubuh Yuda yang menutupi jalannya.

Sudahlah, kita keluar saja. Aku ada meeting. Please kamu ngertiin aku dong!"

"Ya kalau mau meeting, meeting saja, Mas. Gak ada yang ngelarang kamu meeting kok. Biar aku tunggu di sini sambil buang tikus itu."

"Vhena!" tiba-tiba Yuda membentak Vhena.

"Kamu bentak aku?"

"Sorry, aku mohon kita keluar." Yuda memelankan suaranya. Vhena pun menurut, tangannya di gandeng oleh Yuda dan berjalan bersama memasuki lift untuk menuju ke ruang meeting.

"Aku tahu ada yang sedang kamu sembunyikan, Mas. Aku sedang mencari tahu. Tapi aku harap dugaanku salah," pikir Vhena dalam hati.

***

"Acara anniversary Grandtextile ini rencananya akan diadakan di kantor, tepatnya di lantai limabelas. Kalian bebas membawa pasangan masing-masing. Yang memiliki anak juga boleh diajak untuk menghadiri acara tersebut. Dua malam lagi acaranya kita mulai." Jelas Yuda.

"Serius, Pak Yuda? Kita boleh membawa istri dan anak kita?" tanya salah satu staff.

"Sangat boleh. Iya kan, Sayang?" jawab Yuda kemudian bertanya kepada istrinya yang berada di sebelahnya untuk meyakinkan pegawainya.

"Betul sekali," jawab Vhena. Kali ini Vhena kembali diizinkan Yuda untuk mengikuti acara meeting tersebut, tujuannya untuk meminimalisir rasa curiga Vhena.

Sejak dulu, Vhena memang selalu berada di samping Yuda saat meeting dilaksanakan. Terkadang Vhena sendiri yang memberikan penjelasan dan presentasi perusahaan.

Namun sejak adanya Jheny, Yuda seperti membatasi waktu dan jarak antara pertemuan mereka. Jheny lebih sering mengikuti meeting. Entah meeting di kantor maupun meeting di luar. Wanita itulah yang sekarang selalu mendampingi Yuda, bahkan saat ini pun ia juga ada di sebelah Yuda.

"Baiklah, meeting hari ini selesai," ujar Yuda.

Yuda dan Jheny lebih dulu keluar disusul dengan beberapa staff. Sementara Vhena masih mengecek data yang ada di laptop.

"Bu Vhena, apa tidak cemburu melihat kedekatan Pak Yuda dengan Bu Jheny?" tanya salah satu pegawai perempuan.

"Iya. Kenapa Bu Vhena mengizinkan wanita seperti itu menjadi sekretarisnya Pak Yuda?" sahut pegawai perempuan yang lain.

Vhena tersenyum. Dengan profesionalitasnya ia menutup pelan laptop itu dan duduk dengan tegap menatap kedua pegawainya.

"Kita bekerja secara profesional bukan? Saya memperlakukan semua pegawai itu sama rata, begitu juga suami saya. Tidak membedakan antara jabatan ini dengan jabatan itu. Hanya pekerjaannya saja yang berbeda," ujarnya dengan sabar dan senyuman.

"Bukan begitu, Bu. Yang curiga dengan Bu Jheny bukan hanya kita saja kok. Banyak staff lain merasakan hal yang sama juga, Bu."

"Iya betul sekali, Bu. Maaf jika kami berdua lancang. Kami sangat tidak ingin ada orang asing yang masuk ke perusahaan ini dan merusak semuanya."

Kedua pegawai perempuan itu langsung keluar meninggalkan Vhena. Ia temenung memikirkan perkataan mereka.

Ada benarnya. Baru beberapa kali ia bertemu dengan wanita itu. Tetapi, perasaan seorang istri terhadap suami tidak akan pernah salah. Bahkan staff kantor yang berstatus orang lain saja bisa merasakan hal yang sama.

Namun, Vhena tidak ingin gegabah. Ia akan mencari tahu kebenarannya seorang diri. Yuda yang ia kenal adalah laki-laki baik dan bertanggungjawab. Tidak mungkin selingkuh dibelakangnya apalagi dengan sekretarisnya sendiri.

***

"Pak, wait!" teriak Jheny.

Yuda dan Vhena yang sudah ingin pulang itu pun berbalik badan.

"Ada apa?" tanya Yuda. Vhena langsung menggandeng erat lengan suaminya. Ia ingin tahu ekspresi seperti apa yang akan Jheny keluarkan.

"Maaf, Pak. Berkas yang Bapak amanahi sampai saat ini belum selesai," ujar Jheny lembut sambil menunduk.

"Tu-tugas? Yang mana?" Yuda memiringkan kepalanya.

Jheny pun menatap wajah Yuda dengan tatapan seperti memberi kode. "Berkas yang ada di dalam map kuning, Pak."

"Ah..Yang itu? Oke tidak apa-apa. Lanjutkan saja besok," ucap Yuda kikuk.

"Oh baik, Pak. Terimakasih." Jheny kemudian kembali ke dalam kantor. Vhena merasa aneh dengan gelagat wanita itu. Apa yang sedang ia rencanakan.

***

"Malam ini teh ya, Mas. Kamu jangan terlalu sering minum kopi. Harus bisa menjaga kesehatan juga." Vhena menyuguhkan secangkir teh hangat di atas meja. Lelaki itu sedang menonton film favoritnya yang ada di laptopnya.

"Mas, kita deep talk, yuk," ajak Vhena dengan lembut.

"Mau bahas tentang apa sih, Sayang?" Yuda merangkul bahu Vhena.

"Kenapa kamu menerima karyawan baru tanpa sepengetahuan aku, Mas?"

"Karyawan baru yang mana?"

"Sekretaris kamu itu, loh."

"Memangnya harus banget ya, aku berkonsultasi dulu ke kamu?"

"Ya bukan begitu, Mas. Setidaknya kan aku juga mau tahu asal usul dan visi misi dia bekerja di perusahaan papa. Apalagi jadi sekretaris, harus pilih-pilih banget, Mas."

"Sayang, nyari sekretaris itu gak harus pilih-pilih yang terpenting riwayat pekerjaannya bagus. Riwayat pekerjaan Jheny bagus kok. Dia sudah pernah menjadi sekretaris di perusahaan tekstil lain juga."

"Ya, okey. But, aku minta kamu tegas. Melarang siapapun untuk masuk ke dalam ruang pribadi kita. Termasuk Jheny."

"Iya, pasti kok."

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status