Di dalam penjara bawah tanah, Bayan terus berlatih dan membentuk kekuatan serta bersiap untuk melakukan pertempuran. Tembok-tembok di sekelilingnya sedikit rusak karena telah menjadi korban dari ambisinya untuk berlatih menjadi lebih kuat. Ia tidak tahan dan ingin segera turun ke medan perang. Bahkan sel penjara telah membengkok dan rusak parah. Sebenarnya jika Bayan ingin pergi dari tempat ini sekarang juga maka itu adalah sesuatu yang mudah untuknya. Akan tetapi ia memilih tetap diam dan menjalankan semua rencana yang telah disusun oleh Amor.Kali ini Bayan akan memenggal kepala Badra. Ia berjanji akan memamerkannya di alun-alun kota, sebagai bentuk peringatan pada orang lain untuk jangan mengganggunya."Kamu menginginkan kematian anak ku, maka jangan salahkan aku untuk membinasakan semua garis keturunan mu."Bayan merupakan seorang tentara perang yang tangguh dan kejam. Ia bukan orang suci yang akan mengampuni setiap dosa orang padanya. Di medan perang ia pernah membunuh banyak sek
Amor pergi ke rumah kediaman keluarga besar Bayan. Ia ingin bertemu dengan dua Gada untuk meminta dukungan dan mulai menyusun strategi untuk melawan Senggrala dan menggulingkan Badra. Akan tetapi dalam perjalanan ia melihat banyak batu dan kerikil bertebaran. Semua itu dilempar oleh warga sebelumnya. Mereka kesal dan marah karena menganggap bahwa perang ini sepenuhnya salah dari Bayan dan akhirnya merekalah yang mendapat getahnya. Jadi kekesalan tersebut mereka lampiaskan dengan melempar batu dan mencaci maki keluarga Bayan dari kejauhan.Amor merasa kesal melihat keluarga yang sangat mudah dimanipulasi dan tersulit emosi. Padahal jika mereka ingat keluarga Bayan telah menjadi seorang tentara dan melindungi kerajaan selama 3 generasi penuh, semenjak kerajaan ini berdiri. Akan tetapi sepertinya mereka lupa bahwa orang yang mereka lempari batu adalah orang yang akan menjadi kunci dari keselamatan mereka."Menjijikkan." ucap Amor menghina.Ia pun terus lanjutkan perjalanan, setelah sampa
Tepat tanggal 15 Bulan Atas, semua menghadap langit. Malam itu begitu sunyi tanpa ada kabut ataupun awan yang menyelimuti. Hanya ada bulan dengan cahaya terangnya yang dikelilingi oleh cincin berwarna-warni, hal ini menandakan bahwa esok akan sangat cerah. Akan tetapi hal itu juga mencerminkan ketenangan sebelum badai. Esok semua orang bergerak untuk mewujudkan ambisi mereka masing-masing. Akan tetapi mereka semua memiliki satu kesamaan yaitu menginginkan kemenangan.Amor duduk dan menghadap semua prajurit terpilih yang telah dikumpulkan oleh Tuan Gada. Mereka adalah prajurit khusus yang bergerak di malam hari dan bergerilya di hutan belantara. Merekalah prajurit yang di latih oleh Tuan Gada secara langsung. Mereka kejam dan tak kenal ampun , akan tetapi mereka selalu di didik sebagai seorang prajurit yang mencintai tanah airnya. Hal itulah yang membuat mereka sepakat untuk berkumpul malam ini. Mereka sepakat untuk membuat satu keputusan yaitu..."Kami siap mengabdi pada Yang Mulia de
Istana yang terlihat megah dan penuh dengan keagungan, malam ini terlihat begitu suram dan mencekam. Tak ada yang berani bersuara dan mengganggu para prajurit khusus yang berpakaian gelap memasuki istana dan mengobrak-abriknya. Karena ketika mereka bersuara satu tombak akan berhasil menancap di jantung mereka. Bahkan saat ini ratu yang biasanya terlihat begitu anggun malam ini terlihat begitu menyedihkan. Sang ratu hanya mampu menunduk dan memeluk kedua putranya agar terhindar dari mata mematikan para prajurit khusus, yang terlihat tak kenal ampun dan tak segan untuk membunuh mereka.Amor yang melihat pemandangan itu langsung mencibir dengan sinis, ia tidak heran melihat Badra mengabaikan anak dan istrinya mengingat betapa egois dan bodohnya orang itu. Bahkan mahkota emas di kepalanya tak bisa membuat otak dan pikirannya berpikir jernih dan mampu berpikir layaknya orang bijak."Kemana suamimu?"Walaupun wanita itu terlihat menyedihkan dan lemah, akan tetapi Amor tak merasa bersimpati
Penjara bawah tanah masih tenang seperti biasanya. Tak ada yang tau seperti apa kekacauan yang terjadi di luar sana. Akan tetapi Bayan mampu merasakan hal itu. Walaupun pendengaran nya sedikit terbatas akibat dinding penjara yang terlalu tebal. Namun Bayan selalu tau bahwa istana tak sedang baik-baik saja saat ini.Saat Bayan berkonsentrasi dan berdiri di depan sel penjaranya. Semua orang langsung menelan ludah. Tangan Bayan yang sedang bersandar di sel berhasil membuat mereka takut. Apalagi selama beberapa saat berada satu lingkungan dengan Bayan, mereka tau betapa kuatnya pukulan Bayan karena tembok sedikit bergetar karenanya. Hal itulah yang membuat mereka enggan berurusan dengan laki-laki itu.Tak lama seorang laki-laki pun datang ke penjara bawah tanah. Laki-laki itu berpakaian gelap dan wajahnya tak terlihat, apalagi pencahayaan di penjara bawah tanah sangat minim di malam hari. Laki-laki itu terus berjalan menuju sel Bayan dan langsung memberi hormat."Tuan Bayan, saya diperint
Di Lereng Gunung Baru.Jalan rahasia yang telah dibuat oleh kerajaan Malaka telah menembus ke arah lereng gunung baru yang berbatasan langsung dengan kerajaan Palinggih. Saat mereka keluar dari jalan rahasia suara air terjun telah datang menyambut mereka. Hal tersebut membuat baterai tersenyum sumringah dengan penuh kemenangan. Tak ada yang tahu ke mana ia akan pergi saat ini dan itu berhasil membuatnya merasa senang. Apalagi ia membayangkan betapa jengkelnya wajah Amor yang sombong itu saat mengetahui bahwa ia telah berhasil keluar dari istana dengan selamat."Hahaha."Badra terus tertawa sambil memegang perutnya yang sedikit sakit karena tertawa secara berlebihan. Ia tidak tahu bahwa mengalahkan Amor dan Bayan akan sebahagia ini. Ia pun tak sabar untuk melihat bagaimana reaksi dua orang itu saat mengetahui apa yang akan ia lakukan pada Ayudisha.Badra pun memegang sebuah peta yang diberikan oleh seorang mata-mata menuju kediaman yang telah disiapkan Amor untuk Ayudisha. "Ayo kita b
Di gelapnya malam, Badra bersama prajurit khusus terus bersembunyi di balik semak-semak. Mereka dengan tenang mengawasi para penjaga dengan sedikit bersabar. Badra bahkan merasa kesal saat melihat banyaknya penjaga di kediaman ini. Hal tersebut membuktikan betapa perhatiannya Amor pada sang adik. Hanya sangat disayangkan, saat ini Badra membawa banyak prajurit khusus. Mereka adalah prajurit-prajurit yang dilatih dengan kekuatan tempur yang luar biasa. Jadi akan sangat mudah untuk mengalahkan mereka semua."Ayo bergerak." Perintah Badra.Semuanya langsung bergerak dan melumpuhkan para penjaga dengan sekali hentakan dan tanpa suara. Badra pun dapat masuk dengan leluasa tanpa hambatan. Ia bergerak menuju kamar yang paling di jaga ketat oleh para penjaga. Dari pengamatan sekilas, dapat disimpulkan bahwa saat ini anggota keluarga Ayudisha yang berada di tempat ini hanya ayahnya saja. Amor di istana kerajaan dan putri Minah di berada di kediaman keluarga Bayan. "Lumpuhkan dulu ayahnya, bar
Bayan terus menatap ke arah tempat Ayudisha berbaring saat ini. Wajah cantik itu kini telah dipenuhi memar dan keringat, hal tersebut membuat Bayan menjadi sedih dan merasa bersalah. Mata Bayan sedikit sembab karena menangis sepanjang malam. Jujur saja ia tidak sanggup melihat istrinya mengalami hal semacam ini."Apakah dia sudah tidur?"Suara Bayan sangat serak saat menanyakan hal itu dan ayah mertuanya langsung mengangguk pelan sambil tersenyum. Ayah Ayudisha adalah seorang sastrawan yang bijak, ia mampu berfikir jernih dan bersikap bijaksana. Walaupun ia juga merasa sedih dan terguncang, ia masih tetap terlihat tenang untuk membuat Bayan dan Ayudisha merasa nyaman."Tabib mengatakan bahwa Ayudisha baik-baik saja dan luka akan sembuh dalam beberapa Minggu. Dia hanya kaget karena dia tidak pernah membunuh seseorang sebelumnya."Setelah itu Tuan Gili pun mengompres wajah Ayudisha dengan air hangat. Melihat betapa lembut ayah mertuanya memperlakukan Ayudisha, Bayan kembali meneteskan a