Share

Istri Baik dan Suami Buruk

Penulis: Te Anastasia
last update Terakhir Diperbarui: 2024-02-27 13:55:32

'Aku tidak akan menerima lamaranmu untuk putriku. Kalau kau sudah kaya raya, aku bisa mempertimbangkanmu!'

Oliver terdiam merenung teringat akan kata-kata Laksamana Fredrick, Ayah Alesha satu tahun yang lalu. Tepat saat Oliver pertama kali melihat Alesha dan jatuh hati padanya.

Laki-laki itu tersenyum miring dan miris. Lamarannya ditolak oleh Fredrick Alister, tapi kini seperti karma yang berputar balik.

"Lihatlah sekarang, putrinya bahkan tertidur di atas ranjangku dan mengemis meminta aku mengasihinya." Oliver berucap dingin.

Ekor mata birunya melirik Alesha yang tertidur di atas ranjang kamarnya. Wanita itu terlihat sangat lemah, karena dia hamil muda dan tubuhnya yang tak terlalu sehat.

Oliver mengulurkan tangannya hendak menyentuh pipi Alesha, namun gerakkannya terhenti di udara.

"Kau kah itu? Oliver," lirih Alesha dengan mata sedikit terbuka.

Dia terbangun saat merasa ada yang mengawasinya.

"Tidurlah," ucap Oliver singkat dan memerintah.

"Apa kau sejak tadi menemaniku?" tanya Alesha tersenyum tipis.

"Tidak, aku sangat sibuk. Istirahatlah, Alesha."

Alesha mengulurkan tangannya dan meraih lengan laki-laki itu. Kepalanya mendongak menatap mata Oliver yang terpancar.

"Tidak bisakah malam ini kau bermalam di rumah? Malam ini saja. Tolong temani aku," pinta Alesha menggenggam tangan Oliver.

Permohonan Alesha saat ini tidak sia-sia. Oliver langsung duduk di sampingnya, membiarkan telapak tangannya digenggam oleh Alesha.

Wanita itu kini duduk bersandar dan menatapi wajah Oliver dari samping, dia sosok yang tampan, meskipun tak terlalu baik.

"Kekasihmu tidak marah kan, malam ini kau menemaniku?" tanya Alesha melepaskan tangan Oliver.

"Dia bukan wanita manja sepertimu!" jawaban yang menohok.

Alesha tersenyum tipis di bibir pucatnya. "Aku berharap, setelah ini aku tidak akan manja lagi. Karena aku akan menjadi seorang Ibu."

Telapak tangan Alesha mengusap perut ratanya. Dia memperhatikan wajah Oliver yang datar, Alesha seperti salah bicara.

"Maaf kalau kami menjadi bebanmu," imbuh Alesha lagi.

Oliver tersenyum smirk dan memiringkan kepalanya menatap wajah Alesha. Kedua alis Oliver terangkat dengan tatapan mengejek.

Ironi sekali merasa bersyukur dirinya akan menjadi seorang Ayah. Anak itu memang tidak berdosa, tapi Oliver tidak menyukainya sama sekali.

"Kau dan anakmu adalah beban terberatku, Alesha!" ucap Oliver tajam.

Dia beranjak bangkit, mata Alesha hanya bergerak mengikuti ke mana Oliver melangkah. Memutari ranjang dan berdiri di depan jendela kamar.

Angin malam yang berhembus dari laut membuat rambut pirang Oliver bergerak lembut. Alesha mulai merasa kesedihan menyesakkan dengan kata-kata Oliver.

"Bagaimana kalau anak ini lahir nanti, aku tahu kau pasti tidak akan mau dipanggil Ayah olehnya." Alesha menundukkan kepalanya sedih.

"Karena dia bukan anakku!" sahut Oliver sedikit melirik Alesha.

Jemari Alesha saling bertaut. "A-apa kau akan mengusir kami? A-atau... Kau mengakhiri pernikahan ini?"

Oliver mengepalkan kedua tangannya. "Entahlah, mungkin keduanya. Aku berharap tidak pernah lagi melihatmu."

Anggukan diberikan oleh Alesha, wanita itu memeluk bantal dan menyembunyikan wajahnya di sana.

Alesha malu terus menangis di hadapan laki-laki itu. Tapi setiap kali Oliver mengucapkan kata-kata, semuanya menyakitkan hati Alesha.

'Terbuat dari apa hati laki-laki ini, Ya Tuhan... Kenapa? Kenapa aku tidak bisa menjangkaunya? Sampai kapan ini terjadi?'

**

Pakaian perwira angkatan laut berwarna putih bersih, lengkap dengan lencana, seorang Kapten Olivier Vorgath begitu gagah dengan seragamnya.

Laki-laki itu memakai sarung tangannya dan berdiri di depan kaca menelisik penampilannya. Alesha yang mengintipnya dengan perasaan was-was.

"Oliver, apa aku boleh membantumu merapikan pakaianmu?" tawar Alesha berdiri di depan pintu menatapnya penuh harap.

Oliver berdehem pelan, dia menatap wajah wanita itu dan mengulurkan dua tangannya.

Alesha segera mendekat, dia tersenyum seperti anak kecil diberi hadiah.

Sebenci apapun Oliver dengan wanita ini, dia pernah diam-diam menyukainya meskipun tak terbalaskan dengan perasaan yang sama.

"Aku senang kalau kau sering memberikan aku tugas seperti ini. Aku merasa tidak bosan," ujar Alesha mengancingkan manset pada lengan seragam Oliver.

"Karena aku kasihan melihatmu begitu berharap," jawab Oliver malas.

Alesha terdiam sesaat, namun ia menepis jauh-jauh pikiran buruknya dan kembali menatap wajah segar Oliver.

"Apa kau nanti akan pulang? Atau kau akan pergi ke suatu tempat?"

"mungkin tidak, aku ingin menikmati ketenangan di rumahku," jawabnya singkat.

Alesha mengangguk dan menyelesaikan tugasnya, wanita itu tetap berdiri di hadapan Oliver tidak kunjung menyingkir.

Dia ingin menyampaikan sesuatu pada Oliver, namun Alesha takut suaminya akan marah.

"Apa lagi yang kau inginkan sekarang?" tanya Oliver menatap Alesha.

"Emm, apa aku boleh ikut denganmu. Aku ingin bertemu dengan Ayahku," pinta Alesha, dia berjinjit dan menatapnya memohon.

Oliver meraih topinya, dia menggeleng. "Lain waktu aku akan mengantarkanmu pulang."

Air muka Alesha menjadi muram, seperti yang Oliver katakan kalau Alesha hanyalah gadis manja. Apapun keinginannya, apabila tidak dituruti, tentu saja dia akan cemberut seperti bocah.

Laki-laki itu menyergah napasnya berat.

"Cepat bersiap kalau kau ingin ikut denganku, Alesha!" sentaknya tiba-tiba.

Tubuh Alesha terjingkat. Wanita itu mengangguk antusias mendengarnya.

"I-iya! Aku akan bersiap sebentar, tunggu sebentar ya, suamiku...!"

Alesha berjalan cepat menuju kamarnya, meskipun dia sudah pergi, namun sesuatu tertinggal di pendengaran Oliver.

Sudut bibir Oliver terangkat lembut.

"Suamiku?" ulang Oliver, terdengar konyol di telinganya.

Setelah beberapa menit Alesha bersiap, mereka berdua pun pergi bersama.

Alesha sungguh tidak sabar ingin bertemu dengan Ayahnya. Dia ingin memberi kabar kehamilannya pada kedua orang tuanya.

Sepanjang perjalanan, Alesha tidak mengucapkan apapun. Dia takut salah, takut dimarahi oleh Oliver. Namun tiba-tiba mobil Oliver terhenti di depan sebuah toko bunga.

Alesha mengerjapkan kedua matanya saat sang suami turun.

"Dia membelikan aku bunga?"

Di sana, Alesha melihat Oliver memilih bunga mawar merah. Meskipun Alesha tidak menyukai mawar, tapi kalau Oliver yang membelikannya, apapun jenis bunganya maka dia akan tetap sangat-sangat menghargainya dengan senang hati.

"Kenapa lama sekali, bukankah bunganya sudah dibungkus dengan cantik? Dia tinggal memberikannya padaku saja, kan?" gumam Alesha menatapnya terus menerus di balik jendela pintu mobil.

Sampai akhirnya Alesha memperhatikan Oliver yang kini tengah menghubungi seseorang dengan membawa buquet mawar merah yang berada dalam pelukannya.

Perasaan Alesha mulai tidak nyaman, sekali lagi Alesha terlalu percaya diri. Entah akal dari mana dia memilih turun dari mobil.

"Kenapa masih berdiri di sini? Apa ada bunga yang kau pesan lagi?" tanya Alesha.

Oliver mengabaikan pertanyaan Alesha, sampai tiba-tiba dia tersenyum lebar pada seseorang.

"Oliver, Sayang..."

Suara seorang wanita menyapa pendengaran Alesha bagai petir yang menyambar dengan keras.

Wanita itu berada di belakang Alesha hingga perlahan membuatnya membalikkan badan. Oliver pun mendekati wanita dengan mini dress hitam yang merentangkan kedua tangannya, dia memberikan buquet mawar merah yang dia beli pada wanita itu.

Leher Alesha seperti tercekik kuat, dia menekan kuat sakit hatinya melihat wanita itu memeluk Oliver dengan bebas, sampai tatapannya tertuju pada Alesha.

"Sayang, dia yang kau ceritakan? Putri atasanmu?" tanya wanita itu pada Oliver.

Oliver mengangguk dan mengajaknya wanita itu mendekati Alesha yang berdiri membatu di tempatnya dengan tatapan tak percaya.

"Alesha, perkenalkan... Ini Susan, kekasihku."

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Istri sang Kapten yang Tak Diinginkan   AKHIR YANG BAHAGIA

    Cuaca pagi yang sangat cerah, Alesha berada di taman luas rumahnya bersama Baby Noah dan Leah. Setiap pagi ia selalu menghangatkan dua malaikat kecilnya. Udara sejuk yang tak terlalu dingin, aroma pepohonan pinus di sekitar sana masih khas dengan kesejukan di tempat itu, juga bunga-bunga bermekaran di musim ini. "Tak terasa waktu berjalan dengan sangat cepat," ucap wanita itu menunduk menatap bayi-bayi mungil yang kini terlelap. Dua bayi itu berada di dalam keranjang rajut dari rotan, dengan selimut tebal dan lembut sebagai alasnya. "Hai Sayang... Bangun juga akhirnya," bisik Alesha mengusap ujung jari telunjuknya di pipi Noah. Sedangkan Leah, bayi itu masih tertidur dan merasa nyaman dengan hangatnya sinar matahari. "Bangun Leah, kau tidur terus sepanjang hari, Cantik."Pipi gembil Leah yang memerah, persis seperti pipi milik Kakaknya, Louis. Alesha sangat yakin kedua anak ini akan tumbuh lucu dan menggemaskan. "Mami...!" Suara teriakan Louis membuat Alesha menoleh ke belakan

  • Istri sang Kapten yang Tak Diinginkan   Kasih Sayang yang Sangat Tulus

    "Aiko... Aku punya dua adik sekarang! Adikku nangisnya lebih keras dari adikmu!" Louis menatap teman perempuannya yang kini duduk di sampingnya. Padahal sudah berbulan-bulan lamanya mereka membahas tentang adik, dan baru sekarang Louis menunjukkan adiknya, tepatnya setelah dua adik kembarnya lahir. Teman perempuannya itu menoleh dengan mata mengerjap. "Terus, mereka laki-laki atau perempuan, Louis?" tanya Aiko. "Laki-laki dan perempuan. Yang satu Noah dan yang satu Leah. Kau harus kenalan dengan adik-adikku!" Louis mengatakan dengan bangga. Aiko pun menganggukkan kepalanya. Mereka berdua tengah menunggu jemputan, Louis mengatakan pada semua teman-temannya hari ini kalau dia punya adik bayi. Ia sangat bangga dan senang, dirinya menjadi seorang Kakak. Selang beberapa menit, mobil putih berhenti di depan Louis dan Aiko. "Woii, Big Boss! Ayo masuk!" Suara Ares membuka kaca jendela mobil. Louis pun turun dari duduknya. "Aku duluan, Aiko!" "Iya Louis, hati-hati ya..." Anak peremp

  • Istri sang Kapten yang Tak Diinginkan   Adik Kesayangan Louis

    Beberapa hari Alesha berada di rumah sakit. Hari ini ia sudah diizinkan pulang oleh dokter. Di rumah, ia disambut dengan hangat oleh putranya. Louis meminta Ares untuk menghias kamar adik bayinya, itu semua juga pemerintah Oliver pada mulanya. "Horee... Adik pulang! Akhirnya kita sampai rumah, Leah dan Noah harus lihat kamar barunya, Kakak kerja keras buat menghias kamar kalian!" seru Louis berjalan mengekori Rena yang kini menggendong satu bayi milik Alesha. "Benarkah Kakak yang menghias kamar adik?" tanya Alesha pada si kecil. Louis dengan antusias menganggukkan kepalanya. "Iya Mami, tanya saja pada Papi! Louis yang menghias kamar adik, sekarang jadi bagus sekali!" seru anak itu mengacungkan jempolnya. "Wahh, terima kasih banyak, Kakak Louis." Mereka masuk ke dalam kamar, Alesha dibantu oleh Oliver duduk di tepi ranjang. Dua bayinya berada di sampingnya dan Louis juga mendusal pada Alesha terus-menerus. Oliver sibuk sendiri, dia menjadi super aktif menangani ini dan itu. Bahk

  • Istri sang Kapten yang Tak Diinginkan   Baby Noah dan Baby Leah

    Louis datang ke rumah sakit bersama dengan Ares, di sana ia bertemu dengan Papinya yang kini melambaikan tangan ke arah anak itu. "Papi...! Mana adikku?!" pekik Louis mengulurkan kedua tangannya. "Adik masih di dalam," jawab Oliver tersenyum mengecup pipi Louis. "Wahhh, mereka seperti apa Pi? Lucu mana sama Louis?" tanya anak itu terus tak sabaran. Oliver terkekeh. "Sama-sama lucu!" jawab Laki-laki itu. Ares dan Lilith tersenyum manis mendengar ocehan Louis. Anak itu sangat penasaran dengan adik kembarnya. "Laksamana Fredrick tidak ke sini, Tuan?" tanya Ares pada Oliver. "Ke sini, tapi mereka sudah pulang. Sebentar lagi ke sini lagi membawa peralatan bayi, aku tidak bisa meninggalkan Alesha." Oliver menoleh dan menatap Ares. Akhirnya, pintu di depan mereka terbuka. Dan muncul seorang suster menatap Oliver yang berdiri paling depan. "Tuan, silakan masuk," ucap suster itu mempersilakan Oliver masuk ke dalam sana. Oliver pun langsung bergegas masuk ke dalam ruangan tersebut. Lo

  • Istri sang Kapten yang Tak Diinginkan   Sehari Diasuh Paman Ares

    "Mami... Mami kenapa?!" Louis membuka pintu kamar orang tuanya dan anak itu mendapati Maminya yang kini nampak kesakitan di atas ranjang. Dia berlari mendekati Alesha dengan wajah panik dan ketakutan. "Mami... Huwaa Mami kenapa sih, Mi?!" pekik Louis berteriak. "Louis, tolong panggilkan Papi ya," pinta Alesha kesakitan. "Iya Mi." Anak laki-laki itu berlari keluar secepatnya. Papinya yang kini tengah berada di dalam ruangan kerja bersama dengan Ares. "Papi! Huwaa Papi ihhh ke mana sih..!" Louis berteriak sekeras-kerasnya. Oliver dan Ares berjalan keluar dan melihat Louis berdiri di depan pintu kamar Alesha dengan wajah setengah menangis. Bocah manis itu menunjuk ke dalam kamar. "Mami nangis, perut Mami sakit!" teriaknya sambil menangis. "Ya Tuhan, Alesha!" Oliver bergegas masuk ke dalam kamar. Sementara Louis digendong oleh Ares. Anak itu menangis ketakutan, baru kali ini Louis melihat Maminya kesakitan sampai menangis. "Res, aku titip Louis padamu. Aku akan membawa Alesha

  • Istri sang Kapten yang Tak Diinginkan   Calon Adik Kembar Louis

    Hari demi hari berjalan dengan cepat. Pagi ini Alesha duduk di kursi kayu ukiran yang berada di teras samping rumahnya. Wanita cantik dengan perut besar itu memperhatikan suami dan putranya yang tengah bermain di taman. Louis mengamuk ingin bermain bersama Oliver, hingga mau tidak mau waktu kerja pun tersita. "Huhhh, Papi curang! Louis kalah!" teriak anak itu marah saat bola yang ia lemparkan tertangkap oleh Oliver."Ya sudah kalau tidak mau kalah jangan main!" balas Oliver mengusap rambut pirang Louis. Bibir anak itu langsung cemberut seketika. Alesha yang melihat mereka berdua pun hanya tersenyum saja. Lucu sekali Papa dan anak itu. Louis berlari ke arahnya, ia mengambil botol minum di pangkuan Alesha. "Kalau kalah tidak boleh marah, Sayang..." "Emmm, tidak mau pokoknya!" serunya memeluk perut besar sang Mami. "Nanti kalau adik sudah lahir, kalau Louis masih nakal seperti ini, bagaimana?" Alesha mengusap pipi basah Louis karena keringat. Oliver terkekeh mendekati mereka, lak

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status