Share

Kebetulan

Penulis: Pulungan
last update Terakhir Diperbarui: 2022-12-13 02:07:34

Di kantor Romi tengah sibuk membaca laporan keuangan perusahaannya dalam 2 tahun terakhir. Saat sedang asik tiba-tiba ia teringat dengan Khanza.

“Dia melihat uang yang tadi malam gak ya? Tapi apapun itu sebenarnya bodo amat sih.

Sejak kapan aku peduli sama Wanita, nggak guna banget. Dia lihat syukur nggak dia lihat sukurin." Gumamnya, lalu kembali fokus dengan berkas di tangannya.

Tok! Tok! Tok "Masuk,” sahut Romi dari dalam ruangan. Tidak lama kemudian muncullah perempuan sambil membawa buku di tangannya.

“Pak maaf, setengah jam lagi bapak ada jadwal ketemu dengan Pak Hendra. Tapi karena berhubung beliau lagi sakit maka digantikan oleh anaknya,” terang sekretarisnya tersebut membuat Romi  mangut-mangut.

“Ketemu dimana?” tanya Romi membuat sekretaris tersebut kembali membuka catatannya.

“Kalo nggak salah tadi kata anaknya Pak Hendra, dia lagi ada urusan sebentar di kampus.

Setelahnya dia menunggu di kafe depan universitasnya, nggak jauh kok Pak. Sekitar lima menitan, ini ada sharelocknya,” terang sekretarisnya tersebut.

“Ya sudah sebentar lagi saya berangkat,” lanjut Romi.

“Baik Pak, kalau begitu saya permisi,” pamit perempuan itu yang dibalas anggukan oleh Romi.

Hampir 20 menit Salman sendirian di kafe, akhirnya ia berinisiatif untuk menghubungi Khanza.

[Halo assalamualaikum] jawab Khanza di seberang sana.

[walaikumsalam, kamu dimana Za?] tanya Salman.

[Ini lagi bank dekat kampus bayar uang kuliah] jawab Khanza sambil celingak-celinguk.

[Oke, habis dari sana kamu ke kafe depan ya aku traktir. Gabut banget nih nunggu teman papa lamanya pake banget] suruh Salman membuat Khanza tersenyum.

[Oke berangkat, kalo di traktir mah oke aja sekalian anter pulang ya] lanjut Khanza membuat Salman langsung memutar mata malas.

[Ribet ya, sini buru ... Di kasih hati minta usus lagi] omel Romi membuat Khanza terkekeh.

[Oke-oke bos] jawab Khanza sekarang posisinya diseberang kafe .

Setelah memutuskan sambungan, Salman geleng-geleng kepala dengan tingkah khanza yang tidak ada malunya.

“Permisi, anaknya Pak Hendra?” tanya seseorang membuat salman menoleh lalu berdiri.

“Iya Pak, saya Salman anaknya Pak Hendra." jawab Salman lalu mengulurkan tangannya yang dibalas oleh Romi.

“Romi, tidak perlu panggil Bapak saya masih 25 tahun panggil abang aja,” sahut Romi.

“Iya Bang silahkan duduk,” lanjut Salman, lalu mereka mulai berbincang-bincang.

Di seberang jalan Khanza tengah kesal karena kendaraan tak kunjung sepi. Alhasil Khanza takut untuk  menyebrang, hingga akhirnya satpam membawanya untuk menyebrang.

“Huh … akhirnya nyebrang aja ribet,” gumamnya, lalu ia mulai masuk ke dalam kafe.

Dari kejauhan ia melihat Salman sedang berbincang dengan seseorang. Tanpa membuang waktu ia langsung mendekati Salman. Khanza tidak dapat melihat Romi karena ia dari belakang Romi.

“Salman,” panggil Khanza dengan suara nyaringnya sambil melambaikan tangannya.

Salman yang mendengar itu langsung tersenyum lalu mengisyaratkan agar Khanza medekat. 

“Sorry ya lama ta-“ ucapan Khanza terhenti saat ia melihat siapa orang yang sedang duduk berseberangan dengan Salman.

Matanya membola tidak percaya sama halnya dengan Romi. Ia juga kaget melihat Khanza, namun ia pura-pura acuh.

“Hey … kok malah bengong sih, sini duduk,” suruh Salman.

Khanza langsung tersadar dan duduk di samping Salman. Sekarang ia tengah memainkan jarinya, karena tidak menyangka dengan situasi ini.

“Nih Khanza kenalin teman Papa yang aku tunggu dari tadi, namanya Bang Romi." ucap Salman membuat Khanza langsung menoleh lalu tersenyum sekilas.

“Khanza,” jawab Khanza singkat sambil menangkupkan kedua tangannya.

“Mau pesan apa? Tadi katanya pengen makan banyak, pesanlah." lanjut Salman membuat Khanza semakin serba salah. Ia tahu pasti Romi berfikir jika dirinya cewek matre.

“Em … kamu aja yang pesan, apa aja deh.” jawab Khanza pelan membuat Romi langsung memicingkan matanya melihat keluguan gadis itu.

“Oke kalo git, aku tinggal bentar ya,” lanjut Salman membuat Khanza kaget.

“Hah? Aku ikut,” sahut Khanza membuat salman bingung.

“Mau pesan makanan aja, bentar doang kok." terang Salman membuat Romi menahan tawa melihat ekspresi Khanza. Setelah Salman pergi Romi langsung melipat tangannya di atas meja.

“Pacar?” tebak Romi yang dihadiahi tatapan tajam oleh Khanza.

“Bukan urusanmu!” ketus Khanza membuat Romi langsung menaikkan alisnya sebelah.

“Pacar yang dijadikan tempat meminta uang dan bayaran gratis.” ledek Romi, Khanza langsung menyunggingkan senyum melihat laki-laki dihadapannya itu.

“Kalo ia emang kenapa? Nggak ada masalah 'kan yang penting bukan kamu yang aku mintai uang.

Aku lebih berani ngutang kesana-kemari, daripada harus minta uang pada orang pelit kayak kamu.

Walaupun kamu notabenya adalah suami, ya suami sih ... suami yang perhitungan dan takut kekayaannya berkurang,” lanjut Khanza tidak mau kalah.

“Romi …,” pekik seorang perempuan membuat Khanza dan Romi langsung menoleh.

“Sopi,” ucap Romi tidak percaya melihat mantan pacarnya itu.

“Kamu kemana aja sih sayang? Kita udah lama banget nggak ketemu." rengek Sopi membuat Khanza langsung jijik melihat ekspresi Wanita itu.

“Stop memanggilku dengan panggilan sayang, sudah berapa kali kubilang kita nggak ada hubungan apa-apa. Jadi silahkan pergi,” usir Romi ia benar-benar muak dengan tingkah Sopi.

Sopi yang tidak terima di usir langsung menatap tajam kearah Khanza, membuat Khanza langsung bingung.

“Siapa dia? Apa pacar barumu,” cecar Sopi membuat Khanza kaget.

Sedangkan Romi langsung melirik Khanza yang terlihat bingung.

“Bukan urusanmu, mau benar atau nggak kamu nggak ada hak untuk tau.” lanjut Romi, lalu ia berdiri meninggalkan Sopi begitu saja. Saat Sopi hendak memaki Khanza tiba-tiba terdengar suara Salman.

“Ini pesanannya tuan putri,” ucap Salman tiba-tiba dari samping membuat Khanza kaget. Sedangkan Sopi langsung mendengus kesal lalu memilih keluar mengejar Romi.

“Loh, Bang Romi mana Za?” tanya Salman bingung, Khanza langsung menggedikkan bahunya.

“Mana aku tau, aku kan bukan ibunya,” jawab Khanza santai sambil menyeruput minumannya.

“Ada urusan penting kali ya, eh tapi Za keliatannya kamu suka deh sama Bang Romi,” tebak Salman membuat Khanza langsung menyemburkan minuman.

Byur! Khanza menyemburkan minuman dari mulutnya karena kaget dengan ucapan Salman barusan.

Ia langsung menatap tajam Salman yang sekarang tengah tertawa melihat dirinya belepotan dan juga jilbabnya yang basah.

“Bisa gak kalo ngomong itu kata-katanya di saring jangan asal ngebacot aja.

Ya kali aku suka sama om-om yang bener aja dong, gini-gini aku punya kriteria." kesal Khanza, lalu ia mengambil tisu untuk melap jilbabnya yang kotor karena minumannya.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Istri yang Kau Jadikan Taruhan    Ending (Tamat)

    Setelah punya momongan Romi jauh lebih dewasa begitu juga dengan Khanza yang semakin sabar menghadapi segala sesuatu."Eugh," tiba-tiba bayi mereka menggeliat tengah malam saat Romi dan Khanza sedang tidur pulas."Oek ... oek," tangis bayi itu pecah saat merasa tidak ada yang memperdulikannya."Eh sayang ... bangun Nak, haus iya," ucap Khanza lalu ia duduk kemudian menggendong bayinya."Kenapa sayang? Hum ... jangan rewel ya Nak, kasian Ayah capek udah kerja," lanjut Khanza sambil menciumi pipi bayinya tersebut.Tapi tangis Kaila tak kunjung reda membuat Khanza bingung."Khanza," panggil Romi yang terusik mendengar suara tangisan bayi mereka membuat Khanza langsung menoleh ke samping."Kakak bangun, maaf ya Kaila rewel," ucap Khanza membuat Romi langsung duduk di samping Khanza."Sini biar saya gendong," ujar Romi membuat Khanza langsung memberikan Kaila ke gendongan suaminya tersebut."Oh anak Ayah ini, kenapa rewel sayang? Panas ya bajunya ketebelan ya sayang? Sini Ayah buka bukain

  • Istri yang Kau Jadikan Taruhan    Khanza Melahirkan

    Setelah Romi berangkat Khanza mulai merasa perutnya mules. Tapi ia masih mencoba menahan karena Khanza tahu itu hanya kontraksi palsu."Aduh ... Nak jangan buat Bunda sakit gini sayang, kita tunggu Ayah dulu," gumam Khanza sambil mengusap-usap perutnya."Khanza kenapa Nak?" tanya Indah saya melihat Khanza meringis sambil mengatur nafasnya."Ini Bun sakit, tapi kayaknya masih kontraksi palsu," jawab Khanza membuat Indah langsung mendekati Khanza. Ia melihat menantunya tersebut sudah keringatan menahan sakit."Wah gak iya ini, Mas!" panggil Indah membuat Bimo yang sedang mencuci tangan langsung buru-buru."Iya sayang kenapa?" tanya Bimo bingung melihat Indah panik."Khanza Mas, kita bawa ke rumah sakit aja takut dia melahirkan disini, udah waktunya kayaknya ini." ucap Indah buru-buru membuat Bimo langsung mengangguk lalu buru-buru keluar ngeluarin mobil."Ayo sayang," ajak Indah membantu Khanza berjalan."Emang udah waktunya Bun?" tanya Khanza sambil mengatur nafasnya."Udah gak apa-ap

  • Istri yang Kau Jadikan Taruhan    Terlalu mandiri

    6 bulan kemudian, bulan ini sudah memasuki bulan Khanza melahirkan. Perutnya yang sudah membuncit membuatnya benar-benar kesusahan untuk bergerak dan bahkan harus berpegang.Tidak jarang Romi tidak berangkat kerja karena tidak tega meninggalkan Khanza di rumah, walaupun sudah ada Indah, Bimo dan Fatimah di rumahnya.Pagi ini Romi siap-siap berangkat ke kantor karena ada rapat penting dan tidak bisa di wakilkan. Sebenarnya Romi tidak ingin meninggalkan Khanza tapi karena dadakan juga mau tidak mau Romi harus berangkat.Ceklek! Pintu kamar terbuka menampakkan Khanza membuat Romi yang sedang memasang dasi langsung tersenyum."Gak bisa," ucap Romi seperti anak kecil membuat Khanza terkekeh."Ya udah sini, Kakak harus belajar bikin dasi biar nanti pas aku lahiran bisa sendiri," ucap Khanza sambil meraih dasi tersebut. Romi duduk di sisi meja rias untuk mempermudah Khanza memasang dasinya."Gak ah, maunya kamu yang bikin," jawab Romi membuat Khanza mencebikkan bibirnya."Kan akunya lahira

  • Istri yang Kau Jadikan Taruhan    Vina Mual

    Seminggu kemudian, Vina mulai merasa aneh dengan dirinya, ia sering kali pusing dan mual-mual. Tapi Vina tidak memberi tahu suaminya, karena menurutnya itu cuma masuk angin biasa."Vina, bisa ke ruangan saya sebentar," panggil Romi membuat Vina langsung menoleh lalu mengangguk."Iya Pak," jawab Vina lalu beranjak dari kursinya. Saat berdiri ia merasa sedikit pusing membuat Salman yang melihat itu langsung mendekati isterinya tersebut."Kamu gak apa-apa?" tanya Salman sambil memegang tangan Vina membuat Vina langsung menoleh lalu menggeleng."Gak apa-apa Kak, aku ke ruangan Pak Romi dulu ya," ucap Vina yang dibalas anggukan oleh Salman.Sampai di ruangan Romi, Vina melihat Khanza sedang ngemil sambil menonton di ponselnya. Vina sedikit tersenyum melihat Khanza yang mulai terlihat berisi dari sebelumnya."Mbak," panggil Vina membuat Khanza menghentikan filmnya lalu menoleh."Eh Vina, apa kabar?" tanya Khanza membuat Vina langsung tersenyum."Baik Mbak," jawab Vina, tapi Khanza malah me

  • Istri yang Kau Jadikan Taruhan    Terlalu posesif

    "Kak," panggil Khanza, ia tahu kalo suaminya pasti marah."Udah selesai?" tanya Romi sambil merangkul pundak Khanza."Em ... tinggal buat Mama Ira sih," jawab Khanza sambil menunjukkan paper bag di tangannya. Romi mengambil paper bag tersebut lalu memasukkannya ke dalam sel."Ini ada sedikit makanan buat Ibu sama Rea, kalo mau silahkan dimakan kalo gak suka kasih aja sama yang sebelah," ucap Romi tegas membuat Ira dan Rea diam seketika."Mbak Cantik terima kasih ya makanannya, enak sekali," panggil salah satu narapidana membuat Khanza langsung menoleh lalu mengangguk."Romi kamu kesini mau jenguk Ibu?" tanya Ira dengan semangatnya membuat Khanza sedikit mendongak melihat ekspresi suaminya itu."Sebenarnya kalo dari hati Romi pribadi belum ya Bu, cuma karena Khanza yang selalu ngajakin kesini akhirnya Romi mau. Tapi hasilnya berbanding terbalik dengan dugaan Romi, Ibu malah bentak dan maki-maki istriku." jawab Romi dengan nada tertahan membuat Ira diam seketika lalu ia saling melempar

  • Istri yang Kau Jadikan Taruhan    Khanza di bentak

    Seminggu telah berlalu, Khanza berniat mengunjungi Ibu mertuanya yang di penjara, pagi-pagi sekali ia sudah berkutat di dapur menyiapkan makanan untuk Ira.Sedangkan Romi karena berhubung hari libur, ia hanya malas-malasan di kamar karena tadi malam lembur menyelesaikan semua pekerjaannya."Khanza kemana sih? Kok gak masuk-masuk," gumamnya yang tengah berbaring di ranjang sambil mengotak-atik ponselnya.Tanpa membuang waktu ia langsung bangkit dari ranjang sebelum keluar. Romi merapikan rambutnya di depan kaca lalu ia keluar dari kamar."Khanza," panggilnya namun tidak ada sahutan sedikitpun membuat Romi langsung mengedarkan pandangannya hingga ia melihat gadis itu di dapur.Romi melipat kedua tangannya lalu mendekati Khanza dari belakang."Khanza," panggil Romi lagi membuat Khanza kaget."Hah? Iya, kenapa Kak?" tanya Khanza saat melihat Romi sedang menatapnya sambil melipat kedua tangannya."Kamu dari tadi saya panggil-panggil kenapa gak nyahut-nyahut?" tanya Romi membuat Khanza meno

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status