Hans yang mencintai istrinya karena fisik begitu kecewa melihat perubahan dratis pada tubuh istrinya Almira. Hal itu dimula saat Almira keguguran tubuhnya semakin tak terkondisikan, dan membuat Hans sering marah. Hal itu pula yang membuat Hans berpaling pada wanita lain. Padahal sebagai istri Almira sudah melakukannya dengan baik. Tapi, Hans masih tak terima karena Almira tak bisa merawat tubuhnya dengan baik. Namun, siapa sangka istri yang dianggapnya tak cantik lagi itu ternyata mempunyai cinta yang begitu tulus. Dimatanya mungkin Almira sudah tak cantik. Tapi, dimata lelaki lain, Almira adalah perempuan impian. Hal itu membuat Hans cemburu, dan sadar. Saat ia ingin memperbaiki semuanya, penyesalan datang terlambat.
View MorePAYAL’S POV
A ray of light is coming from the other side of the place. A figure is standing over there looking into my eyes. But I am not able to see the face of the person cause of the direct light falling on my face.
I am running towards a shadow while keeping my eyes fixed on the person standing over there trying to evaluate who the person is?
As soon as I reach there, I realise the person is none other than him.
A ray of hope emerge in my heart and a smile came on my face.
I raise my hand to touch his face and feel him, I was about to touch him, but the sound of a loud music enters into my ears and everything got blur in the air.
There is only darkness.
It took me sometime to wake up from my subconscious sense to realise I was lying on my bed, now fully awake looking at the ceiling.
Again the same dream. It’s been a week since I am seeing him in my dreams. What is happening with me, god. Why after so many years, the same thoughts are lingering in my mind.
Sound of repeat alarm interrupted my thoughts. I looked towards the wall clock & checked the time.
It’s 6:40 a.m.
Oh god, I will be late for the college. I turn towards other side of the bed.
Amu (Amaya), my sister was still sleeping. This girl sleeps like a dead person. No one can wake her up.
I shake my head and run towards the bathroom quickly to do morning chores.
After 15 minutes, I came out of the bathroom, fully dressed in my kurti and leggings. Standing in front of the mirror, i gaze at my figure.
Pale face, dark circles below my eyes are clearly visible. I took a cream from the dresser and put it on my face and hands. Then applied kohl into my eyes and a light pink colour lip gloss to complete my look. I tied my hairs into a ponytail.
After satisfying with my appearance, i turned towards bed to wake up our sleeping beauty.
"Amu" i called her name twice but this girl.
"Ohho".
I am getting late and this girl is not even waking up. I have to do something.
I took the glass of water from the table and pour it on her.
"Aaaa, maaa" Amu screamed while sitting on the bed. After analysing what has happened.
She screamed "What is this sister, who do this early in the morning”
"It’s not early morning, going to be 7 soon. Now get up, else we will be late and be ready in half an hour. We have to leave for the college dear.
I have to drop you first at your college before going to my own." I said while adjusting the bedsheet.
"Yes sister" she said and went to the bathroom.
I came out of the room and walked into the kitchen where mother was already there.
I hugged her from behind and said "Good morning ma".
"Payal, how many times i have to tell you don’t give me heart attack by coming from behind" Ma said while clutching her heart.
"Sorry maa" i said sheepishly
"It’s okay child, now eat your sandwich and finish your milk as well. Meanwhile I am making your and amu's lunch for college" she said
"Okay ma...you make our lunch meanwhile i'll finish my breakfast and after that i'll pack our lunch" i said.
"Hmm, Whether our queen woke up or not?" Ma asked.
"Yes, just now only" I said inbetween munching my sandwich.
"Payu, i want to discuss something important with you" ma said in a low voice.
"Yes ma, tell me" although I asked but somehow i have an idea what she wants to discuss.
"Beta (child), our neighbour Mrs. Singh told me about this guy. He is a very good-looking guy, working in an MNC...
I cut her in the middle "ma please, i told you many times i don’t want to marry. And even if i agree, after knowing my past, this guy will also reject me like others"
"But we will not tell him your past" ma said
"Ma, what are you even saying. I don’t want to start my life with a lie. And please stop this topic, i don’t want to discuss this in the morning itself" I told her harshly. My mind is already preoccupied with my dreams and now this.
"But payu, we...."
"Morning mumma" Amu enters the kitchen interrupting our conversation which I am thankful for.
Mom first glance at amu and then at me, then again turn towards amu & told her to have her breakfast.
Thank god mom didn’t started again but i know from her looks the conversation is not over yet. Ughh
I completed my breakfast and packed mine and amu's lunch for college.
"Maa, we are leaving. Do take your medicine on time and don’t wait for us. Have your lunch on time. We will come back around 4'o clock" i instructed her while hugging.
I know i was rude to her and she is only worried for my future. But what to do I already have a lot in my plate. I don’t have time for marriage.
"Okay dear, take care" ma said pulling me out of my thoughts.
Amu also hugged ma while I unlocked the main door.
After coming out of the house i started my scooty while amu sit on the back seat.
We are living here in Delhi from the last 2 yrs. After what happened 3 years ago, we moved from Bangalore to Delhi, now we are not in contact of any relatives. We sold our house there & purchased a 3 room set here.
I applied for the lecturer job here in Management college. Luckily, i got selected and since then i am working as a professor in college.
And amu is doing her graduation from another college.
We reached at the gate of her college.
"Di, i will be free at 3:30 p.m. So, do pick me up on time" Amu informed
"Okay, I’ll be on time" i told her.
I again started my journey and reached my college on time.
After reaching staff room and picking up the required books, I marched towards my first lecture which i really hate.
I entered the class only to hear something like this.
"Oye hoye, she is looking sexy today”
"when will we get an opportunity to be with her”
Yuck, disgusting boys.
Akhirnya urusan dengan Dirga selesai juga. Putusan sidang yang menyatakan, kalau ia harus tinggal di hotel prodeo dalam beberapa kurun waktu akibat perbuatannya membuat lega. Setidaknya aku tidak perlu terlalu mengkhawatirkan Almira lagi.Namun di sisi lain, hati gelisah. Sebab, hari yang ingin kuperlambat waktunya datang juga. Apalagi kalau bukan hari pernikahan dengan, Dinda. Terkadang dalam keputusan yang kita ambil dengan secara sadar menyisahkan penyesalan.Aku menyesal karena harus membagi cinta Almira dengan wanita lain. Meski ia bilang tidak keberatan dan melarang membatalkannya. Tapi, tetap saja aku merasa bersalah.Tanganku bergetar saat menjabat tangan seorang laki-laki yang menjadi walinya Dinda, seketika ingatanku berputar, pada waktu mengucapkan janji suci untuk Almira, dan bersedia mengambil alih tanggung jawab ayahnya. Perasaan sedih seketika menelusup ke relung hati, aku tidak bisa membohongi perasaan bersalah atas kebohongan untuk tidak menyakiti dan menduakannya.Na
Begitu sambungan telpon terputus, aku bergegas mengambil jas yg tadi kutaruh di kepala kursi. Lalu, melangkah tergesa arah luar."Hans mau kemana kamu?" tanya Pak Bambang tiba-tiba saat aku tengah menutup pintu."Eum ... Sa-saya mau izin keluar sebentar, Pak!"Pak Bambang langsung melihat jam yang melingkar di tangannya. Lalu, beralih ke wajahku dengan raut penuh tanda tanya."Sepertinya belum waktunya makan siang," ucap Pak Bambang."Eum ... Teman saya sedang ada masalah di kantor polisi, Pak." "Ada apa? Memangnya kamu pengecara?""Bu-bukan, Pak. Saya juga belum tahu ada masalah apa. Apa boleh saya izin keluar sebentar, Pak?"Pak Bambang sejenak terdiam, terlihat tengah memikirkan sesuatu. "Ya sudah kamu boleh pergi! Tapi, besok pagi berkas untuk meeting lusa harus sudah ada di meja saya!""Ba-baik, Pak. Terima kasih," ucapku, dan langsung menyambut tangan Pak Bambang. Lalu, bergegas pergi ke arah parkiran.Selama di perjalan pikiranku dipenuhi pertanyaan juga kecemasan. Apa kiranya
Dengan langkah cepat aku kembali ke kamar. Namun, begitu sampai di kamar aku langsung kembali dibuat terkejut. Karena, tak melihat keberadaan Almira, kemana dia? Cemas itulah yang kurasakan."Mira?" teriakku sembari melangkah masuk mencarinya di kamar mandi. Tapi, tidak ada, bahkan di balkon juga tidak ada. Pikiran negatif mulai merasuki, bagaiman kalau Almira diculik Dirga?Aku terduduk di sisi ranjang dengan perasaan lemas juga cemas. Tiba-tiba aku dikejutkan oleh deringan ponsel di saku celana.Aku pun segera mengeluarkan benda pipih tersebut, berharap Almira. Namun, ternyata Dinda."Mas, kamu sebenarnya dimana sih? Dari tadi aku nungguin. Tapi, Mas malah gak dateng-dateng?" Dinda langsung bertanya begitu sambungan telpon terhubung."Eum ... M-mas lagi nyariin Almira.""Nyariin Mbak Almira? Nyariin gimana sih Mas Maksudnya?" tanya Dinda terdengar penasaran."Almira hilang.""Ha, Hilang? kok bisa? Ya udah sekarang Mas dimana, biar aku susul kesana!""Sebentar! Nanti Mas share lok!"
Akhirnya kamar dimana Dirga dan Almira berada ketemu. Hatiku bimbang, apa harus didobrak saja pintunya atau diketuk secara baik-baik? Ditengah kebimbangan, kemudian samar-samar telingaku mendengar suara yang membuat penasaran.Entah apa yang mereka bicarakan, suaranya terdengar tidak begitu jelas. Karena penasaran, aku langsung menempelkan telinga ke daun pintu, berharap bisa mendengar suara mereka dengan jelas, dan tahu apa yang sebenarnya terjadi. Tapi, sayang. Setelahnya aku tidak mendengar apa-apa lagi. Entah apa yang terjadi, keadaan seketika senyap membuat perasaan semakin cemas.Apa sebenarnya yang terjadi? Apa benar Almira sudah berbuat curang dengan orang yang sudah memusuhiku untuk membalas dendam atas rasa sakit hatinya padaku? Tapi, jika iya mengapa justru hatiku berkata lain. Ya Tuhan tunjukan kebenaran-Mu!Tanpa bukti aku hanya bisa menduga. Apapun caranya aku harus bisa mencari kebenarannya. "Apa yang sedang Bapak lakukan?" Tiba-tiba sapaan seorang laki-laki, yang tern
"Kenapa baru diangkat sekarang, kemana aja kamu, Mas? Dari kemarin ditelponin gak diangkat, WA gak dibales. Aku udah nungguin berjam-jam. Tapi, kamu tidak juga datang. Memberi kabar pun tidak. Aku kecewa sama kamu, Mas!" Letupan kemarahan diujung ponsel, seperti akan memecahkan gendang telinga. Aku tidak heran, mengerti jika Dinda akan semarah itu padaku."Maaf! Kemarin Mas ....""Apa? Mas mau bilang kalau, Mas sibuk? Terus gak ada waktu buat hubungi aku? Oh aku tahu, kalau aku memang gak penting buat kamu!" Dinda benar-benar terdengar sangat marah."Bu-bukan be-" ucapanku langsung terjeda saat sambungan telpon tiba-tiba langsung dimatikan Dinda. Aku memijit pelipis yang mulai terasa pening. Bagaimana aku harus menjelaskannya pada, Dinda? Sepertinya aku harus menemuinya dan menjelaskan semuanya. Semoga saja dia mau mengerti. Sementara Almira, sudah siap berangkat kerja. "Mir kamu sudah mau berangkat?" aku bertanya basa-basi. "Maaf hari ini Mas tidak bisa mengantarmu!" sesalku. "Mas
Akhirnya dengan pertimbangan, aku lebih memilih untuk menjemput Almira. Dinda biar nanti, aku akan menemaninya setelah menjemput Almira.Aku pun segera mengambil kunci mobil, dan melangkah lebar-lebar menuju parkiran. Entah apa yang ada dipikiran Almira, bisa-bisanya dia menerima tawaran untuk diajak makan berdua dengan Dirga. Apa dia tidak memikirkan bagaimana perasaanku?Perjalanan menuju tempat Almira bekerja terasa begitu sangat jauh. Kesal dan marah seketika bercampur menjadi satu, bagaimana tidak? Disaat terburu-buru dan khawatir seperti ini jalanan macet. Akhirnya setelah setengah jam lebih aku tiba, tak mau membuang waktu, dan segera turun. Namun, gerakanku terhenti mendengar ponsel berdering. Astaga Dinda, bagaimana ini? Aku harus bilang apa? Ah, lebih baik abaikan saja dulu. Bukan waktunya untuk menjelaskan. Bisa-bisa malah jadi salah paham.Dengan langkah tergesa aku menuju tempat Almira bekerja. Namun, aku tak mendapatinya. Kemana mereka? Ah bodohnya, kenapa tadi tidak
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments