Share

CINCIN

Author: Ekasetia
last update Huling Na-update: 2021-04-01 17:30:24

Setelah seharian diajak Leo bosnya, Munah diijinkan tidak  kembali ke restoran. Perempuan itupun  memutuskan untuk berjalan-jalan di Mall daripada sendiri di tempat kos nya karena Fara hari ini pulang malam.

Gadis itu sedang pergi kencan dengan daddy nya. Hampir setahun Munah berteman dengan Fira dan dia merasa cocok dengan perempuan itu. Fira adalah perempuan cuek, berfikiran bebas, tak pernah menghakimi orang, dan juga sangat pengertian, hal itulah yang membuat Munah dekat dengannya, mempercayainya hingga menjadikan perempuan itu satu satunya orang yang tau tentang cerita pelariannya.

Munah menyusuri Mall. Dia tidak berniat membeli apapun selain sekedar berjalan jalan untuk menghabiskan waktu. Dia belum gajian, resto tempatnya kerja sekarang baru opening, meski dia memiliki sedikit simpanan dari menyisihkan sebagian gajinya dari tempat kerjanya yang dulu-dulu, tapi dia harus sangat berhemat. Beruntung Fira lah yang membayar biaya sewa kosan mereka dan sering membelikannya makanan sehingga Munah bisa sedikit tertolong dalam meminimalkan pengeluarannya.

Munah terhenti di sebuah counter perhiasan.  Ia lihat jemari tangannya, sebuah cincin pernikahannya masih melingkari jari manisnya, Bibinya yang memasangkan cincin itu di jemarinya sesaat setelah akad selesai, dan memberi Munah buku akta nikah untuk dia tanda tangani. Bibinya  kemudian membawa akta nikah tersebut keluar, dan saat itulah seseorang datang menemuinya dan mengatakan sesuatu yang kemudian mendorongnya untuk pergi dan lari dari pernikahannya.

Munah berfikir hari-harinya akan sangat buruk jika dia tidak pergi. Dan waktu sudah lama berlalu hingga dia hampir melupakan cincin itu masih setia menghiasi jemarinya.

Haruskah Munah menjual satu-satunya perhiasannya itu? Munah sempat terpaku untuk beberapa saat, sampai seorang pramuniaga menyapanya.

"selamat siang, mba? silahkan barangkali mau melihat-lihat dulu, kami punya ribuan koleksi perhiasan dengan beraneka macam modelnya.." pramuniaga cantik itu tersenyum ramah.. Munah membalas senyumnya. Setelah menimbang beberapa saat ia bertanya pada perempuan cantik di depannya.

"lihat-lihat dulu ga papa,mba?" tanya Munah dengan sopan. Sang Pramuniaga mengangguk.

"Silahkan mba.. ga papa kalo lihat-lihat dulu.." Munah berjalan memasuki counter dengan gamang, aura kemewahan begitu terasa. Dia menyembunyikan kekagumannya melihat cantiknya aneka perhiasan di depannya dari balik kaca etalase counter.

"Mau menambah koleksi, mba? Mungkin mau yang setipe dengan cincin yang mba pakai.." perempuan cantik di balik counter itu terus tersenyum ke arahnya. Munah heran, tidakkah dia cape melakukan hal itu? sedangkan dirinya bukan penganut perempuan yang ramah, dia sadar dirinya sedikit jutek makanya dia ga suka bekerja dibalik kasir yang harus pasang senyum di hadapan pelanggan yang berinteraksi dengannya, dia selama di resto lebih banyak menghabiskan waktunya di dalam dapur, kalaupun harus keluar melayani tamu, itu hanya dilakukannya ketika keadaan begitu ramai.

Perempuan di depan Munah mengeluarkan aneka cincin yang mirip dengan kepunyaannya.. dan semua perhiasan itu nampak sangat berkilau. 

"Yang itu berapa harganya, mba?" tunjuk Munah pada sebuah cincin sederhana namun elegan, dan mirip dengan yang kini di kenakan di jari manisnya.

"300juta mba.." jawab Pramuniaga di depan Munah. Munah hampir tersedak air liurnya.

Mahal banget, pikirnya. 

"Kalo saya jual cincin ini, kira-kira dihargai berapa?" Munah melepas cincinnya dan menyerahkannya pada perempuan di depannya, dan perempuan itu tampak mengamati cincin Munah dengan seksama.

"Ini limited edition mba, di pesan khusus. 300 juta an harganya.." Maemunah melongo, buru-buru diambilnya cincinnya itu dari tangan pramuniaga di depannya. Dia  tersenyum sungkan.

"Maaf mba, lain kali saya kesini lagi. Maaf ya," ujar Maemunah kemudian berlalu dari tempat itu.

Kalau tau harga cincinnya sangat mahal, seharusnya dari dulu ia menjualnya sehingga tidak susah payah bekerja untuk memenuhi hidupnya selama bersembunyi.  Tapi tidak, dia tak akan menjualnya, dia akan mengembalikannya dan meminta surat sah perceraiannya sehingga dia bisa bebas menjalin hubungan dengan siapapun dan bertemu lelaki baru yang akan di cintainya serta mencintainya dengan tulus. Yah.. suatu saat nanti Maemunah harus melakukan hal itu, dia hanya perlu mengumpulkan lebih banyak keberaniannya untuk datang dan menghadapi keluarga mertuanya juga keluarga pamannya. 

"Braak..." tiba-tiba Munah menyenggol seseorang hingga barang bawaannya terjatuh. Buru-buru ia berjongkok dan memunguti barang-barang yang berserakan di lantai, begitu mendongak, didapatinya sosok paruh baya yang menatapnya dalam.

"Maaf ... maaf, saya gak sengaja." ucap Munah spontan.

"Lain kali hati-hati kalau sedang jalan, jangan meleng matanya." ucap sosok itu dengan datar. Munah hanya bisa menunduk.

"Ya bu ... tadi saya buru-buru." ucap Munah lagi. Perempuan di depannya menyerahkan barang bawaan yang tadi dikumpulkan Munah, sebush tas plastik  berisi macam-macam belanjaan yang sepertinya baru dibeli di supermarket.

"Bisa tolong bawakan ini? Pinggang ibu sedikit sakit karna tertabrak kamu, maklumlah faktor umur." Munah buru-buru menerima tas belanja tersebut dan mengekori perempuan paruh baya yang mulai berjalan di depannya.

"Ibu belanja sendirian?" tanya Munah ingin tahu.

"Ya, anak-anak ibu terlalu sibuk dengan urusannya masing-masing jadi, ibu hanya bisa sendiri."

"Siapa namamu?" tanya Ela, perempuan paruh baya itu. Munah memandang Ela lama sekedar menelisik, apakah ia harus jujur pada perempuan yang baru dilihatnya itu. Tapi kelihatannya perempuan itu orang baik-baik. Penampilannya sederhana namun elegan, khas orang kaya.

"Namaku Siti Maemunah. Panggil aja Munah, Mumun, atau bisa juga Siti." Munah tersenyum sembari menggaruk tengkuknya. 

Ela tersenyum. "Boleh minta nomer kamu? sepertinya kamu anak yang baik." Munah tampak berfikir dengan permintaan perempuan di depannya.

"Nih ... ini kartu nama ibu." Ela menyodorkan kertas kecil berbentuk persegi pada Munah. Dan Munah menerimanya hati-hati.

"ELA DAMAYANTI"  Munah merapal nama yang tertera di kartu tersebut. Dibawahnya terdapat alamat rumah dan nomer Hp. Melihat alamatnya, perempuan di depannya adalah orang kaya. Munahpun tersenyum.

"Bagaimana? ibu bisa minta nomer ponsel kamu?" tanya Ela kembali. Akhirnya Munah mengangguk. Ia mengambil ponselnya dan nampak mengetik sesuatu sampai kemudian terdengar nada lagu berbunyi di dalam tas Ela, perempuan paruh baya itu mengambilnya.

"Itu nomerku yang barusan manggil ibu." ucap Munah. Ela mengangguk senang. Mereka sudah sampai di depan Mall dan Ela mengambil belanjaannya ditangan Munah.

"Makasih ya ... sudah bawakan." ucap Ela tulus. Munah mengangguk. Ela pun menyodorkan tangannya untuk berjabat tangan dengan perempuan cantik di depannya.

"Hati-hati ya bu ...." Munah menyambut uluran tangan Ela, menjabatnya erat. Saat itulah Ela melihat sebuah cincin elegan melingkar di jari perempuan di depannya. Perempuan itu pun tersenyum.

"Sampai jumpa lagi, Mun." ucap Ela tulus lalu ia terlihat menelpon  dan beberapa saat kemudian sebuah mobil mewah mendekat. Ela tampak memasuki mobil tersebut, jendela kacanya ia turunkan dan ia melambai pada Munah yang masih berdiri di tempatnya. Perempuan itu berdecak, ia ingin memiliki seorang ibu yang tak pernah dimilikinya.

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Istri yang Lari di Hari Pernikahannya (Indonesia)   BERDEBAT

    Munah termangu di sebuah ruang perawatan. Di depannya terbaring lelaki yang masih tak sadarkan diri. Lelaki itu adalah Alga yang secara kebetulan mengalami kecelakaan. Tanpa saudara, tanpa kerabat, tanpa teman, tanpa istri, lelaki itu terbaring sendirian membuat Munah tak tahu apa yang harus ia lakukan terhadapnya.Haruskah ia menghubungi keluarga laki-laki itu? Tapi bagaimana ia bisa menghubunginya? Munah benar-benar merasa begitu bingung.Munah memandangi raut Alga yang terlihat lebam di beberapa bagian. Wajahnya terlihat menyedihkan dan tanpa sadar, perasaan bersalah mulai menjalari hati Munah. Kalau saja ia tak pergi dengan Leo ... teringat akan Bosnya itu Munah bermaksud untuk menghubunginya dan beralasan ia tak enak badan hingga memutuskan untuk pulang diam-diam ... tetapi baru mengambil ponselnya di dalam tas, benda pipih itu bergetar menandakan sebuah pesan masuk ke aplikasi mesenggernya.[Di mana?] Munah membaca kalimat singkat yang ternyata dari Leo tersebut. Mendesah untuk

  • Istri yang Lari di Hari Pernikahannya (Indonesia)   KEJADIAN TAK TERDUGA

    Hari ini Munah pergi dengan Leo. Perempuan itu menemani Bosnya mengadakan pertemuan bisnis sekaligus makan malam. Ia sudah minta ijin Alga tak bisa memasak untuk lelaki itu, meski terkesan marah pada akhirnya Alga membolehkannya pergi. Sebenarnya Munah merasa tak enak pada lelaki itu, tetapi ia juga sudah terikat perjanjian dengan Leo untuk menjadi kekasih palsunya karena ia sudah menerima uang pemberian dari Bosnya itu.Munah sudah berdandan dengan ayu walaupun hanya memakai riasan yang natural dan memakai gaun yang sederhana, dan Leo sama sekali tak keberatan dengan penampilan Munah saat ini, sesuatu yang membuat perempuan itu bisa bernapas dengan lega.Mereka berdua telah duduk bersisian di sebuah meja yang telah direservasi sebelumnya, makanan yang mereka pesan pun sudah datang, tetapi rekan bisnis Leo belum juga muncul. Munah mendadak menjadi gelisah, seakan ia yang memiliki janji meeting hari ini, sedangkan Leo malah tak terlihat cemas, lelaki itu malah terkesan santai dan cuek

  • Istri yang Lari di Hari Pernikahannya (Indonesia)   BERHASIL LARI

    Langkah Munah terhenti membuat Alga heran. Lelaki itu menatap Munah bingung. "Kamu kenapa?" katanya. Munah reflek mencengkeram lengan Alga."Ada apa?" tanya lelaki itu kembali."Kita pergi dari sini saja!" Langkah Munah perlahan mulai mundur. Matanya menatap teras kostnya dengan waspada. Dua orang anak buah Toni yang sembari tadi duduk santai mulai berdiri melihat aksi perempuan yang berjarak hanya beberapa meter di depan mereka. Alga yang mulai memahami situasi karena curiga dengan keberadaan dua lelaki besar di depan teras kostan Munah bergerak cepat menarik lengan istrinya tersebut dan lari menuju mobilnya. Anak buah Toni langsung mengejarnya. Terseok-seok Munah mengimbangi langkah-langkah lebar kaki panjang Alga, dan pada akhirnya mereka bisa mencapai mobil lalu dengan gerak cepat Alga dapat menghidupkannya untuk segera melajukannya agar terhindar dari kejaran anak buah Toni. Terdengar teriakan dan makian dua orang bertubuh besar itu ketika incarannya berhaasil kab

  • Istri yang Lari di Hari Pernikahannya (Indonesia)   KETAHUAN

    Jam kerja hampir berakhir. Munah terus memikirkan berbagai macam cara untuk menolak secara halus ajakan Leo. Ia tak bisa membayangkan akan bertemu dengan keluarga lelaki itu meski hanya untuk membantunya bersandiwara. Lagi pula ia sudah punya rencana pergi ke tempat kos nya untuk mengambil barang-barangnya. Arrgh ... kepala perempuan itu mendadak begitu pening, ia pun memijit mijitnya berharap semua yang berjejal di otaknya menghilang, tetapi hal itu tak jua berhasil hingga akhirnya ia segera melanjutkan pekerjaannya agar segera selesai meski dengan otak yang begitu penuh.Munah sedang membereskan dapur, mencoba fokus dengan yang ia kerjakan ketika terdengar suara langkah kaki mendekatinya. Kegiatan perempuan itu menjadi terhenti. Ia bisa menduga siapa yang mendatanginya."Ehemm ... pekerjaannya sudah selesai?" Suara yang Munah kenali sebagai milik Leo terdengar begitu lembut. Dugaannya tak meleset, tetapi Munah tak segera berbalik, ia masih membelakangi Bosnya itu. Ma

  • Istri yang Lari di Hari Pernikahannya (Indonesia)   MIMPI

    "Munah ... berhenti ... jangan lari ....!" Teriakan itu menggema menebarkan ketakutan di dada Munah. Perempuan itu terus berlari meski keringat bercucuran membasahi tubuhnya."Munah berhenti!" Suara itu terdengar semakin dekat. Diantara deru napasnya yang memburu, Munah berulangkali menoleh ke belakang tuk memastikan sosok yang mengejarnya sudah jauh. Tetapi sosok tinggi itu semakin dekat, meski tenaganya sudah ia kerahkan sekuat mungkin, nyatanya bukan senakin jauh tetapi sosok itu semakin dekat hingga hanya beberapa langkah saja bisa menyamainya."Jangan dekat-dekat!" seru Munah putus asa."Aku takan menyakitimu.""Orang lain yang akan melakukannya kalau aku tidak pergi.""Berhenti!""Tidak!"Munah terus mempercepat larinya saat sosok itu kian dekat mengejarnya. Wajahnya pucat pasi hingga ia tak lagi memperdulikan keadaan dan ia terjebak di tepi sebuah jurang. Wajahnya menatap batu terjal di bawah ujung jalannya. Otaknya menjadi bun

  • Istri yang Lari di Hari Pernikahannya (Indonesia)   BICARA

    Alga sedang menyantap masakan yang sudah Munah selesaikan ketika perempuan itu terus menatapnya dalam diam. Mereka duduk berhadapan di meja makan kecil di dekat dapur."Enak ...," komentar Alga. Munah menatap tak percaya karena makanan yang ia sajikan kini adalah sesuatu yang tak selesai ia masak tadi siang. Munah hanya mengolahnya lagi agar tidak menjadi sia-sia."Aku gak bohong. Coba kamu juga mencicipi hasil masakanmu alih-alih hanya terus memperhatikanku seperti itu," ucap Alga lagi dengan tersenyum.Munah masih memicingkan matanya seakan curiga Alga hanya berbohong. Tetapi akhirnya perempuan itu mulai menuruti Alga dengan mengambil sendok dan mulai memasukkan sedikit sup ke dalam mulutnya."Bagaimana? enak kan?"Munah menelan supnya hati-hati dan lelaki di depannya memang tidak berbohong. Supnya enak. Untuk lebih memastikan dirinya sendiri, perempuan itu mengambil jenis makanan lain dan ternyata rasanya sama, teta

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status