Share

MELIHAT SEKILAS

Author: Ekasetia
last update Last Updated: 2021-04-01 17:28:27

Alga seakan tak berkedip memandang perempuan semampai yang tengah sibuk  menyajikan makanan pesanan pengunjung dimeja seberang.


Perempuan itu benar-benar mirip dengan Siti Maemunah istrinya, meski dia hanya melihatnya di selembar foto, dia sangat yakin itu adalah istrinya yang pergi meninggalkannya setahun silam. Mata hijau perempuan itu yang membuatnya begitu yakin, warna mata yang jarang ditemukan pada perempuan kebanyakan yang dikenalnya


Saat dulu dia akan dijodohkan dengan Maemunah, ayahnya  bercerita jika Maemunah memiliki darah campuran Perancis dan Indonesia, karna ibunya pernah menikah siri dengan lelaki berkebangsaan Perancis saat menjadi buruh migran di luar negeri, itulah yang membuat perempuan itu memiliki tubuh semampai dan juga mata hijau menawan yang menurun dari ayahnya, tetapi pernikahan orang tua Maemunah hanya sebentar, ibunya sudah berpisah dengan ayahnya dan meninggal saat melahirkan Munah.


Pak Arman yang merupakan paman gadis itu yang kemudian  memberi nama Siti Maemunah, nama yang tidak sesuai dengan fisik perempuan itu, tetapi Pak Arman melakukannya sesuai keinginan Ibu munah sesaat sebelum meninggal ... dan itu di ambil dari nama neneknya.


Alga mendesah, Hani yang tadi mengajaknya makan siang di sini belum kembali, mungkin perempuan itu ke kamar mandi setelah memesan makanan, entahlah, Alga tak begitu peduli.


Lelaki itu mengambil gawainya, mengutak atiknya sesaat sebelum kemudian mengarahkan kameranya ke sosok Maemunah yang masih sibuk bolak balik mengantarkan pesanan makanan. Dia mengcapture Maemunah secara diam-diam setelah mematikan pengaturan blitz.

Alga tampak mengedit edit gambar hasil jepretannya saat sebuah tepukan menyapu pundaknya.


"lagi liatin apa?" Sentak Hani. Alga terkesiap, dan menggeleng singkat.


"Engga, Suasananya rame ya," ucapnya buru-buru mematikan ponselnya. Hani tersenyum manis.


"Aku baru kesini, penasaran katanya makanannya enak ... makanya sekalian ajak kamu." Hani menggenggam tangan Alga dan memandanginya lama sampai seorang karyawan resto menghampiri meja mereka sembari membawa makanan yang dipesan. Alga menatap perempuan itu, barangkali Maemunah, ternyata bukan, dan bersit kecewa membayang di wajahnya.


"Makasih mba ...," ucap Alga singkat. Pramusaji itu balas tersenyum sebelum kemudian berlalu setelah menata hidangan di meja.


"Makan yuk ...," ajak Hani. Perempuan itupun mulai menyantap makanan di depannya. Alga mengangguk dan mengikuti Hani menyuap makanannya.


"Yang punya resto ini kakaknya temenku," ujar Hani mulai bercerita.


"Temen yang mana? bukannya di sini kamu tidak mempunyai banyak teman?" Alga berucap disela-sela menyuap makanannya. Alisnya tampak saling bertaut,  seakan tengah berfikir.


"Temen kuliah di luar, aku ketemu dia di sana,  kebetulan dia sama-sama sedang ngambil S2," jawab Hani. Alga manggut-manggut. Dia meneruskan suapannya dan tiba-tiba dia teringat sesuatu.


"kalau yang punya resto kakaknya temenmu, berarti kamu mengenalnya dengan baik kan?" Tanya Alga.


"Yah ... tentu, nah itu dia orangnya, hay ...." Hani tiba-tiba melambaikan tangannya pada seorang lelaki yang melintas, dan tak berapa lama sosok itupun mendekat sambil menebar senyum.


"Kapan datang ...?" Sapanya sambil cipika cipiki dengan Hani. lelaki itu kemudian menatap Alga. 


"Apa ini Alga?" Tanyanya kemudian, dia pun mengulurkan tangan dan disambut lelaki di depannya, merekap lalu saling berjabat dengan erat.


"Apa kabar, Hani banyak cerita tentang kamu ... sepertinya dia juga sudah cerita tentang aku kan?" ujarnya ramah.


"Dia baru cerita sedikit," jawab Alga sambil menatap Hani seakan bertanya kenapa dia bisa begitu akrab dengan lelaki di depannya.


"Enjoy ya ... maaf tak bisa menemani kalian,  aku harus keliling dulu dan ada sedikit keperluan setelahnya ... semoga kalian suka dengan makanannya, lain kali kita ngobrol-ngobrol, Bro ...," ujarnya sambil menepuk pundak Alga.  Dia akan berlalu sampai suara Alga menghentikannya.


"Tunggu ... boleh aku bertanya tentang sesuatu?" suara Alga tampak ragu.


"Tentu. Tapi tidak sekarang ya ... chat aja oke? kamu bisa catat nomernya di Hani."


"Oke." Alga tersenyum. Dipandangnya perempuan yang tengah asik menyantap makanannya itu.


"Boleh aku minta nomernya, Han?" 


"Tentu ... nih, cari sendiri. Namanya Leo." Hani menyodorkan ponselnya.


Alga mengutak atik ponsel di tangannya, membuka kontak dan mencari nama Leo. begitu ketemu langsung dikirimnya nomer itu ke ponselnya.


"Aku tertarik dengan resto ini, mungkin bisa menjajaki kerjasama dengannya, Han," ujar Alga melihat raut Hani seakan menelisik ingin tahu kenapa tiba-tiba dia ingin bertanya  tentang ponsel temannya.


"Nice ... usaha Resto memang menjanjikan ... aku dukung ko." Hani pun tersenyum.


Alga menatap Hani lagi, kali ini lama ... perempuan itu  tengah asik menikmati makanannya, tak Alga rasakan lagi debar-debar kerinduan pada perempuan di depannya itu. Entah mengapa, tak ada rasa senang, tak ada rasa menggebu seperti dulu, perasaannya perlahan telah hilang tertelan waktu. Jarak yang membentang diantara mereka, kesibukannya ... dan pikirannya yang dipenuhi tentang Munah sepertinya mengikis segala rasa di hatinya.


Hampir setahun berlalu, dia fikir dengan kepergian Munah, dia bisa melanjutkan hubungannya dengan Hani, menyusun masa depan baru bersama kekasihnya itu, terlebih orang tuanya telah membebaskan dirinya jika ingin menikah lagi dengan perempuan manapun pilihannya karena tak kunjung mendapat kabar tentang keberadaan Siti maemunah dari Pa Arman, tapi dia salah. Dia terus berkutat dengan pencarian istrinya, sampai diapun menyewa orang untuk mencarinya, dia bahkan tak pernah lagi menghubungi Hani kecuali perempuan itu yang menghubunginya terlebih dahulu. Sampai saat ini, Hani sedang pulang ke indonesia, Alga bahkan tak bisa atau sengaja membuat banyak alasan untuk tak menjemputnya di bandara seperti dulu. Yah, dia benar-benar telah berhenti mencintai kekasihnya ... dan dia belum bisa mengungkapkan yang sebenarnya pada perempuan di depannya, apakah ia jahat pada Hani? entahlah,  Alga pun menyudahi lamunannya.


"Jam makan siang udah habis, Han ... aku harus kembali." Alga memandang jam mahal yang melingkar di lengannya.


"Ok ... aku juga sudah selesai nih." jawab Hani. Perempuan itu mulai berkemas. 


"Aku antar kamu pulang?" Tawar Alga melihat Hani selesai bersiap.


"Ok ...." 


Algapun bangkit dari tempatnya, pandangannya menyapu seluruh ruangan resto, berharap menemukan sosok yang dicarinya, tetapi Lelaki itu tak melihat Munah  lagi. 


"Aku ke toilet sebentar ya ... tunggu di mobil," bisik Alga pada Hani dan langsung dibalas anggukan perempuan itu.


Untuk menuntaskan rasa penasarannya Alga  menghentikan seorang pramusaji yang melintas begitu dilihatnya Hani sudah keluar.


"Maaf mba ... tadi saya melihat ada karyawan cantik yang memiliki warna mata hijau, sekarang ko gak ada?" tanya Alga lugas. Perempuan yang ditanya nampak mengerutkan kening dan berpikir.


"Oh ... Maemunah kan? tadi pergi diajak Bos," jawab perempuan berkerudung itu dengan enggan. Alga hanya tersenyum. 


"Makasiih ya ...," ucapnya sambil bergegas pergi dari tempat itu. Dia harus mencari tahu tentang Munah dari Leo. Yah ... ia harus menghentikan pelarian istrinya tersebut.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Istri yang Lari di Hari Pernikahannya (Indonesia)   BERDEBAT

    Munah termangu di sebuah ruang perawatan. Di depannya terbaring lelaki yang masih tak sadarkan diri. Lelaki itu adalah Alga yang secara kebetulan mengalami kecelakaan. Tanpa saudara, tanpa kerabat, tanpa teman, tanpa istri, lelaki itu terbaring sendirian membuat Munah tak tahu apa yang harus ia lakukan terhadapnya.Haruskah ia menghubungi keluarga laki-laki itu? Tapi bagaimana ia bisa menghubunginya? Munah benar-benar merasa begitu bingung.Munah memandangi raut Alga yang terlihat lebam di beberapa bagian. Wajahnya terlihat menyedihkan dan tanpa sadar, perasaan bersalah mulai menjalari hati Munah. Kalau saja ia tak pergi dengan Leo ... teringat akan Bosnya itu Munah bermaksud untuk menghubunginya dan beralasan ia tak enak badan hingga memutuskan untuk pulang diam-diam ... tetapi baru mengambil ponselnya di dalam tas, benda pipih itu bergetar menandakan sebuah pesan masuk ke aplikasi mesenggernya.[Di mana?] Munah membaca kalimat singkat yang ternyata dari Leo tersebut. Mendesah untuk

  • Istri yang Lari di Hari Pernikahannya (Indonesia)   KEJADIAN TAK TERDUGA

    Hari ini Munah pergi dengan Leo. Perempuan itu menemani Bosnya mengadakan pertemuan bisnis sekaligus makan malam. Ia sudah minta ijin Alga tak bisa memasak untuk lelaki itu, meski terkesan marah pada akhirnya Alga membolehkannya pergi. Sebenarnya Munah merasa tak enak pada lelaki itu, tetapi ia juga sudah terikat perjanjian dengan Leo untuk menjadi kekasih palsunya karena ia sudah menerima uang pemberian dari Bosnya itu.Munah sudah berdandan dengan ayu walaupun hanya memakai riasan yang natural dan memakai gaun yang sederhana, dan Leo sama sekali tak keberatan dengan penampilan Munah saat ini, sesuatu yang membuat perempuan itu bisa bernapas dengan lega.Mereka berdua telah duduk bersisian di sebuah meja yang telah direservasi sebelumnya, makanan yang mereka pesan pun sudah datang, tetapi rekan bisnis Leo belum juga muncul. Munah mendadak menjadi gelisah, seakan ia yang memiliki janji meeting hari ini, sedangkan Leo malah tak terlihat cemas, lelaki itu malah terkesan santai dan cuek

  • Istri yang Lari di Hari Pernikahannya (Indonesia)   BERHASIL LARI

    Langkah Munah terhenti membuat Alga heran. Lelaki itu menatap Munah bingung. "Kamu kenapa?" katanya. Munah reflek mencengkeram lengan Alga."Ada apa?" tanya lelaki itu kembali."Kita pergi dari sini saja!" Langkah Munah perlahan mulai mundur. Matanya menatap teras kostnya dengan waspada. Dua orang anak buah Toni yang sembari tadi duduk santai mulai berdiri melihat aksi perempuan yang berjarak hanya beberapa meter di depan mereka. Alga yang mulai memahami situasi karena curiga dengan keberadaan dua lelaki besar di depan teras kostan Munah bergerak cepat menarik lengan istrinya tersebut dan lari menuju mobilnya. Anak buah Toni langsung mengejarnya. Terseok-seok Munah mengimbangi langkah-langkah lebar kaki panjang Alga, dan pada akhirnya mereka bisa mencapai mobil lalu dengan gerak cepat Alga dapat menghidupkannya untuk segera melajukannya agar terhindar dari kejaran anak buah Toni. Terdengar teriakan dan makian dua orang bertubuh besar itu ketika incarannya berhaasil kab

  • Istri yang Lari di Hari Pernikahannya (Indonesia)   KETAHUAN

    Jam kerja hampir berakhir. Munah terus memikirkan berbagai macam cara untuk menolak secara halus ajakan Leo. Ia tak bisa membayangkan akan bertemu dengan keluarga lelaki itu meski hanya untuk membantunya bersandiwara. Lagi pula ia sudah punya rencana pergi ke tempat kos nya untuk mengambil barang-barangnya. Arrgh ... kepala perempuan itu mendadak begitu pening, ia pun memijit mijitnya berharap semua yang berjejal di otaknya menghilang, tetapi hal itu tak jua berhasil hingga akhirnya ia segera melanjutkan pekerjaannya agar segera selesai meski dengan otak yang begitu penuh.Munah sedang membereskan dapur, mencoba fokus dengan yang ia kerjakan ketika terdengar suara langkah kaki mendekatinya. Kegiatan perempuan itu menjadi terhenti. Ia bisa menduga siapa yang mendatanginya."Ehemm ... pekerjaannya sudah selesai?" Suara yang Munah kenali sebagai milik Leo terdengar begitu lembut. Dugaannya tak meleset, tetapi Munah tak segera berbalik, ia masih membelakangi Bosnya itu. Ma

  • Istri yang Lari di Hari Pernikahannya (Indonesia)   MIMPI

    "Munah ... berhenti ... jangan lari ....!" Teriakan itu menggema menebarkan ketakutan di dada Munah. Perempuan itu terus berlari meski keringat bercucuran membasahi tubuhnya."Munah berhenti!" Suara itu terdengar semakin dekat. Diantara deru napasnya yang memburu, Munah berulangkali menoleh ke belakang tuk memastikan sosok yang mengejarnya sudah jauh. Tetapi sosok tinggi itu semakin dekat, meski tenaganya sudah ia kerahkan sekuat mungkin, nyatanya bukan senakin jauh tetapi sosok itu semakin dekat hingga hanya beberapa langkah saja bisa menyamainya."Jangan dekat-dekat!" seru Munah putus asa."Aku takan menyakitimu.""Orang lain yang akan melakukannya kalau aku tidak pergi.""Berhenti!""Tidak!"Munah terus mempercepat larinya saat sosok itu kian dekat mengejarnya. Wajahnya pucat pasi hingga ia tak lagi memperdulikan keadaan dan ia terjebak di tepi sebuah jurang. Wajahnya menatap batu terjal di bawah ujung jalannya. Otaknya menjadi bun

  • Istri yang Lari di Hari Pernikahannya (Indonesia)   BICARA

    Alga sedang menyantap masakan yang sudah Munah selesaikan ketika perempuan itu terus menatapnya dalam diam. Mereka duduk berhadapan di meja makan kecil di dekat dapur."Enak ...," komentar Alga. Munah menatap tak percaya karena makanan yang ia sajikan kini adalah sesuatu yang tak selesai ia masak tadi siang. Munah hanya mengolahnya lagi agar tidak menjadi sia-sia."Aku gak bohong. Coba kamu juga mencicipi hasil masakanmu alih-alih hanya terus memperhatikanku seperti itu," ucap Alga lagi dengan tersenyum.Munah masih memicingkan matanya seakan curiga Alga hanya berbohong. Tetapi akhirnya perempuan itu mulai menuruti Alga dengan mengambil sendok dan mulai memasukkan sedikit sup ke dalam mulutnya."Bagaimana? enak kan?"Munah menelan supnya hati-hati dan lelaki di depannya memang tidak berbohong. Supnya enak. Untuk lebih memastikan dirinya sendiri, perempuan itu mengambil jenis makanan lain dan ternyata rasanya sama, teta

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status