Share

Bab 2

Author: Sammy
"Baik, Dokter Jafar!" jawabku dengan wajah memerah dan suara gemetar.

Aku memang selalu memakai pakaian dalam putih sejak kecil. Pantas saja libidoku begitu rendah.

Kemudian, dia melepas braku dan memperlihatkan payudaraku yang bergetar ....

"Gimana rasanya?"

Sebelum aku sempat bereaksi, Dokter Jafar sudah mengulurkan tangannya untuk menggenggam dan meremas payudaraku.

Aku menggigit bibir bawahku karena malu dan menjawab, "Ng ... nggak ada rasa apa-apa."

Wajahku memerah karena malu ....

Dia meningkatkan tekanan remasannya dan berdiri dari kursi. Sentuhannya yang lembut menjadi sedikit lebih kasar, tetapi tidak menyakitiku. "Sekarang?"

"Ada, ada."

Disentuh seperti ini oleh orang asing di ruangan yang remang-remang, aku secara naluriah mencengkeram seprai dengan kuat dan mendesah.

"Sensitivitas tubuhmu terlalu rendah."

Dokter Jafar mengucapkan diagnosisnya saat ini. Kemudian, satu tangannya menelusuri pusar dan perut bagian bawahku ....

Aku mau tak mau gemetar sejenak dan secara naluriah menahan tangannya untuk menghentikannya melanjutkan gerakannya.

"Ada apa?" tanyanya sambil menatapku dengan bingung.

"Nggak apa-apa, cuma ... agak gugup."

"Santai saja. Sebentar lagi, kamu akan merasa baik-baik saja," hiburnya sambil meraih tanganku yang menahannya dan perlahan-lahan melepaskannya. Sebelah tangannya lagi menepuk-nepuk bokongku.

Aku memalingkan wajah dan tidak berani menatapnya. Aku menarik napas dalam-dalam dan berusaha sesantai mungkin untuk memudahkan pengobatannya.

Dia mengangkat pinggulku sedikit, lalu menurunkan rokku yang masih bertengger di pinggang. "Kamu sendiri yang mencukurnya?"

Aku menggigit bibir bawahku dan menggeleng. "Nggak, ini alami ...."

"Indah sekali!"

Saat dia berbicara, aku samar-samar mendengarnya menelan ludah. Aku pun bertanya-tanya apakah itu hanyalah ilusiku.

"Nanti, aku akan bersihkan kamu dengan teknik pengobatan leluhurku."

Seusai berbicara, dia mengeluarkan sebuah penutup mata dan melanjutkan, "Kamu terlalu gugup. Pakai ini dan biasakan dirimu dengan lingkungan asing ini. Ini akan merangsang tubuhmu dan membantumu rileks. Ingat, jangan melepasnya. Aku sedikit banyaknya akan menyentuh bagian pribadimu. Aku khawatir kamu merasa nggak nyaman atau menolaknya ...."

Aku memakai penutup mata itu dengan patuh dan mengangguk.

Pandanganku menjadi gelap. Seperti yang dikatakan oleh Dokter Jafar, aku samar-samar bisa merasakan tubuhku menjadi lebih sensitif. Aku bahkan sedikit menantikan sesuatu ....

Ternyata memang berefek ....

Tiba-tiba, ada sesuatu yang menyelimuti dadaku dan terasa hangat. Berhubung diliputi rasa malu, tubuhku menjadi makin sensitif dan mulai gemetar .... Namun, aku tidak berani bergerak karena takut mengganggu pengobatannya.

Dia berdiri dan menepuk-nepuk bokongku. "Sekarang sudah lebih sensitif dari sebelumnya, 'kan?"

Aku mengangguk. "Emm, benar."

"Oke, mari kita lanjutkan ke langkah berikutnya. Aku akan bersihkan kamu."

Setelah itu, dia bergerak ke bagian bawah tubuhku.

Aku tidak tahu bagaimana dia membersihkanku dan itu membuatku merasa sangat tidak nyaman. Sentuhan yang tak terjelaskan itu membuatku secara naluriah mengangkat bokongku ....

"Emm, Dokter, mau cuci berapa lama? Aku mau ke kamar mandi," tanyaku dengan canggung.

Dia tiba-tiba berhenti. "Tahan dulu, masih butuh waktu beberapa saat. Tubuhmu kelebihan panas yang terlalu banyak hingga hampir membentuk racun panas yang menyumbat respons sarafmu .... Kamu harus dibantu dengan teknik khusus untuk lancarkan sirkulasi darahmu. Jangan keberatan, ya."

"Oke!" Aku menggerakkan tubuhku dan menyetujuinya dengan enggan.

Selanjutnya, aku merasakan tangannya yang kuat dan kasar di dadaku, lalu perlahan-lahan meluncur turun ke perut dan berhenti di antara kedua kakiku.

"Gimana rasanya?"

Seluruh tubuhku menegang. Aku mencengkeram seprai erat-erat dan menjawab dengan jujur, "Agak kurang nyaman dan aneh."

"Santai, jangan gemetar."

Hanya saja, tepat pada saat aku rileks, dia tiba-tiba memasukkan tangannya. Stimulasi tiba-tiba itu hampir membuatku menjerit dan kakiku menendang tanpa sadar. Aku tidak dapat menggambarkan perasaan itu dengan kata-kata.

"Jangan gugup. Santai .... Tahan sebentar lagi. Kamu akan merasa lebih baik setelah ini," ucapnya dengan tenang.

Gerakannya menjadi makin aneh. Jari-jarinya mengusap lembut setiap lembarnya ....

Tubuhku gemetar hebat. Secercah harapan yang telah lama hilang juga samar-samar tumbuh dalam hatiku ....
Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Istri yang Libidonya Rendah   Bab 6

    Naluriku untuk bertahan hidup membuatku meninju matanya dengan kuat. Dia pun melepaskanku dengan kesakitan.Aku jatuh ke lantai karena panik, sedangkan lututku terasa sangat sakit. Akan tetapi, aku segera bangkit dan berlari ke bawah tanpa ragu.Aku berlari keluar, tetapi jalanan sangat sepi. Hanya ada lampu jalan yang memancarkan cahaya redup.Aku berlari dengan makin kencang dan tidak sengaja menabrak seorang polisi lalu lintas."Tolong! Tolong!"Pintu mobil terbuka dan beberapa petugas segera turun dengan memegang tongkat dan pistol. Mereka mengamati sekeliling dengan waspada."Ada yang ingin membunuhku! Dia ada di rumah itu!" ujarku sambil menunjuk rumah di belakangku dengan suara gemetar.Tidak lama kemudian, suara yang nyaring memecahkan kesunyian dalam rumah. Polisi segera mengawal Dokter Jafar ke mobil polisi, lalu menginterogasiku dan menghiburku sebentar.Setelah meninggalkan kantor polisi, aku pergi ke hotel dan duduk di tempat tidur dengan keadaan masih terguncang. Setelah

  • Istri yang Libidonya Rendah   Bab 5

    "Dasar orang gila! Gila!"Melihat ada yang tidak beres, Dokter Jafar segera membuka pintu dan kabur. Setelah dia pergi, aku keluar dari kamar dan melihat suamiku tertidur lelap di sofa.Dia benar-benar kejam!Aku kembali ke kamar tidur dan meraih ponselku, lalu membuat beberapa salinan video yang baru saja kurekam. Ini adalah bukti kejahatannya. Bukti ini cukup untuk membuatnya dipenjara bertahun-tahun, tetapi aku masih ragu.Aku dengan angkuhnya pergi ke klinik pengobatan tradisional Dokter Jafar yang terletak di sebuah gang. Saat melihatku datang, dia terlihat sangat ramah dan membawaku masuk ke ruang pemeriksaannya.Aku mengeluarkan ponselku dan mengirimkannya sebuah video. "Katakan padaku, kenapa suamiku setuju kamu melakukan hal ini padaku. Aku nggak percaya ini untuk obati aku."Dia menatap ponselnya dengan wajah pucat pasi. "Tunggu. Kalau ada masalah, kita bisa bicara baik-baik. Hapuslah video-video ini."Aku tidak mau berbicara omong kosong dengannya dan hendak berbalik untuk p

  • Istri yang Libidonya Rendah   Bab 4

    Sebelum menyelesaikan ucapannya, Dokter Jafar mengeluarkan video keadaanku yang penuh gairah di kliniknya tadi."Aku baru saja tunjukkan video ini ke suamimu dan dia bisa menerimanya, lho ...."Aku menggigit bibir bawahku. Bagaimana mungkin suamiku setuju?"Jangan menatapku seperti itu. Kamu cuma akan membuatku makin bergairah. Hahaha ...."Aku mengangkat kakiku dan menginjak punggung kakinya dengan kuat. "Sialan!" umpatnya. Kemudian, dia langsung langsung melepaskan aku dan bertopang pada kursi di samping sambil menggoyang-goyangkan kakinya.Dia memelototiku dengan tatapan berapi-api dan menyeringai penuh nafsu. "Aku paling suka yang galak-galak sepertimu. Menindas yang sepertimu baru terasa seru."Dia menurunkan kakinya, lalu hendak menerkamku lagi. Aku buru-buru menghindar, membuka pintu, dan langsung berlari ke dapur di mana suamiku berada. "Ngapain kamu di sini? Cepat suruh Dokter Jafar mengobatimu! Aku bisa tangani urusan di sini sendiri," kata suamiku dengan acuh tak acuh.Pad

  • Istri yang Libidonya Rendah   Bab 3

    Dokter ini sungguh luar biasa. Pengobatannya benar-benar terlihat hasilnya ....Aku menarik napas dalam-dalam dan perlahan-lahan mengendurkan otot-ototku. Saat aku mulai rileks, dia juga meningkatkan tekanannya."Ah! Pelan dikit! Pelan dikit!""Oke, tahan saja dulu. Ini harus dilanjutkan sebentar lagi untuk sembuhkan kamu sepenuhnya.""Ah!" Aku memaksakan diri untuk mengangguk setuju.Aku secara refleks menekuk kakiku, lalu menekan kakiku ke tempat tidur dan menyandarkan tubuhku lebih dekat ke kepala tempat tidur. Melihat ini, dia meraih kakiku dengan kedua tangan dan menarikku kembali ke posisi semula. "Jangan bergerak! Kamu harus kerja sama denganku! Dengan begitu, penyakitmu baru bisa sembuh total. Kendalikan dirimu."Kemudian, dia memukul bokongku dengan kuat. Aku pun menelan ludah dengan malu. Gila! Aku benar-benar bisa dibuat gila olehnya. Akan tetapi, aku masih memaksakan diri untuk berbicara dengan suara serak dan penuh rasa malu, "Maaf! Maaf! Aku nggak bisa menahannya. Rasan

  • Istri yang Libidonya Rendah   Bab 2

    "Baik, Dokter Jafar!" jawabku dengan wajah memerah dan suara gemetar.Aku memang selalu memakai pakaian dalam putih sejak kecil. Pantas saja libidoku begitu rendah.Kemudian, dia melepas braku dan memperlihatkan payudaraku yang bergetar ...."Gimana rasanya?"Sebelum aku sempat bereaksi, Dokter Jafar sudah mengulurkan tangannya untuk menggenggam dan meremas payudaraku.Aku menggigit bibir bawahku karena malu dan menjawab, "Ng ... nggak ada rasa apa-apa."Wajahku memerah karena malu ....Dia meningkatkan tekanan remasannya dan berdiri dari kursi. Sentuhannya yang lembut menjadi sedikit lebih kasar, tetapi tidak menyakitiku. "Sekarang?""Ada, ada."Disentuh seperti ini oleh orang asing di ruangan yang remang-remang, aku secara naluriah mencengkeram seprai dengan kuat dan mendesah."Sensitivitas tubuhmu terlalu rendah."Dokter Jafar mengucapkan diagnosisnya saat ini. Kemudian, satu tangannya menelusuri pusar dan perut bagian bawahku ....Aku mau tak mau gemetar sejenak dan secara naluriah

  • Istri yang Libidonya Rendah   Bab 1

    Sebelum aku sempat berbicara, pria tampan dan tegap itu langsung mengenaliku. Dia membawaku ke lantai dua sambil menanyakan detailnya.Aku menjawab dengan malu, "Aku juga mau tidur dengannya. Tapi, setiap kali dia menyentuh bagian pribadiku, aku merasa nggak nyaman dan menolak secara naluriah."Pria itu berbalik. Tangannya yang kuat mengusap bokongku, lalu meremasnya dengan kuat ....Aku secara naluriah melangkah mundur, lalu menatap wajahnya yang tegas ...."Kamu ...." Baru saja aku mengucapkan sepatah kata, dia sudah menyela, "Bu Tania, jangan salah paham. Aku cuma mau menguji reaksi normalmu waktu kamu lengah ...."Ekspresinya terlihat profesional dan aku pun menahan rasa gelisahku.Kemudian, dia bertanya, "Apa kamu pernah punya pengalaman seksual yang buruk sebelumnya?"Aku menggeleng."Penyakit ini bisa disembuhkan!"Aku langsung merasa senang. Dia berhenti sejenak sebelum melanjutkan, "Pengobatannya harus dengan teknik pengobatan tradisional yang diwariskan keluargaku secara tu

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status