Share

Bab 50

Penulis: Suci Komala
last update Terakhir Diperbarui: 2024-11-30 18:14:44

Sesuai dengan ucapan Alana, jika dirinya akan menyerahkan Rajendra setiap pagi dan jika weekend tiba maka dirinya terbebas dari sang bayi. Ya, saatnya ia menikmati liburan. Seperti hari sabtu ini. Alana memilih untuk menghadiri reuni kampusnya.

Pagi-pagi sekali Alana sudah memilih dan memilah baju mana yang cocok untuk mereka pakai. Cukup membingungkan karena koleksi t-shirt mereka cukup banyak dengan ragam warna.

Setelah sepuluh menit memilah, akhirnya Alana memilih t-shirt berwarna merah karena kebetulan dari brand lokal. Lekas ia membangunkan Liana dan Ilana untuk pergi mandi.

Saatnya Alana membereskan tempat tidur kedua putrinya dan area sekitar.

"Selesai!" ucapnya diiringi dengan embusan napas lega.

"Kita mau ke mana, sih, Mi?" tanya Liana yang baru saja keluar dari kamar mandi.

"Kita mau jalan-jalan, Mi?" timpal Ilana.

Alana tersenyum. "Iya. Kita happy-happy aja. Nanti juga bakal banyak temen Mami dan kalian juga bakal punya temen baru di sana."

Liana dan Ilana mengangguk-
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Istri yang Tak Bisa Melahirkan Anak Laki-Laki   Bab 75

    Lima tahun berlalu. "Kalian jangan sedih lagi!"Suara bariton berhasil membuat Alana, Liana, Ilana dan Alina menoleh. Mereka tersenyum melihat siapa yang datang. "Papa!" sorak Alina senang sambil berlari menghampiri diikuti oleh kedua kakaknya. "Om udah pulang rupanya. Mana oleh-oleh buat aku?" cecar Liana. "Buatku juga, mana?!" timpal Ilana. Alana mengusap batu nisan di hadapannya, lalu berdiri dan turut menghampiri. "Eh, masa sambutannya begitu. Mami gak ajarin kalian seperti itu, loh!"Ketiga putri Alana terkekeh-kekeh. Lain halnya dengan pria tampan yang sedang merangkul ketiganya. "Tidak apa-apa. Aku memang sudah siapkan hadiah buat mereka, kok."Alana hanya bisa pasrah. Rey --pria kedua setelah ayah Rey yang dekat dengannya, kini berhasil menjelma menjadi sosok ayah untuk ketiga putrinya. "Kok, tau kami di sini?" tanya Alana. "Sekuriti bilang kalian berangkat lebih pagi karena katanya mau ke pemakaman dulu."Alana tersenyum. "Anak-anak lagi kangen sama Bi sum. Maklum sa

  • Istri yang Tak Bisa Melahirkan Anak Laki-Laki   Bab 74

    "Loh, Pak Kevin?!" Toni terperangah saat dirinya hendak ke luar akan pulang. "I-ini beneran Bapak? Anda sudah sehat?" ucapnya lagi sembari mengamati Kevin. Kevin menerobos masuk, tak peduli dengan ocehan Toni. Toni pun akhirnya mengikuti langkah Kevin. "Saya ambil kuncinya dulu, Pak," kata Toni, saat melihat Kevin hendak masuk ruangannya. Tidak berselang lama Toni datang membawa kunci, bahkan dirinya yang membuka. Tiba di ruangan, Kevin lekas berdiri di depan brankas dan mencoba membukanya. Sampai dua kali Kevin mencoba membuka, tetapi tidak bisa. "Ada yang mengganti PIN'nya?""Selama Anda tidak masuk kantor, tidak ada yang berani masuk, Pak. Lagipula, ruangan Bapak saya kunci," jawab Toni, "Mungkin PIN yang Anda masukan salah, Pak. Maaf, silakan diingat-ingat lagi," lanjut Toni. Pernyataan Toni benar adanya. Kevin terdiam mencoba mengingat. Setelah sekian lama, akhirnya Kevin berhasil membuka brankasnya. Diambilnya sejumlah uang dan menutupnya kembali. "Pak Toni, tolong pang

  • Istri yang Tak Bisa Melahirkan Anak Laki-Laki   Bab 73

    Keesokan harinya Kevin memutuskan untuk kembali ke Jakarta. "Di mana anak-anak?" tanya Kevin kepada Alana saat dirinya hendak menaiki mobil Fadli. "Mereka tidak ingin berpamitan dengan Papinya?"Alana tersenyum miring. "Rasanya tidak. Bukankah semalam mereka berpesan agar hati-hati di jalan pagi ini?"Kevin terdiam. Ya, Alana benar. Semalam Kevin sempat mengobrol dengan Liana dan Ilana. Keduanya bereaksi di luar dugaan, terlebih-lebih Ilana. Biasanya gadis itu terlihat sangat peduli, tetapi semalam ia acuh tak acuh. Liana dan Ilana hanya mengangguk dan mengatakan agar Kevin cepat sembuh saja. Merasa janggal? Tentu saja. Akan tetapi, Kevin memilih diam karena ia masih berpura-pura hilang ingatan. Kevin bergegas masuk dan meminta Fadli untuk segera meninggalkan kediaman Alana. Alana. Wanita berparas cantik itu hanya diam terpaku melihat kepergian mobil Fadli. Ada rasa sakit, rasa sesal, sekaligus rasa kecewa dalam dada. Kevin dalam genggamannya, mengapa dibiarkan pergi begitu saja? A

  • Istri yang Tak Bisa Melahirkan Anak Laki-Laki   Bab 72

    Hari demi hari Kevin lalui dengan rasa bahagia. Bagaimana tidak? Sandiwara pingsannya waktu lalu membuat dirinya diperhatikan oleh Alana. Perhatian dan sikap Alana yang lembut mampu membawa ingatan Kevin ke masa dahulu. Masa sebelum hadirnya Melani. Seperti pagi ini. "Istirahatlah!" ucap Alana lembut setelah memberikan Kevin sebutir tablet berupa vitamin. "Tunggu!" Kevin mencekal lengan Alana saat wanita itu hendak pergi. Alana menoleh. "Ada apa?"Bukannya jawaban yang di dapat, Alana dibuat terkejut karena Kevin mengecup punggung tangannya. Kecupan lembut Kevin mampu membuat hatinya berdesir. Cepat-cepat Alana menarik tangannya. "Ma-Mas perlu apa?"Kevin tersenyum. Senyuman manis yang sudah sekian lama tak terlihat oleh Alana. Alana berdehem dan berpaling muka. Jangan! Jangan sampai ia terbuai dengan senyuman itu. 'Ingat Alana, Mas Kevin hilang ingatan. Jika saja ingatannya sudah kembali, kamu dan anak-anakmu tetap menjadi urutan kesekian di hatinya'. Alana bermonolog dalam hatiny

  • Istri yang Tak Bisa Melahirkan Anak Laki-Laki   Bab 71

    Alana mendorong tubuh Kevin sekuat tenaga. Berhasil, pria itu terdorong dari tubuhnya. Alana segera bangkit sambil mengusap bibirnya. Ia merasa jijik karena bibir Kevin meluncur bebas di sana. Namun, alih-alih segera pergi dari sana, Alana dikejutkan dengan Kevin yang tertelungkup di lantai. "Mas Kevin?" sapa Alana, "Mas?"Alana membatin. "Apa dia pingsan?" Alana berjongkok untuk memastikan. Sambil menepuk-nepuk pundak Kevin, Alana terus memanggil nama pria itu. Akan tetapi, nihil. Kevin tak kunjung bangun. "Bi? Bi Sumi!" teriak Alana panik. Tidak berselang lama Sumi datang. "Iya, Bu, ada ap --ya Tuhan, Bapak kenapa?" Sumi tak kalah panik. "Gak tau, Bi. Tolong bantu angkat, Bi!"Kini, Kevin sudah terbaring di kasur. Rupanya ia pingsan. Setelah tadi Alana menciumkan wewangian, Kevin sadarkan diri. Alana menghela napas lega. Pantas saja ketika Kevin menindih tubuhnya terasa sangat berat, ternyata Kevin pingsan. Menurutnya pingsan Kevin sangat menyebalkan. Bagaimana bisa bibir Ke

  • Istri yang Tak Bisa Melahirkan Anak Laki-Laki   Bab 70

    Dua hari setelah Alana tahu sebuah kebenaran tentang Melani, akhirnya pagi ini ia akan mengambil keputusan. Alana meminta Fadli untuk datang. Apalagi kalau bukan untuk merepotkan dokter itu lagi. "Ada apa?" tanya Fadli saat duduk di teras. "Kapan ada waktu senggang?""Kebetulan hari ini. Ada apa?""Tolong antar Mas Kevin ke Jakarta.""Jadi, sudah mengambil keputusan?"Alana mengangguk. Hatinya sudah yakin jika berpisah dengan Kevin adalah jalan terbaik. Ia tidak mau Liana terus-menerus bersikap dingin terhadapnya. Niat hati datang ke desa untuk memperbaiki mental putrinya. Akan tetapi, karena ulah Alana sendiri yang merawat Kevin justru memperburuk keadaan. "Apa kamu bersedia aku bikin repot lagi?""Tentu saja. Selama aku mampu, aku akan membantumu. Apa pun itu!"Alana tersenyum, lalu memberikan secarik kertas bertuliskan alamat rumah Kevin yang sudah ia siapkan sedari malam. "Tapi, tolong ... jangan katakan kepada siapapun, baik itu mertuaku atau Melani kalau aku yang menolong M

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status