Share

Istri yang Tak Diinginkan
Istri yang Tak Diinginkan
Author: Rosa Uchiyamana

1. Malam Pertama

last update Last Updated: 2022-10-01 13:15:12

Feli beranjak dari tepian ranjang saat seorang pria berkemeja putih memasuki kamar mewah nan luas ini. Bibir Feli mengulas senyuman lebar. Menyambut pria itu yang sudah berganti status menjadi suaminya sejak siang tadi.

Dia Archer Space Ivander. Pria tampan berwajah campuran Indonesia-Rusia. Tingginya yang hampir mencapai 190 cm membuat siapapun yang ada di dekatnya seketika menciut. Archer disukai banyak orang karena sifatnya yang baik dan hangat.

Hal itu jugalah yang membuat rasa cinta di hati Feli untuk pria ini mengakar kuat di hatinya sejak beberapa tahun yang lalu.

“Archer, aku udah nyiapin air hangat buat kamu. Mau mandi sekarang?” tawar Feli.

Ia mendekati suaminya. Mengulurkan kedua tangan, berinisiatif untuk melepas kancing kemeja Archer. Feli ingin menjadi istri yang baik untuk suaminya ini.

Namun, saat jemari Feli baru membuka kancing teratas kemeja putih itu, tangannya tiba-tiba ditahan oleh Archer.

“Kamu pikir, aku menikahi kamu karena mencintaimu?”

Feli tersentak. Tatapan Archer mendadak berubah tajam dengan suaranya yang dingin. Tak ada lagi suara lembut dan tatapan hangat yang semula Archer tunjukkan padanya.

“Archer… apa maksud kamu? Bukannya sebelum kita menikah, kamu selalu bilang kalau kamu mencintai aku?”

“Lalu kamu percaya begitu saja?” Archer tersenyum samar, senyuman yang tampak sinis dan menakutkan. Ia maju perlahan, yang membuat Feli mundur secara spontan. “Naif sekali kamu, Feli. Seharusnya kamu nggak mempercayaiku sejak awal.”

Feli mendadak linglung. Ia menggelengkan kepalanya dengan cepat, mencoba menghalau rasa pusing yang tiba-tiba menderanya. Ada apa ini? Kenapa Archer berubah dalam sekejap?

“Jadi semuanya palsu?” gumam Feli, “sikap manis yang kamu perlihatkan sebelum menikah sampai pesta pernikahan kita siang tadi, semuanya hanya sandiwara?”

“Ya.” Archer berhenti tepat di hadapan Feli yang sudah terpenjara di dinding. Kedua tangannya tersembunyi di kantong celana.

“Aku bukan orang yang mudah melupakan kesalahan di masa lalu, Feli. Kekasihku cacat karena kamu. Apa menurutmu, aku mau mencintai orang yang sudah menghancurkan masa depan wanita yang kucintai?”

Feli membeku. Sudut hatinya terasa nyeri begitu mendengar Archer masih menyalahkannya atas kejadian tiga tahun lalu. Rupanya dendam itu masih ada. Archer masih membencinya. Feli merasa bodoh karena mudah terbuai dengan sikap dan ucapan manis Archer selama satu bulan terakhir ini.

“Lalu kenapa kamu mau menerima perjodohan ini, Archer? Kenapa kamu nggak nolak sejak awal?”

“Karena aku ingin memberi kamu pelajaran!”

“Pelajaran?” Feli tersenyum perih. “Maksudmu, kamu ingin balas dendam sama aku? Begitu?”

“Ya.” Archer menarik dagu Feli agar mendongak ke arahnya. “Kamu sudah menghancurkan masa depan Belvina, Feli. Kedua tangannya cacat dan ginjalnya rusak akibat ulahmu. Tiga tahun yang lalu kamu malah kabur seperti seorang pengecut, tanpa bertanggungjawab sedikit pun atas kesalahan yang kamu lakukan,” ujar Archer dengan suara dingin.

Feli terdiam. Tangannya terkepal di sisi tubuh sembari meremas kain pakaiannya. Ia tak bisa mengelak. Archer benar, memang dirinyalah yang menyebabkan Belvina cacat permanen. Perasaan bersalah itu masih menggelayuti hati Feli. Setiap saat dan setiap waktu selama tiga tahun ini.

Bahkan Feli merasa malu saat berhadapan dengan Archer seperti sekarang. Sejak kejadian tiga tahun yang lalu Archer sangat membencinya. Dan bodohnya Feli, ia percaya begitu saja terhadap sikap manis yang Archer tunjukkan di depan kedua orang tuanya saat perjodohan mereka yang dimulai sejak satu bulan lalu.

Tiga tahun yang lalu, Feli melakukan kesalahan yang membuat Archer marah dan berbalik membencinya. Feli tanpa sengaja menabrak Belvina—kekasih Archer. Akibat kecelakaan itu kedua tangan Belvina mengalami cacat permanen dan satu ginjalnya rusak. Belvina memiliki cita-cita ingin menjadi violinist terkenal. Namun, karena tangannya cacat, ia bahkan tak bisa memainkan biola lagi. Seumur hidupnya.

Feli sudah mengakui kesalahannya dan meminta maaf. Itu kecelakaan yang tidak dia inginkan dan tidak disengaja. Feli tidak mengerti kenapa Archer bisa semarah dan sebenci itu kepadanya. Padahal dulu mereka berteman baik.

“Makanya sekarang aku datang padamu, Feli. Aku nggak suka melihat kamu berkeliaran bebas, melakukan aktifitas sesuka hati dan menjalani karirmu sebagai seorang designer yang sukses.”

Rahang Archer berkedut. Raut wajahnya tampak mengeras.

“Sedangkan Belvina? Hari-harinya dia habiskan dengan meratapi nasibnya, tangannya cacat dan dia kehilangan cita-citanya jadi violinist. Aku rasa, kamu cukup pintar untuk menyadari siapa yang bersalah dalam hal itu.”

Mata Feli terpejam ketika Archer tak berhenti menyalahkannya. Pria itu seakan tidak pernah puas memojokkan Feli. Seolah-olah Feli adalah penjahat dan manusia hina yang paling berdosa di muka bumi.

“Jadi apa maumu sekarang?” Tenggorokan Feli tercekat. Ia memberanikan diri membalas tatapan Archer yang tengah menatapnya dengan penuh kebencian. “Apa aku harus memotong kedua tanganku juga, Archer? Begitu maumu?”

“Anak manja dan pengecut seperti kamu nggak akan sanggup melakukannya.”

“Kalau memang dengan memotong tanganku bisa membuatmu puas. Lakukanlah. Aku bukan anak manja dan pengecut seperti yang kamu kira.”

Archer mendengkus pelan. Ia menarik tangan Feli dan membawanya ke dekat ranjang. Tubuh Feli terhempas ke atas kasur. Feli mundur saat Archer mendekat dengan tatapan paling dingin yang pernah Feli dapatkan dari pria yang dulunya hangat dan humble itu.

Archer benar-benar berubah. Feli tak mengenali sosok di hadapannya ini. Selain wajahnya yang semakin tampan dan maskulin, sifat Archer benar-benar berbeda. Dan Feli tahu, kesalahan yang ia perbuatlah yang menyebabkan Archer berubah jadi sosok yang tak berperasaan.

“Bukan tanganmu yang akan aku ambil darimu. Tapi kebahagiaan kamu.” Archer melepaskan dasinya. “Mulai hari ini status kamu sudah jadi istriku, Feli. Kebebasan kamu ada di tanganku. Aku yang akan mengendalikan kebahagiaanmu. Selama Belvina nggak bahagia, kamu pun nggak boleh bahagia.”

Feli tercenung. Ia tahu dirinya salah. Bahkan rasa bersalah itu semakin menggerogoti hatinya. Tetapi apakah harus ia diperlakukan seperti ini oleh Archer?

“Apa yang kamu lakukan? Menjauh dariku, Archer!” Feli beringsut mundur ketika Archer naik ke atas ranjang dengan bertelanjang dada.

“Apa yang akan aku lakukan?” ulang Archer, satu sudut bibirnya berkedut. Ia menarik kedua kaki Feli agar mendekatinya. “Tentu saja memberi orang tuaku cucu yang manis dan lucu dari menantu kesayangannya ini. Aku nggak mau mengecewakan mereka," ucap Archer, penuh intimidasi. Kata-katanya yang manis berbanding terbalik dengan ekspresinya yang kelam.

Feli menggeleng tak setuju. “Kamu memang suami aku, tapi aku nggak mau melakukannya dengan pria yang membenciku.”

“Sayangnya, kamu nggak bisa menolak.”

Feli berusaha menghindari Archer. Tangannya gemetar. Sorot mata pria itu masih sama tajamnya dengan tiga tahun lalu, saat Belvina terkapar bersimbah darah di tengah jalan. Lalu Archer menudingkan telunjuk ke arah Feli. Menyalahkan Feli atas semua yang terjadi kepada Belvina hari itu. Pertemanan Feli dan Archer hancur lebur. Yang tersisa hanyalah kebencian.

“Archer, aku mohon….” Feli berusaha memberontak ketika Archer memenjarakannya di atas kasur. Kedua tangan Feli terkunci di atas kepala oleh satu tangan Archer. “Biarkan aku menebus kesalahanku dengan cara lain.”

“Kamu terlambat, Feli.” Satu tangan Archer yang terbebas melepas paksa pakaian istrinya. “Kalau ingin bertanggungjawab, seharusnya kamu lakukan dari dulu. Bukannya malah lari seperti seorang pengecut!”

***

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (29)
goodnovel comment avatar
delviana Indah
Archer kamu jahat
goodnovel comment avatar
Istna Zena cantik
Lama-lama juga bakal jatuh cinta
goodnovel comment avatar
Lina Lestari
baru awal baca, tunggu klo ud pertengahan, baru bisa comment tq u
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Istri yang Tak Diinginkan   Extra Chapter 12 (TAMAT)

    Setelah hampir empat jam mengasuh putra dan putrinya, Malik akhirnya bisa bernapas lega saat bertemu lagi dengan Kimberly. Raut muka istrinya itu tampak lebih cerah dan ceria. Sepertinya Kimberly sudah tidak badmood lagi gara-gara Malik berfoto dengan Yoana tadi.“Gimana anak-anak? Mereka rewel nggak?” Kimberly mengambil alih anak perempuan berpipi chubby dari pangkuan Malik.“Rewel sih nggak, tapi yah… cukup membuatku berkeringat.” Malik tersenyum dan mengedikkan bahu.Kimberly mengamati suaminya sesaat, lalu tertawa karena penampilan pria itu tampak acak-acakan. Ia mengecup pipi Malik dan berkata, “Terima kasih udah kasih aku waktu buat me time.”Malik mengerjap dan memegangi pipinya sambil bergumam, “Kita harus pulang sekarang, Sayang.”“Kenapa? Kan belum beli susu buat Timur di supermarket.”“Malam ini kita titipin anak-anak di Mami sama Papi aja, ya? Besok kita ambil lagi mereka pagi sebelum aku—Oke oke! Nggak jadi, aku cuma bercanda,” ralat Malik dengan cepat saat Kimberly mencub

  • Istri yang Tak Diinginkan   Extra Chapter 11. Time Flies

    Empat tahun kemudian.“Eh? Bukannya dia mantan pembalap itu, ‘kan?”“Iya, Jeng, yang kemarin ramai dibahas sama hampir semua orang tua murid itu, Jeng.”“Anaknya beneran sekolah di sini?”“Iya.”“Yang bener? OMG! Kita bakalan ketemu dia terus dong! Ganteng banget ya Tuhan.”“Itu kalau setiap hari dia antar jemput anaknya.”“Eh! Emang setiap hari tauk! Kalian berdua aja yang baru lihat. Pagi dan siang dia selalu antar jemput.”“Duh, suami idaman banget sih…. Beruntung banget yang jadi istri dia. Udah ganteng, kaya, perhatian sama anak, lagi. Ya Tuhan, mau yang begini satu aja, please.”Malik menghela napas berat. Ia tidak bermaksud menguping pembicaraan tiga atau empat wanita—entah yang pastinya berapa orang karena Malik tidak begitu memperhatikan—yang sedang membicarakan dirinya, tapi suara mereka terlalu jelas di telinga Malik, sehingga mau tidak mau ia harus mendengarkan dirinya menjadi bahan gosip ibu-ibu.Sudah satu minggu Timur masuk sekolah ke playgroup. Setiap hari Malik selalu

  • Istri yang Tak Diinginkan   Extra Chapter 10. Timur Malvin Rozano

    “Sayang! Gimana kondisi kamu? Apanya yang sakit?!” tanya Malik dengan raut muka menegang sambil berlari menghampiri ranjang yang ditempati Kimberly. “Perut aku sakit… pinggang aku juga panas.” Kimberly meringis kesakitan. Namun ada yang berubah dalam sorot matanya, ia seolah-olah merasa lega dan aman setelah melihat kedatangan suaminya. Malik merundukan badan, memeluk Kimberly dan mengecup keningnya berkali-kali. Ia berbisik, “Sabar, ya. Maaf aku terlambat.” “Bau!” Malik terkejut saat Kimberly mendorong dadanya. “Eh? Kenapa? Siapa yang bau?” “Kamu,” jawab Kimberly seraya menggigit bibir bawah, menahan rasa sakit yang kembali menyerang dan rasanya tak tertahankan. “Kamu bau debu.” “Ah, ini….” Malik menggaruk tengkuk dan menghidu tubuhnya sendiri. “Barusan aku naik motor, Sayang. Soalnya di jalan macet banget, nggak mungkin bisa sampai dengan cepat kalau aku tetap pakai mobil,” jelasnya sambil menggenggam tangan sang istri. “Apa perlu aku ganti baju dulu? Tapi aku nggak bawa baju c

  • Istri yang Tak Diinginkan   Extra Chapter 9. Kontraksi

    7 bulan kemudian.“Kakak, jangan lupakan aku. Aku juga adik kamu, adik yang paling ganteng!”“Diam!” Kimberly menjauhkan wajah Ernest dari hadapannya. “Kamu ngehalangin pemandangan aku tahu nggak?”Ernest cemberut.Kemudian Kimberly tersenyum lebar pada bayi berusia 4 bulan yang baru saja membuka mata, di atas kasur yang ia dan Ernest duduki.“Selamat siang Cheryl! Adiknya Kakak yang paling cantik! Nyenyak banget tidurnya ya?” goda Kimberly dengan nada bicara khas anak-anak.Cheryl tersenyum. Dia berguling sendiri hingga tengkurap.“Ugh! Jangan percaya sama kelembutan kakak kita, Dek, aslinya dia itu cerewet dan galak. Kamu kalau sudah besar nanti pasti jadi bahan omelan dia—auwh!” Ernest tiba-tiba mengaduh saat Kimberly menjewer telinganya.“Diam,” bisik Kimberly dengan kesal. “Jangan meracuni otak bayi dengan omongan kamu yang negatif itu ya!”“Aku ‘kan bicara apa adanya,” gumam Ernest sembari mengusap-usap telinga.Kimberly mendelik pada Ernest, lalu kembali tersenyum lebar pada Ch

  • Istri yang Tak Diinginkan   Extra Chapter 8. Babymoon II

    “Gimana perasaan kamu?” bisik Malik seraya mengelus pipi Kimberly dengan lembut.Kimberly terdiam. Harusnya ia yang bertanya seperti itu kepada Malik.Detik berikutnya, Kimberly tersenyum lebar, tangannya mengusap-usap perut dan berseru riang, “Anak kita sepertinya senang banget, Babe! Dia bikin perasaan aku jadi makin bahagia setelah lihat kamu ngendarain motor balap barusan!”“Benarkah?” Malik ikut tersenyum lebar.Kimberly mengangguk cepat. Ia langsung melompat ke pelukan Malik, melingkarkan tangan di leher pria yang masih memakai baju balapan yang dulu sering dia pakai. Malik terlihat tampan sekali dengan baju itu, mengingatkan Kimberly akan kebersamaan mereka sebelum menikah.“Terima kasih, ya! Aku jadi rindu nonton kamu balapan.” Kimberly terkekeh, suaranya terdengar teredam karena bibirnya terbenang di pundak Malik. “Kalau kamu? Gimana perasaan kamu sekarang?”“Perasaanku?” ulang Malik.“Hm-hm. Apa barusan bisa mengobati kerinduan kamu sama balapan?”“Iya.” Malik bergumam dan m

  • Istri yang Tak Diinginkan   Extra Chapter 7. Babymoon

    Jam dinding sudah menunjukkan pukul 23.25 waktu Andorra. Kimberly merebahkan tubuhnya di kasur berseprai abu tua. Matanya menatap plafon putih dengan penerangan lampu warm white.Mereka baru saja tiba di Andorra pukul 18.30 waktu setempat. Perjalanan ini atas inisiatif Kimberly yang mengidam ingin tidur di kamar Malik, di rumahnya yang ada di Andorra. Setelah mendengar keinginan istrinya, Malik langsung memesan tiket pesawat.“Ternyata begini rasanya ada di kamar kamu.” Kimberly terkekeh dan melirik Malik yang baru saja selesai memindahkan semua pakaian mereka dari koper ke dalam lemari.Tadi Kimberly berniat membantu, tapi Malik melarangnya dan malah menyuruhnya untuk istirahat.“Gimana rasanya? Aneh?” Malik melepas kaos putihnya dan menghampiri ranjang.“Nyaman banget!” Kimberly meringis, ia mengangkat kedua tangan ke atas untuk menyambut Malik yang baru saja menaiki ranjang dan memeluknya. Tangan Kimberly mengalung di leher Malik.Ia sempat menahan napas dengan jantung berdebar-deb

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status