Share

MBAK LEBAH

"Saya memang merasa bukan wanita yang menarik." Aida menjawab cepat.

"Tapi saya pensaran saja, seiseng apa owner dari apartemen ini sampai menaruh CCTV di setiap ruangan? Apa dia mau mengintimidasi tamunya?" desis Aida menambahkan.

 

"Wah, picik sekali pikiranmu tentang aku?" dan jelas membuat Reiko bersedakep, kesal.

 

"Pengalamanku seharian ini melihat skenario yang dibuat keluargamu dan dirimu terhadapku dan keluargaku, memang memaksaku untuk berpikir picik, Pak Reiko."

 

Hati boleh sakit mendengar untaian kalimat sarkas Reiko. Tapi Aida menimpalinya dengan sangat anggun memutar kata. Dia juga memberikan seutas senyum di bibirnya, tak sama sekali merasa terganggu dengan tatapan sinis dari pria berstatus suaminya itu.

 

"Semua tempat di rumah ini kecuali kamar-kamar tamu, kamar mandi tamu, itu tidak ada CCTV-nya. Aku tidak berniat menguntit tamuku, mengerti?"

 

Malas sebenarnya Reiko menjelaskan detail begini. Tapi memang Reiko tak mau ada kesalahpahaman yang menggiring opini. 

 

"Inget!" tambahnya lagi. "Aku bukan maniak berpenyakit mental yang suka mengintipi areal intim bagian tubuh orang lain. Apalagi ngintipin orang cacat," sentak Reiko yang kepalanya juga ngebul mendengar bagaimana Aida nampaknya selalu saja menemukan celah untuk membalasnya.

 

'Kenapa dia? Berbeda dengan banyak gadis desa lainnya. Anak ini pandai sekali bicara sih? Apa anak jaman sekarang memang seperti dia? Tak sopan sekali!' protes hati Reiko yang belum sempat ingin menyemprot Aida lagi

 

Tiiiit.

 

Sebuah suara mendistraksinya.

 

"Reiko sayang."

 

Dan sama halnya dengan Aida. Belum sempat menjawab lagi, suara dari pintu apartemen yang terbuka karena seseorang baru saja memasukkan PIN membuat perubahan pandangan matanya dan Reiko ke arah pintu. Tepat di saat seorang wanita terlihat dengan langkah lebarnya tak sabaran. Dia berlari kecil menghampiri dan langsung masuk dalam pelukan suami Aida itu.

 

Mmuuuuuuah!

Mendekap hangat, dengan senyum di keduanya tampak menunjukkan kerinduan satu sama lain yang saat itu juga membuat Aida merasa risi.

 

Ya Allah, Ya Rob, zina bibir ini sih,' bisik hati Aida yang membuang wajahnya sontak saat mendengar decakan dari dua bibir yang bersatu. Menjijikkan. Membuat Aida sebetulnya ingin menutup telinganya.

 

Tapi karena tak mau disangka iri hati atau ingin begitu juga, Aida memilih membuang wajah saja. Malas merespon lebih.

 

"Maaf ya, tadi aku terlambat dari rumah papa jadi ga sempat menjemput di workshop-mu."

 

'Jiahahaha, dia mau cepet-cepet pergi tadi dari rumah orang tuanya karena mau menjemput teman zinanya? Cih! Sampai memakiku spa seperempat jam, berbohong ke orang tuanya sendiri, Allahu Robbi!'

 

Nah, Aida memang masih mengingat jelas alasan Reiko saat izin pulang pada Rika. Gadis itu memang memiliki ingatan yang kuat. Makanya, lagi-lagi Aida mengambil garis merah antara kejadian itu dengan kenyataan yang dilihatnya sekarang. Makin ngedumel-lah dirinya.

 

"Hmm, aku kesel sih kamu ga jemput aku, sayang. Tapi udahlah, melihat wajahmu sekarang aku ga bisa marah lagi. Gemesss... kangen banget sama kamu, sayang. Apalagi sama pelukanmu yang hangat ini."

 

"Kamu pikir aku gak kangen juga, hmmm? Aroma tubuhmu ini selalu aku rindukan, strawberry scent with fruit and floral yang bisa menghilangkan stress-ku."

 

Mmuuuuuah

 

'Yah, mereka pelukan, tukeran liur lagi! Ish, Ya Rob, usir mereka dari hadapanku, usiiiir ya Rob, please dong, ill feel aku ngeliatnya. Pasangan zina la'natulloh!' tak sabaran sungguh hati Aida meski parasnya masih menunjukkan tanpa ekspresi.

 

'Emang aku akuin dia cantik dari atas ke bawah perfect, menonjol di bagian atas depan dan bawah belakang, suara merdu, tinggi, badannya langsing, orang kaya, berpendidikan pastinya juga. Tapi liat kelakuannya? Heeeeh! Ga da yang perlu aku iriin. Wanita yang pake parfume sewangi ini untuk menarik perhatian pria, tempatnya di dasar neraka! Na'udzubillah!'

 

Bisikan hati Aida yang sebetulnya sebagai wanita tentu saja melihat sosok tubuh wanita lain sempurna, pasti ada rasa ingin juga. Apalagi dirinya tak sempurna. Hanya saja, Aida masih waras. Dia melihat segala sisi dan cukup menjaga agamanya sehingga merasa lebih baik tentu saja.

 

Apa yang harus ia irikan dari manusia yang sedang berbuat dzalim pada diri sendiri dan menentang peraturan sang Khalik?

 

"Ehem, ehem," tak peduli, Aida akhirnya berdehem membuat kekasih Reiko melepas panggutan bibirnya dan menatap tak suka padanya.

 

"Oh, sayang kamu membawanya tinggal di apartemenmu? Dia--"

 

Tadi memang sepertinya Brigita tidak terlalu memperhatikan orang yang ada di dekat pintu kamar tamu yang terbuka. 

 

Fokus netranya hanya tertuju pada pria yang memang sudah menarik hatinya. Tapi kini Brigita melihat Aida dan matanya memerah, menatap tak suka sudah penuh dengan kebencian.

 

"Keluargaku sudah merundingkan ini dan yang paling masuk akal untuk menghilangkan kecurigaan kakekku adalah membiarkannya di sini, Bee."

 

"JADI KAMU AKAN BIARKAN DIA TINGGAL DI SINI SAYANG? DI APARTEMENMU?" jelas api kemarahan terlihat oleh Aida.

 

"Bee, aku tidak punya pilihan lain, cinta."

 

"KASIH TINGGAL DI KOSAN AJA SIH!" 

 

"Agak merepotkan dengan statusku, Bee. Tolonglah, Bee sayang, aku harap kamu menerimanya dan dia juga tidak akan mengganggu hubungan kita. Aku sudah perjelas semuanya."

 

'Wah … Bee, lebah gitu? Kirain aku salah denger. Tapi tiga kali si Royco panggil dia Bee. Jadi itu panggilan sayangnya, lebah? Hahaha. Pantesan wanita ini tak tahu malu. Datang-datang langsung menyengat suami orang. Dua manusia tak tahu malu di hadapanku dan sudah jelas semenjijikkan apa hubungan mereka sebelumnya.' negatif di dalam hati Aida yang mulai menerka-nerka keburukan di balik dinding saat mereka berdua. Aida bukan iri. Dia semakin risi melihat apa yang tadi dipandang matanya dan bahkan tak ingin membayangkan lebih jauh.

 

Dua orang belum menikah bersama melepaskan hasrat liar mereka, ingin rasanya Aida menuntut ke pengadilan agama supaya keduanya di sidang karena sudah merugikannya, mengkontaminasi pikiran warasnya.

 

"Kamu sudah perjelas semuanya, tapi gimana dia, sayang? Bisa aja dia menggodamu dong!"

 

Brigita tak mudah percaya. Dia mencak-mencak marah dengan jari telunjuknya menuding-nuding pada Aida.

 

Hilang sudah keanggunannya dari penampilan berkelas dengan kesan terpelajar Brigita yang terlihat dari pakaian kerjanya yang tertutup dan sopan. 

 

"Bee, aku gak akan kegoda dengannya!"

 

"Sekarang bilang begitu, tapi gimana nanti? Dia ada di sini sama aja dia seperti duri dalam daging, dia akan menusuk hubungan kita sayang!"

 

"Mbak lebah, duri itu sebenernya tulang dalam daging ikan, biasanya tulang penyangga sirip dorsal dan sirip insang. Duri itu justru menjaga organ dalam ikan dan fungsinya untuk membuat bentuk tubuh ikan tak seperti avertebrata, hewan bertulang lunak, amoeba atau cacing planaria gitu. Tanpa duri alias tulang ikan itu, bagaimana bisa ikan berenang di lautan dan meliukkan tubuhnya?"

 

'Bagaimana dia bisa mencari analogi secepat itu di saat seperti ini?' sungguh Reiko kehilangan kata-kata dan nge-blank mendengar celetukan Aida yang membahas masalah duri. 

Reiko sadar, itu bukan kecerdasan yang biasa. 

 

"Lebah kau bilang? Aku? Mbak? Heeh! Namaku Brigita, Bri - Gi - Ta! BUKAN LEBAAAAAAH!"

 

"Bee tadi itu kata pak Reiko kan bahasa inggris artinya lebah, toh?"

 

"REIKOOOOOO!"

 

Pekikan di telinga Reiko itu berhasil membuatnya kembali terhenyak untuk beraksi membela tunangannya.

 

"AIDA DIAM!" 

 

"Tapi--"

 

Plak!

 

Sengatan panas telapak tangan Reiko pun bergerak di pipi kiri Aida dengan tatapannya marah  yang tak bisa lepas dari Aida. 

 

"Kamu tidak diminta mengeluarkan pendapat dan bicara. Jadi jangan sekali-kali menyelak pembicaraan! Ingat, Brigita adalah wanitaku, jadi hormati dia, Panggil namanya, Ibu Brigita."

 

Aida yang kaget karena Reiko belum pernah berteriak padanya seperti ini dan kini pria itu juga main tangan yang rasa panasnya masih membuat bagian kiri wajah Aida kemeng, harus berusaha fokus mendengar semua perintah itu.

 

"Untukmu Bee, kamu ga usah berlebihan begini!" Reiko kini mengalihkan pandangan wajahnya pada Brigita sambil berjalan mendekat dan merengkuh pinggang wanita yang merupakan wanita terbaik dalam pandangan dan hatinya.

 

"Dia, wanita sepertinya …," Kini dengan tatapan mata Reiko menghunus tajam menguasai mata Brigita, jari telunjuk tangan kiri Reiko juga mengarah pada Aida tanpa menarik tatapannya dari netra Brigita.

 

"Dia tak akan pernah bisa menggodaku, karena aku tak akan tertarik pada wanita yang tak memiliki payudara!"

Mga Comments (3)
goodnovel comment avatar
Candra Siregar
royco bin masako,
goodnovel comment avatar
Hairiah Bancin
laki2 kurang ajar
goodnovel comment avatar
Kiki Sulandari
Reiko,...tega sekali kau menampar Aida,hanya untuk Brigitta.,si lebah genit yg tak tahu malu... Aida....balas saja perbuatan Reiko it.u....
Tignan lahat ng Komento

Kaugnay na kabanata

Pinakabagong kabanata

DMCA.com Protection Status