Share

Bab 2 - Jangan Main-main

"Cari Zara! Di mana pun wanita itu berada, aku tidak mau tau, dia harus ditemukan!"

Usai mendengar kabar menghilangnya sang istri dari sopir keluarga, Aland gegas mendatangi toko roti tersebut. Wajah pria itu berubah memerah karena kesal akan kecerobohan yang dilakukan sang sopir. Tak hanya itu, dia juga begitu kesal pada Zara yang telah berani bertindak kekanak-kanakkan.

Malam dengan hujan gerimis itu jadi sangat panjang untuk Aland. Kabar tentang hilangnya Zara pun telah terdengar oleh keluarga besar Floyd.

Bermacam spekulasi bermunculan, mulai menebak-nebak apa alasan wanita itu pergi. Mama Emma menduga Zara pergi setelah mendapatkan apa yang dia mau selama ini … apalagi jika bukan uang.

"Periksa kamarmu Al, dia pasti membawa semua harta yang tersimpan di dalam kamar itu!" Kalimat ini adalah yang pertama kali dia teriakkan saat mengetahui kabar tentang hilangnya Zara.

Aland sudah tak bisa berpikir jernih, pikirannya kini seperti benang kusut. Dia begitu mengkhawatirkan sang jabang bayi yang sebentar lagi lahir ke dunia itu.

‘Awas kamu, Zara. Kupastikan, aku akan mendapatkan anakku kembali!’

Aland mengusap wajahnya frustrasi, sementara Mama Emma sudah mengajak adik dan kakaknya untuk memeriksa kamar pria tersebut.

Setelah Mama Emma memeriksa semuanya, ternyata benar ... Zara pergi dengan membawa banyak uang tunai. Jika dijumlahkan mungkin nilainya hingga 1 miliar. Ingatan Mama Emma langsung tertuju pada tas yang dibawa oleh Zara sore tadi.

"Kurang ajar! Benar-benar kurang ajar!” Mama Emma murka. “Pencuri, dan sekarang dia pergi membawa cucuku juga! Awas kamu Zara!!"

Jam 8 malam, asisten pribadi Aland bernama Erile datang dengan membawa hasil penyelidikan yang diminta Aland tadi.

"Nyonya Zara terakhir terlihat berada di Bandara, Tuan, tapi ke mana tujuannya tidak bisa kami deteksi. Yang jelas beliau masih berada di negara ini. Nyonya Zara tak akan bisa pergi keluar negeri karena beliau tidak memiliki visa."

Astaga, Aland sampai kehabisan semua kata-kata menghadapi kebodohan Zara.

"Terus cari wanita itu, pastikan tentang anakku."

Mama Emma sudah menangis tidak keruan membayangkan nasib cucunya. Anak yang dikandung Zara adalah cucu laki-laki pertamanya yang telah dia tunggu-tunggu.

"Wanita miskin yang gila harta! Dia kabur membawa uang 1 miliar. Astaga, bagaimana nasib cucuku!"

Semua umpatan Mama Emma hanya terasa berdengung di telinga Aland. Sementara dia termenung, mengingat tatapan terakhir Zara–wanita yang dia kira polos, ternyata sangat licik.

Aland menggerakkan semua anak buahnya untuk mencari di mana keberadaan Zara saat ini. Berdasarkan informasi terakhir yang mereka peroleh Zara pergi keluar kota. Jadi tim dipencar untuk menyisir tiap kota di negara X.

Malam ini juga semua orang bergerak. Aland tak peduli berapa jumlah uang akan dikeluarkan, kekayaannya tak akan berkurang sedikitpun untuk mengurusi hal semacam ini.

Floyd Corporation adalah salah satu perusahaan properti terbesar di negara X, pendiri hunian kelas atas, kota mandiri, apartemen, hotel, rumah sakit, mall hingga kawasan industri. Keluarga Floyd adalah owner sekaligus pemegang saham tertinggi. Aland hanya bertugas mengawasi jalannya bisnis.

Dengan semua kekayaan itu pulalah, Aland ingin menunjukkan pada Zara bahwa ke mana pun wanita itu pergi tak akan pernah bisa lepas dari jerat kuasanya.

Aland tersenyum miring. ‘Jangan main-main denganku, Zara.’

**

Sementara itu di tempat lain, Zara tak benar-benar meninggalkan Kota Servo. Dia sangat tahu bagaimana kekuatan Aland Floyd. Itulah kenapa dia pergi ke Bandara untuk sedikit mengelabui.

Setelah rencananya berhasil, dia justru mendatangi sebuah rumah sakit dengan tertatih. Datang dengan wajah yang sudah ditutup rapat oleh masker dan topi. Zara merasakan sakit yang begitu menyiksa.

"Tolong Dok, saya ... saya ingin melahirkan.”

Penampilannya sudah sangat mengkhawatirkan membuat beberapa perawat segera menyambutnya dengan sigap. Jika sesuai dengan jadwal, maka Zara akan melahirkan sekitar 2 minggu lagi, tapi nyatanya malam ini bayi itu telah menangis dengan sangat kuat di ruang persalinan.

Seorang bayi laki-laki dengan tangisnya yang begitu lantang. Tangis yang seolah menghapus semua luka di hati Zara. Tangis yang membuatnya kuat untuk menghadapi semuanya. Zara tak apa-apa berpisah dengan Aland, meski pria itu sempat menguasai hatinya. Namun, Zara tak bisa dipisahkan dengan sang anak.

Bayi ini adalah darah dagingnya, satu-satunya keluarga yang dia punya di dunia ini. Pengganti kedua orang tuanya yang telah tiada. Zara memeluk anaknya erat, sang dokter yang menangani Zara pun masih ada di sana juga.

"Anda hebat sekali. Meski kondisi tubuh anda lelah, tapi tetap bisa melahirkan anak ini dengan kuat tanpa ada jahitan satu pun.”

Zara tersenyum hambar. Ada hal lain yang ingin dia segerakan dibanding meladeni pujian tersebut. "Dok, aku mohon, bantu aku.”

Dahi dokter tersebut berkerut. "Tolong apa?"

Suara dan raut wajah Zara kini berubah menjadi sendu. "Anakku adalah anak yang lahir karena hubungan terlarang. Skandal yang telah kuperbuat sangat memalukan. Aku tidak ingin anakku tahu tentang masa laluku itu.” Zara mengambil napas panjang sembari melihat reaksi dokter di hadapannya sebelum melanjutkan kalimatnya yang mencengangkan. “Bisakah ... bisakah aku melakukan operasi plastik?"

“Ta-tapi Nyonya–”

Air mata Zara mengalir dengan deras. Pelukan erat untuk sang anak pun makin menampakkan bagaimana seorang ibu baru itu begitu takut kehilangan sang anak karena masa lalunya yang tidak berjalan baik.

"Aku mohon Dok, aku tidak ingin anakku malu melihat wajahku ini." Tangis Zara tak bisa reda, hanya inilah jalan satu-satunya yang bisa ditempuh untuk bisa sepenuhnya kabur dari Aland Floyd. "Aku ingin dioperasi malam ini juga. Aku akan membayar berapapun."

Comments (4)
goodnovel comment avatar
Mastum Bin
sangat hebat
goodnovel comment avatar
moms Rafialhusaini
wow seru nih Aland pasti susah nanti nyariin ny ha-ha-ha
goodnovel comment avatar
Dewi Setianingrum
Hebat kamu Zara ,kamu wanita yg kuat
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status