Share

Istriku Bukan Pajangan
Istriku Bukan Pajangan
Penulis: Da Pink

001. Gara-gara Komentar

[Hai ganteng, spill istrinya dong. Katanya bukan bujangan lagi. Tapi kenapa istrinya nggak pernah diposting?]

Komentar pertama dan bernada miring dari pemilik akun bernama Selvi, di sebuah foto yang baru saja di-upload Rizky ke F******k.

Pria berusia dua puluh tujuh tahun itu, saat ini tengah menghadiri seminar dengan para pelaku usaha mikro, salah satu bank BUMN, bank BUMD dan tak lupa OJK serta Bank Indonesia. Sedangkan Rizky sendiri merupakan utusan dari Kantor Gubernur Sumatra Barat, bersama dua rekannya yang lain. Pemerintah provinsi akan mengadakan suatu program pembiayaan untuk membantu perekonomian daerah Sumatra Barat, begitulah isi wacananya.

Baru beberapa menit ditinggal, sudah banyak saja komentar di foto yang memperlihatkan tangkapan layar proyektor. Ketika Rizky membuka pemberitahuan F*, ia terkejut dengan balasannya terhadap komentar dari akun Selvi. Padahal, sejak tadi pria itu hanya serius memperhatikan pihak bank BUMN yang bicara di depan, menjelaskan tentang skema pembiayaan yang akan mereka salurkan nantinya.

[Kok kamu penasaran gitu, ya? Terserah aku dong, mau posting istriku atau enggak. Jangan terlalu kepo sama kehidupan rumah tangga orang, ya, kamu! Lagipula, entar pas lihat, kamu bisa pingsan lagi.]

Rizky buru-buru menghapus balasan komentar itu. Ia memang tak mengenal Selvi secara langsung, tetapi mereka berteman di F*. Tetap saja akan ada rasa tidak enak, kalau sampai ia menjawab ketus seperti itu. Sebelumnya pun ia tak pernah terlalu menggubris, meski suatu waktu Selvi pernah mengirimkan inbox untuk berkenalan dengannya.

Karena tak ingin bermasalah dengan hal tersebut, akhirnya Rizky memutuskan menghapus postingannya. Ia tahu, yang membalas komentar perempuan itu adalah Luna, sang istri. Saking sayangnya, pria tersebut bahkan memberikan akses untuk bisa masuk ke semua sosial media pribadinya, kepada Luna.

Dulu, Luna tidak terlalu berlebihan begini. Ia tak sampai berani membalas atau mengusik interaksi Rizky dengan teman-temannya di dunia maya. Makin ke sini, si Istri kian tak terkendali. Terlebih setelah ia mengalami peradangan di wajah, akibat salah menggunakan skin care yang dibeli secara online. Wajah perempuan itu memerah, serta ditumbuhi banyak jerawat pasir dan batu.

“Demikianlah acara kita pada siang hari ini. Untuk keterangan lebih lanjut, mungkin bisa ditanyakan langsung pada bank penyelenggara yang sudah ditunjuk oleh pemerintah daerah untuk menyalurkannya. Kami, selaku panitia yang bertugas, mohon undur diri. Mohon maaf atas segala kesalahan dan kekurangan. Terima kasih para wirausaha, mari majukan perekonomian daerah kita dengan menyejahterakan pelaku usahanya sendiri. Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.”

Pembawa acara dari pemda pun resmi menutup seminar. Rizki masih duduk di tempat. Ia merupakan salah satu panitia yang bertugas.

“Halah, kalau bantu pedagang mah, jangan diutangin. Namanya aja yang pembiayaan dengan margin rendah. Tetap aja kredit toh,” ucap salah satu peserta seminar kepada temannya sambil melangkah keluar ballroom hotel yang menjadi tempat diadakannya seminar.

“Iya. Mulai dari pemerintah pusat, sekarang pemda juga turun tangan. Saya pikir, bakalan kasih bantuan cuma-cuma. Ternyata malah melalui bank lagi. Kalau begini, benaran bakalan bikin pedagang makin ancur. Di mana sejahteranya coba, orang kita disuruh ngutang, terus mesti nyicil tiap bulan.”

Yang lain ikut menimpali. Selebihnya manggut-manggut, tanda setuju.

Rizky mendengarnya dengan jelas. Ia sendiri sebenarnya juga bingung dengan program bertema bantuan ini. Sama seperti milik pemerintah, ujung-ujungnya, tetap saja banyak yang mengeluh karena tidak bisa membayar angsuran, sementara pihak bank terus datang menagih.

“Eh, Ky, ente ngapain bengong aja?” tanya Nasir, sabahat dekat Rizky yang ikut hadir di seminar, tetapi sebagai utusan dari bank BUMN. Pria itu merupakan salah satu Account Officer yang nantinya memiliki wewenang untuk menyeleksi kelayakan calon nasabah yang berhak mendapatkan ‘bantuan’.

“Nggak ada,” jawab Rizky sembari bersiap-siap. Padahal, sejak tadi, selain masalah Luna yang tindakannya makin kelewatan, keluhan para peserta seminar juga telah berhasil merebut fokus Rizky.

“Oh, ya udah deh, aku duluan, ya, bro.”

Rizky mengangguk menanggapi ucapan Nasir. Ia juga harus buru-buru kembali ke kantor, masih ada pekerjaan yang mesti diselesaikan.

*

“Assalamualaikum, Sayang,” ucap Rizky saat baru sampai di rumah.

Mereka sudah tinggal berdua, sejak awal menikah sepuluh bulan yang lalu. Rizky telah menyiapkan rumah minimalis yang asri untuk ditinggali bersama Luna. Sejak lama, hal tersebutlah yang menjadi impiannya. Hubungan percintaan yang dirajut selama delapan tahun, tentu saja membuat tekad Rizky semakin bulat memperistri Luna. Mereka sudah saling mengenal karakter masing-masing.

“Assalamualaikum, Luna.”

Rizky mengulang ucapan salam, sebab tadi tak ada jawaban dari dalam. Pria itu terus berpikiran positif. Siapa tahu, Luna sedang berada di dalam kamar mandi atau tertidur. Mungkin.

“Assala—”

Belum sempat salam itu terucap sempurna, pintu sudah dibuka oleh sang istri. Wajah Luna ditekuk dengan bibir yang dimonyongkan ke depan. Terlihat jelas bahwa saat ini perasaan perempuan itu sedang tidak baik-baik saja.

Rizky segera mengulas senyum dan hendak memeluk istrinya, tetapi Luna malah berbalik. Perempuan dengan wajah penuh jerawat itu, berjalan menghentak masuk ke dalam kamar.

Paham dengan keadaan yang mulai menjadi kebiasaan, Rizky pun segera menutup pintu kemudian mengikuti Luna ke dalam kamar. Istrinya itu sudah berbaring sambil memeluk guling dengan posisi membelakangi.

“Sayangku Luna, yang indah laksana bulan purnama. Kamu kenapa, Sayang? Kok, Abang pulang-pulang gini, kamunya malah nggak seneng?”

Pria yang masih mengenakan seragam ASN berwarna cokelat, duduk di tepian dipan. Ia mengusap rambut hitam sebahu dan halus milik Luna. Namun, wanita yang tengah merajuk itu, menepis tangan suaminya, seolah tidak sudi disentuh. Ia bahkan menggeser tubuh ke tengah.

Rizky tak tinggal diam. Ia pun terus mendekat, hingga sang istri berada di tepian dipan pada sisi sebelah.

“Hayo, mau ke mana? Pilihannya cuma dua, mau aman, ngadap ke Abang. Kalau nggak, ya, jatuh.” Pria yang masih tersenyum lebar, terus menggoda istrinya.

Akan tetapi, siapa sangka, ternyata Luna malah rela menjatuhkan dirinya ke lantai, daripada berbalik dan bersitatap dengan suaminya yang tampan itu.

Buru-buru Rizky melompat hendak membantu Luna berdiri. Namun, lagi-lagi wanita yang sedang mengambek tidak jelas itu, bangkit sendiri dan melangkah menuju luar.

“Sayang, kenapa, sih? Kok, menghindar terus? Kayak ogah-ogahan gitu lihat muka suami sendiri, padahal di luar sana, suamimu ini diidolakan banyak wanita lho.”

Netra Luna langsung berkilat menatap tajam ke arah Rizky yang tiba-tiba memperlambat gerakan duduk di sebelahnya. Benar-benar lelaki tidak peka. Padahal yang jadi masalah justru berkenaan dengan ‘wanita’ di luar sana. Dia ujug-ujug malah mengucapkan hal yang sebentar lagi dapat mengundang prahara dalam rumah tangga sendiri.

***Next>>>

Komen (3)
goodnovel comment avatar
ida Sari
idih kepo banget ya Selvi mau tau urusan rumah tangga orang,,emng knp ? masalah buat loh ,,dasar netijen suka banget kepo.. nah loh Luna merajuk ......,,ayo Rizky bujuk tuh Luna biar ga ngambek lagi,,waduh km itu bikin Luna makin marah tau ,,
goodnovel comment avatar
Endah Spy
duuhh luna sedang merajuk .. yuk rizky harus peka lg kenapa istrimu ngmbek yg dah jelas2 masalahnya ada di dirinya ..
goodnovel comment avatar
Endah Spy
ya ampun netijen yaa kebiasaan .. ngpain jg ngurusin kehidupan org lain .. mau majang istri apa engga ya hal yg punya akun .. situ kalo gak suka ya skip aja gal usah di liat trs komen gak jelas.. yg ada jd nimbulin maslah doang tau gakk.. kesel iih
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status