Share

002. Akibat Razia

“Hem. Kamu kenapa, sih? Bilang, dong, sama Abang. Kalau Abang memang ada salah, Abang akan minta maaf sama kamu.” Rizky kembali membujuk. Ia berusaha abai terhadap tatapan mengerikan sang istri ke arahnya.

“Kenapa komentar tadi dihapus?” tanya Luna sambil melipat tangan di depan dada.

“Komentar yang mana, ya?” Pria itu malah balik bertanya. Padahal ia ingat dengan tragedi postingan pagi tadi.

“Nggak usah pura-pura pikun Abang, ya! Entar pikun beneran baru tahu rasa.”

“Aduh, Yank. Jangan nyumpahin kek gitu, lho.”

“Makanya, jujur aja jawab. Nggak usah pake acara pura-pura nggak inget! Sampai dihapus segala lagi fotonya. Kenapa? Takut, ya, sama si Selvi-selvi itu! Abang sebenernya pilih aku atau dia, sih?”

Luna kian meradang. Ia sampai membandingkan diri sendiri dengan sosok yang entah siapa. Rizky saja tidak mengenal wanita itu.

“Astaghfirullah, Sayang. Jangan begitu ngomongnya. Masa iya, kamu mau dibandingin sama orang yang cuma ada di dunia maya. Abang aja nggak kenal, kok, sama dia ….”

“Aku udah nandain dia, ya. Aku cek inbox, dia pernah ngajak kenalan, tukar nomor HP segala!” Luna kembali melotot menatap Rizky yang mulai kehabisan akal untuk menyudahi pertengkaran tiada guna, sore ini.

“Kan Abang nggak gubris.”

“Iya, tapi aku tetep nggak suka, ya, ada cewek gatel gitu goda-goda Abang.”

Rizky pun manggut-manggut. Susah memang kalau bertengkar dengan perempuan. Setiap tanggapan, pasti ada sanggahan.

“Oh, ya. Kamu masak apa? Abang laper nich. Seharian kerja, capek.”

Penat dengan persoalan sepele yang dibesar-besarkan begini, Rizky pun mencoba mengalihkan dengan topik lain. Terlebih, saat ini, perutnya memang sudah keroncongan.

Wanita yang mengikat rambutnya hingga puncak kepala, menyipitkan mata menatap sang suami. “Aku belum selesai sama si Selvi itu, ya.”

“Lho, masih berlanjut. Apa lagi yang dihebohin? Bilang sama Abang.” Pria itu masih terus tersenyum. Seolah-olah kemarahan Luna tak begitu berarti untuknya.

Beberapa saat si Istri menatap Rizky lamat, lalu mengembuskan napas berat.

“Dahlah. Lagian, udah diblokir juga itu manusia satu,” ucap Luna sambil berdiri santai. Kaki dengan betis seperti pemain bola itu, melangkah menuju meja makan. “Aku udah bikin sambal ayam balado. Abang makan aja. Aku udah kenyang, seharian makan sampai lima kali, gegara si Selvi-selvi itu!”

Rizky hanya mampu melongo dibuatnya. Makan sampai lima kali, bagaimana tak bertambah subur itu badan.

*

Rizky terbangun pukul setengah lima pagi. Seperti biasa, ia pasti akan ke masjid setiap kali jadwal salat, di mana pun berada. Sementara Luna masih berguling-guling di atas kasur. Ia sudah bangun, tetapi mata enggan terbuka.

“Sayang, bangun. Mandi sana, biar kantuknya ilang. Ikut ke masjid nggak?” tanya pria itu sembari memasang baju koko.

“Mmm.” Luna hanya merespon demikian. Kakinya digerak-gerakkan, agar Rizky tidak terus-menerus memanggil dan menyuruhnya bangun.

“Jangan ‘mmm’ aja, bangun, Luna. Jangan sampai telat Subuhnya.”

Kali ini Rizky memasang kain sarung. Ia terus memperhatikan sang istri yang masih memeluk bantal dan menggoyang sebelah kaki.

“Ingat, waktu Subuh itu terlalu istimewa. Banyak keberkahan yang bisa diraih. Jadi, jangan disia-siakan.”

“Iya, Abang, iyaaaa. Ini aku bangun.”

Luna langsung bangkit dengan rambutnya yang mengembang seperti singa. Entah kenapa bisa sampai seperti itu, setiap kali bangun tidur kalau sudah resah dan tak tenang sepanjang malam.

“Ya Allah.” Rizky terkikik sendiri. “Bener, ya, kata orang. Buat nentuin cewek itu beneran cantik, emang diliatnya pas bangun tidur.”

Lagi-lagi, ucapan sang suami, membuat suasana hati Luna terganggu.

“Maksudnya apa Abang ngomong gitu? Mau bilang aku kayak singa? Abang tahu kan, nggak harus waktu bangun tidur pun, sebenarnya aku itu udah jelek. Liat muka penuh jerawat kayak gini. Cuman orang buta yang bilang aku itu cantik,” ujar Luna sambil mengikat rambutnya. Ia jadi kian sensitif dengan kondisi wajah yang jauh dari kata bagus. Beruntung sudah tidak lagi bekerja, jadi, tak perlu keluar rumah dan bertemu banyak orang.

“Sayang, kamu kenapa, sih? Dikit-dikit marah. Dikit-dikit ngambek. Abang ‘kan cuma bercanda aja. Lagipula, seperti apa pun wajah kamu sekarang, nggak mengurangi sedikit pun perasaan Abang buat kamu. Jadi, tolong banget, jangan mudah berkecil hati lagi, ya.”

Rizky mengikuti langkah Luna yang sudah lebih dulu keluar dari kamar. Rasanya ingin bicara lebih panjang, tetapi azan sudah berkumandang.

“Nanti kita bicara lagi, Abang ke masjid dulu, ya.”

Tak ada jawaban dari Luna. Perempuan itu lantas berbalik untuk mengunci pintu dari dalam, supaya tidak ada yang masuk saat ia tengah mandi nanti. Namun, ada hal yang lebih menggelitik sanubari untuk dilakukan terlebih dahulu. Ia kembali ke kamar dan manik mata langsung tertuju pada benda pipih yang tergeletak di atas nakas.

“Waktunya razia,” gumamnya pelan. Senyum sinis tersungging di bibir. Luna yakin akan menemukan sesuatu yang membuatnya emosional.

Meski berkali-kali pernah mendengar ceramah agama tentang larangan memeriksa ponsel suami secara diam-diam, tetapi tetap saja ia tak kuasa menahan diri. Benda itu seolah terus memanggil-manggil untuk dijamah.

Sebelah tangan sudah menggapai gawai. Ia benar-benar ingin melihat apa saja isi percakapan di aplikasi berwarna hijau itu.

Luna duduk di sisi tempat tidur. Mata menatap tajam ke layar ponsel. Sedangkan jemari terus bergerak membuka satu per satu pesan yang kemungkinan mencurigakan.

Grup W******p kantor dan alumni kampus, SMA, SMP sampai SD pun tak luput dari pemeriksaan. Hanya saja, saat ini yang terus aktif hanyalah grup kampus dan kantor.

Wanita itu terlebih dahulu membuka grup kantor. Ia tidak kenal orang-orang di sana. Sedangkan, teman-teman kampus Rizky, sedikit banyak sudah pernah bertemu dengannya. Mereka satu universitas, dan Luna dua tingkat di bawah pria yang menjadi suaminya kini.

Dari nomor WA yang diberi nama, Zizi Larasati. Perempuan itu menyebut Rizky dalam chat group mereka. Hal itu membuat hati Luna seketika dicubit.

[Bang @Rizky_Abrisam, Abang ikut, ya, acara karaokeannya. Kapan lagi Kabid ngajakin kita happy-happy. Kerja terus bagai kuda ‘kan nggak seru. Ya, ya, ya, Bang.]

Tangan Luna sampai gemetar memegang ponsel milik suaminya. Jemari terus menggulir layar hingga ke bawah, tetapi tak satu pun ada balasan dari Rizky yang mengiyakan. Puncaknya, Luna melihat foto profil perempuan yang bernama Zizi itu.

“Ganjen banget!” kutuknya dengan dahi yang berlipat curam.

Luna langsung insecure di saat menyaksikan gambar yang terpampang pada layar. Zizi cantik sekali. Badannya pun bagus, salah satu ASN pula. Dia sempurna. Tubuh istri Rizky itu langsung dibuat kian gemetar. Ia tak bisa membayangkan kalau di kantor suaminya, ternyata ada gadis secantik Zizi. Dari cara chatting saja, sudah bisa diketahui kalau gadis itu pasti sikapnya manja, terlebih kepada Rizky.

Satu bulir bening berhasil lolos dari pelupuk mata. Meski telah berhubungan dekat cukup lama, hingga dinikahi Rizky, nyatanya tak membuat Luna puas dan berbangga hati. Ia kian tak karuan dengan segala prasangka dan curiga yang menyerang pertahanannya.

***Next>>>

Komen (4)
goodnovel comment avatar
ida Sari
ya Allah Luna km itu ya curigaan aja sama suami km,,tp wajar sih Krn Luna merasa gmn gitu apalgi saat ini wajah nya banyak jerawat,,Luna merasa ga percaya diri jd apapun yg berkaitan dengan suami nya dia selalu bawaan curiga padahal Rizky ga kek gitu orng nya,,
goodnovel comment avatar
Endah Spy
sii rizky bner pria idaman bgt iihh ... istrinya ngomel2 ttep ja jawabnya santai gak pake esmosi sama sekali padhal sii luna dah nuduh2 yg engga2 .. ahaha
goodnovel comment avatar
Endah Spy
sebenernya luna sii y terlalu protek dan curigaan sama suaminya sii rizky tp namanya perasaan wanita kadang tepat .. haha jd sebelum kejadian .. mencegah dulu yaa .. hehe
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status