Share

POV Hesti

Author: Rias Ardani
last update Last Updated: 2021-04-14 13:13:51

Part5

°pov Hesti°

"Mas Danu, dia akan menikah lagi Bu, Pak." Aku berkata dengan terisak, sambil tergugu menatap pilu sebuah foto usang kedua orang tuaku.

Hanya foto mereka yang aku miliki.

Menurut cerita bi Sari, kedua orang tuaku merantau jauh. Mereka jadi TKW dan TKI, aku sendiri, di titipkan dan di besarkan oleh bi Sari.

Bi Sari, wanita hebat itu membesarkan aku seorang diri, karena suaminya telah lama meninggal dunia. Wanita hebat itu, memilih fokus membesarkanku, dari pada menikah lagi, aku menyayanginya.

 

Akulah teman hidupnya satu-satunya, setelah Kakek dan Nenek berpulang.

Bapak dan Ibu tidak pernah pulang ke Indonesia lagi. mereka hanya mengirimkan uang pada Bibi, bahkan untuk sekedar menelponku pun tidak pernah sama sekali.

Terakhir kabar yang kudengar, Bapak telah menikah lagi. Dan Ibu tidak pernah ada kabar sama sekali.

Aku bersekolah hanya sampai SMA saja, setelah itu aku bekerja di sebuah perusahaan retail yang cukup besar di kotaku.

Dan aku bekerja di bagian kasirnya. Di tempat kerja inilah, awal pertemuan aku dan mas Danu.

Lelaki itu menjabat sebagai seorang regional, yang memegang tanggung jawab di beberapa cabang yang ada di kota-kota besar lainnya.

Singkat cerita, mas Danu datang ke rumah bi Sari, dan dia minta izin untuk mengajakku ta'aruf. Bi Sari pun menyerahkan semua keputusan padaku.

Dengan senang hati, aku menerima lamaran mas Danu, setelah lima bulan ta'aruf. Prosesi lamaran pun berlangsung di rumah Bi Sari, mas Danu datang bersama keluarga besarnya.

Tanpa aku ketahui dengan detail, rupanya mas Danu, adalah anak pemilik perusahaan, yang merupakan tempat aku bekerja.

Sedangkan Ibunya, seorang pemilik Butik terkenal di kota kami, Butik Elizabeth. 

Saat prosesi lamaran, tidak ada senyum sedikitpun di wajah Ibu mas Danu, hanya Ayah nya saja, Pak Haryo Bramasta, yang begitu ramah menyapa kami sekeluarga. 

Mas Danu adalah anak satu-satunya keluarga mereka. 

"Danu, ini calon kamu? Nak, cantik ya, kamu pinter pilih calon istri," tutur Ayahnya dengan ramah. Membuatku, merasa tersipu dengan perkataan Ayahnya saat itu.

"Makasih, Ayah," jawab mas Danu dengan senyum sumringah.

"biasa aja," timpal Ibu mas Danu dengan wajah tidak suka.

*******

Seminggu setelah prosesi lamaran, aku dan mas Danu pun melangsungkan pernikahan di sebuah hotel yang paling mewah di kota kami.

Mas Danu, dia menghadiahiku sebuah hunian mewah bertingkat dua dan satu unit mobil Toyota Yaris, berwarna merah menyala.

Saat itu, aku merasa hidupku paling beruntung dan bahagia.

Aku dan mas Danu menempati rumah itu, setelah melewatkan malam pengantin kami di hotel.

Kebahagiaan kami tidak berlangsung lama, karena Ibu mertuaku, yang merupakan Ibu mas Danu, selalu datang ke rumah kami.

Entah dimana salahnya diri ini. Aku selalu saja dia marahi, dan selalu saja ada alasan dia untuk marah padaku.

Masih tercetak jelas dalam ingatan ini, saat Ibu mertua datang ke rumah kami.

"Danu, anakku, Ibu datang!" teriaknya dari luar pintu. Bunyi bell terus bernyanyi, dengan suara Ibu mertua yang terus mengikuti.

Dan saat itu, aku dan mas Danu sedang sarapan.

"Ibu datang lagi," lirih mas Danu. Nampak sekali, wajahnya menjadi mendung seketika, ketika tahu yang datang itu adalah Ibunya.

"Biar aku yang bukain," ujarku. Meskipun aku tahu, Ibu pasti akan mengomel seperti biasa. Tapi aku tidak ingin, sarapan mas Danu jadi terganggu, gara- gara kedatangah Ibu mertua.

Gegas aku berdiri, dan berjalan setengah berlari menuju pintu utama. Dan saat pintu utama aku buka, wajah marah Ibu menatapku.

"Lama banget sih, budek ya!!" bentaknya padaku.

 

"Maaf Bu, Hesti dan mas Danu lagi sarapan, di belakang," jawabku lembut, meskipun hatiku dongkol.

"Minggir kamu!" Ibu mendorongku ke samping, hampir saja aku kehilangan keseimbangan. Aku pun hanya bisa menarik napas berat, berharap kesabaran masih bersamaku.

"Danu, lain kali ajarin istri kamu adab dan sopan santun sama orang tua! Ibu datang tidak pernah di sambut dengan baik," lapornya pada suamiku, yang sedang menyantap sarapannya.

"Iya Bu, nanti Danu nasehatin Hesti nya, ayo makan bareng, Bu." Suamiku mengajak Ibunya.

Aku berjalan dengan diam, dan kembali duduk dikursiku.

"Malas, masakan kampungan begini, bisa bikin Ibu alergi," ejeknya sambil melirikku.

"Bu, cobalah dulu, Danu yakin Ibu yang cantik ini pasti suka." Mas Danu mencoba merayu Ibunya, agar tidak ngomel-ngomel lagi.

Tanpa kuduga, Ibu mertua pun mengambil posisi, segera mendarat kan bokongnya ke kursi, yang berada di samping mas Danu.

Saat dia menyendok nasi goreng, dan memakannya, tiba- tiba dia membuat drama lagi. 

"Huekkk ..., cuih, makanan apa ini? Hesti. Ini makanan yang kamu masak? Buat anak saya?" teriak Ibu padaku, kemudian ia segera berdiri dan membuang semua masakanku ke lantai. 

 "Astaghfirullah," pekikku.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Istriku Meninggal Dihari Pernikahan Keduaku   Hukuman Danu

    "Danu, antar Ayah ke rumah kita, ya!" Pinta Ayah kepadaku yang masih termenung memikirkan nasibku. Kehilangan Istri terbaik, dan di khianati wanita baru yang menguras habis hartaku.Bahkan rumah ini pun tergadai, hanya untuk membahagiakan wanita jahat itu."Danu, tolong antar Ayah ke rumah lama, Ayah dan Tante mau tinggal di sana saja! Disini sudah tidak ada Hesti, Ayah sedih kalau ingat dia," ucap Ayah dengan wajah sendunya.Bagaimana aku bisa mengantar Ayah, sedangkan rumah itu telah beralih pemilik, bahkan rumah yang sekarang aku tempati pun terancam diambil pihak Bank. Sebab aku belum bisa melunasi tagihan tiap bulannya. Usahaku merosot turun, entah kenapa rasanya rezekiku mulai menjauh."Maaf, Yah. Rumah kita yang lama, sudah Danu berikan kepada Ira, maafkan Danu!" ucapku getir.Plakk ... Tamparan Ayah seakan meremukkan wajahku, sakit dan sangat panas rasanya.Mata Ayah menatapku tajam, dengan rahang yang mengeras ia memakiku. "Dasar lelaki

  • Istriku Meninggal Dihari Pernikahan Keduaku   Senjata Makan Tuan

    °pov Mama Naomi°"Papah, Ira, keterlaluan sekali kalian ini."Hancur lebur hatiku, melihat pemandangan yang begitu memilukan hati. Suami yang selama bertahun-tahun setia hidup bersamaku, dalam duka maupun suka, kini bergelut penuh cinta di belakangku.Yang paling menyakitkan hati lagi, wanitanya adalah keponakanku sendiri."Sejak kapan ini terjadi?"tanyaku dengan emosi yang terus kutahan, menatap penuh amarah kepada dua makhluk yang bermain cinta diatas dosa ini."Su--dah lama," sahut Ira terbata-bata."Kenapa kamu tega, Ira?" tanyaku lagi dengan nada sebiasa mungkin, agar Ira tidak gugup menjawab pertanyaanku. Sedangkan orang tuanya nampak syock dan terdiam menatap anaknya."Maafkan kami, Mah!"sahut suamiku."Jelaskan!" Lagi-lagi aku ingin fokus tahu, apa penyebab kegilaan mereka ini."Pertama kali Tante membawaku ke rumah, aku dan Om Hendra, sudah mulai melakukan hubungan terlarang

  • Istriku Meninggal Dihari Pernikahan Keduaku   Penyesalan yang sia-sia

    Part56Aku kembali ke kota cantik, untuk menjemput Ira, aku datang tanpa memberitahunya terlebih dahulu.Kediaman Ira nampak sepi, aku langsung saja masuk, pintu luar tidak terkunci. Terdengar suara cekikikan yang berasal dari dalam kamar Ira, tanpa mengucapkan salam, aku langsung saja berjalan menuju kamar itu.Ku dorong pelan pintu kamarnya."Astaghfirullah ..., Ira." Aku tercengang tak percaya, wanita yang baru beberapa Minggu ini resmi ku nikahi telah berani berbuat curang."Mas, kenapa--- da--tang tanpa memberitahu dahulu?" tanyanya terbata-bata."Sejak kapan?" Aku bertanya dengan tenang, sebisa mungkin ku tahan segala emosi di dalam dada.Ira membenarkan selimut, agar menutupi keseluruhan tubuhnya. Dia tidak menjawab sama sekali pertanyaanku, hanya menunduk."Sejak kapan? Om." Aku bertanya kembali dengan laki-laki di sampingnya.Mereka berdua menatapku sesaat."Pulangl

  • Istriku Meninggal Dihari Pernikahan Keduaku   Pernikahan

    Part54"Beri Mas waktu, mas akan tebus secepatnya!" pintuku dengan sungguh-sungguh.Padahal aku saat ini bingung, itu memang salahku, yang begitu terbuai akan cinta yang baru dari seorang daun muda yang lagi segar-segarnya. Ia bahkan pandai memuaskan ku dalam segala hal.Hingga aku kalap, selalu memenuhi apapun mau wanita baruku itu. Tentunya tanpa sepengetahuan Hesti Istriku yang sekarang nampak membosankan dan bak bunga layu, tak segar dan tak menggairahkan lagi.Aku jelas tak mungkin bisa memenuhi mau nya Hesti untuk memberikan sertifikat rumahnya kembali, sebab uang hasil sertifikat itu saja sudah ku habiskan untuk bersenang-senang bersama wanita baruku itu.Rumah mendiang Ibuku? Hesti saja tidak tahu, bahwa rumah itu telah ku hadiahkan untuk kekasih tercintaku ini, rumah itu pula tempatku memadu kasih bersamanya."Mas, aku hamil!" ujar Ira, wanita yang kini tengah menjalin hubungan terlarang bersamaku.

  • Istriku Meninggal Dihari Pernikahan Keduaku   Di Gadaikan

    Part53"Nak, ayo sudah siap belum!" teriak Ibu dari bawah.Aku bergegas keluar kamar, aku dan Ibu berencana berbelanja kebutuhan dapur hari ini, sambil jalan-jalan. Sedangkan Mas Danu, sudah sehari ini dia tak pulang ke rumah, bahkan ponselnya saja tidak ia aktifkan.Aku menghela napas berat, kala harus mengingat tingkah Mas Danu akhir-akhir ini yang sangat mencurigakan."Ayo, Bu!" anakku, setelah sampai dilantai bawah, tempat Ibu menunggu sedari tadi. Kami pergi bertiga, aku, Ibu dan si kecil dalam gendongan. Menaiki taksi online, kami menuju pusat perbelanjaan terbesar, sebab biasanya barang yang menjadi pilihan lebih banyak.Sesampainya di parkiran, kami langsung menuju masuk kedalam.Ibu memilih menggendong anakku, sedangkan aku sibuk menelusuri tempat perbelanjaan dengan mataku, sibuk mencari bahan yang kami perlukan."Ti," Ibu memanggilku yang tengah berjalan kesana kemari mendorong troli belanja.

  • Istriku Meninggal Dihari Pernikahan Keduaku   Rahasia

    Part52Akhir-akhir ini, mas Danu sering pulang tengah malam, bahkan kadang bisa pagi hari baru pulang. Alasannya banyak kerjaan, tapi ko firasatku berkata lain, ada hal yang ia sembunyikan."Selamat malam," sapa Mas Danu, saat memasuki kamar kami, raut lelah tergambar di wajah gantengnya. Aku tersenyum, lalu mencium takzim punggung tangannya.Mas Danu masuk kekamar mandi yang tersedia didalam kamar kami, ia membersihkan diri, lalu menghempaskan tubuh diatas ranjang.Aku sambil fokus menggendong bayi kami yang lagi menyusu.Bunyi getar handphone terdengar berderit diatas laci nakas samping ranjang, aku mendekat ke arah benda pipih itu terletak.Panggilan seseorang yang disebut Pak Dira. Mungkin panggilan penting, sebab jam sudah menunjukkan pukul 10 malam, tapi masih ada panggilan telepon.Aku mengangkatnya, sebelum aku bersuara, terdengar suara lebih dahulu dari sebrang telepon dengan nada marah.

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status