BAB 2 - Leon Abimanyu
POV LEON
Mataku terus menatap dengan lekat pada sosok wanita yang baru saja meringkus seorang penjambret seorang diri. Dia benar-benar wanita cantik dan gagah berani.
Sepertinya dia cocok dengan kriteria yang kubutuhkan. Cantik, berani dan tidak mengenal takut. Aku harus mencari tahu informasi mengenai gadis itu!
Aku masih mengamati wanita tadi, ternyata dia menunggu angkot lewat. Dan sekarang dia telah pergi dengan menumpang pada sebuah angkot.
"Pak, buruan. Kita harus mengejar angkot berwarna biru itu!" teriakku pada sopir yang sedang membeli gorengan di tepi jalan. Mendengar teriakanku dia bergegas kembali ke mobil sambil menenteng sebuah bungkusan.
"Kita ke mana, Mas?" tanya Darma, sopirku.
"Itu, kejar angkot berwarna biru itu?" tunjukku. Pak sopir segera tancap gas, mengejar angkot yang membawa wanita tadi. Aku menyuruh sopir untuk menjaga jarak, agar tak ada yang curiga.
Aku terus mengikuti angkot tersebut, setiap angkotnya berhenti, aku memperhatikan wanita tadi, masih anteng duduk di dalam angkot. Hingga akhirnya angkot tersebut berhenti di depan sebuah gang kecil dia turun.
Aku menyuruh sopir berhenti di depan gang, tak mungkin aku mengikuti nya ke dalam gang. Terpaksa sopir yang mengikutinya, tak lama sopirku kembali dengan membawa informasi yang membuatku ternganga.
Gadis itu bernama Bela, hidup seorang diri karena neneknya sudah meninggal dan bekerja sebagai preman di pasar. Aku menyeringai senang, Bela, benar-benar gadis yang tepat.
***********
Keesokan harinya sengaja aku menunggu Bela di depan pasar tempat pertama aku melihatnya. Seperti biasa, Bela keluar dari pasar di waktu yang sama seperti kemarin.
"Selamat siang, Mbak," sapaku membuat Bela kaget dan bersikap siaga.
"Siapa, Lu? Ngagetin aja!"
"Perkenalkan, saya Leon. Saya punya penawaran untuk kamu. Tapi sebaiknya kita ngobrolnya di cafe depan aja, bagaimana?" tawarku.
Bela tampak berpikir sejenak, kemudian mengangguk setuju. Dia mengikuti langkahku menyeberangi jalan menuju ke cafe yang kutunjuk tadi.
"Kamu mau minum apa?" tanyaku setelah kami duduk di kursi yang berada di sudut.
"Orange juice saja!"
Aku menyebutkan minuman yang dipilih Bela sementara aku memilih air mineral saja.
"Begini, Mbak. Ohya, sebelumnya kita kenalan dulu dong. Namaku Leon Abimanyu, tapi kamu boleh panggil aku Leon saja. Nama kamu siapa?"
"Bela, Arabela Putri!" jawabnya singkat.
Lalu aku pun mengutarakan maksudku padanya, tak lupa kuceritakan alasanku mengambil langkah nekat ini.
Aku ingin memberi pelajaran pada ibu tiri dan anaknya.
Beberapa hari sebelumnya.
"Leon! Bangun, Sayang. Ada yang mau mama kenalkan sama kamu, nih!" teriak Anya, mama tiri ku dari luar kamar sambil menggedor pintu kamarku dengan keras.
Dasar perempuan gila, sungut ku. Ini hari Minggu dan aku ingin tidur sampai siang. Tapi sepertinya rencanaku akan gagal, setan betina itu terus saja berteriak memanggilku sejak tadi.
Dengan kesal aku bangun lalu membuka pintu kamar. Anya tengah berdiri sambil memasang senyum munafiknya di sana.
"Ada apa?" tanyaku dengan malas. Rasa ngantuk masih menguasai mataku.
"Ada tamu, mama pengen kamu menemuinya. Siapa tahu kamu suka untuk menjadi istri ....." ucapan Anya terputus karena suara pintu yang kubanting dengan cukup keras
Kukira nenek lampir itu akan kapok dan pergi meninggalkan ku sendiri. Namun, ternyata semuanya tak terjadi. Dia masih setia berdiri di depan kamarku serta meminta tolong aku untuk menemui wanita yang dibawa nya.
"Leon, please! Kamu temui dulu dia, Mama yakin kamu bakal suka."
Kututup telingaku dengan bantal, berharap suaranya tak terdengar lagi. Lumayan ampuh, sehingga aku bisa melanjutkan tidurku yang terganggu tadi.
Entah berapa lama aku tertidur, saat bangun matahari sudah bersinar dengan teriknya. Sambil meregangkan otot aku berjalan ke kamar mandi.
Berendam di dalam bath-up sejenak membuat pikiranku menjadi rileks. Setelah selesai, aku beranjak menuju ke dapur. Sepi, mungkin nenek lampir sudah kembali ke hutan habitatnya.
Hanya ada bi Sumi, pembantu sekaligus pengasuh sejak aku bayi. Di rumah ini setelah mama dan papa yang telh tiada, hanya bi Sumi saja yang ikhlas sayang padaku. Sementara mama dan saudara tiriku masih jahat bahkan lebih parah lagi.
Mereka ingin menguasai harta kekayaanku, aku tak sengaja mendengar rencana licik mereka. Sayangnya aku tak punya bukti, sehingga mereka bisa menyangkal tuduhan ku.
Bab 3 - Cemburukan? "Kamu jangan memfitnah kami, ya, Leon. Kami ini juga punya hak tinggal di sini. Jadi buat apa kami punya niat untuk menguasai harta Papa kamu!" bantah mama tiri ku. Aku tak berniat membantahnya. Kutinggalkan mereka berdua, ibu dan anak yang kerjanya hanya menghabiskan harta papa saja. Semasa papa masih hidup, hampir setiap hari mereka shopping serta makan di resto mewah dan mahal. Kini setelah papa tiada, mereka hanya mendapat jatah 5 juta perbulan. Aku tau betapa tersiksanya mereka karena tak bisa belanja sesuka hatinya lagi. Berbagai usaha mereka lakukan agar aku mau berbaik hati menambah jatah bulanan mereka. Selain itu mama tiri ku selalu mengenalkan teman-teman anaknya padaku. Mama tiri ku berulangkali ingin menjodohkan aku dengan gadis pilihannya. Aku tahu maksudnya, agar aku bisa mereka atur dan pada akhirnya semua harta papa akan mereka kuasai. "Om, kenapa sih Papa tidak mengizinkan aku mengusir mereka!" keluhku suatu hari pada Om Mirza, pengacar
Bab 4 - Bela suka membela POV Bela Aku telah sampai di rumah, tetapi masih merenung di teras rumah. Entah kenapa hari ini aku merasa kesal, padahal siang tadi aku merasa senang saat Mas Leon mengajak makan siang. Kapan lagi bisa makan bareng dengan orang kaya, ganteng pula. Hatiku juga merasa senang saat dia meminta aku menjadi istrinya, jantungku mendadak bergemuruh. Namun demi jaga gengsi hanya tak langsung setuju dengan permintaannya. Aku sudah bermimpi akan menjadi istrinya walau itu hanya settingan saja. Namun, sepertinya impianku harus kukubur dalam-dalam. Wanita yang bersama Mas Leon tadi sangat cantik, dan sepertinya mereka saling tertarik. Aku bisa melihat tatapan mata wanita itu yang terus tertuju pada Mas Leon. Mereka lebih cocok dan pantas menikah dari pada aku. "Ah, sudahlah. Mungkin Mas Leon memang bukan jodohku!" putusku, kemudian masuk ke rumah untuk beristirahat. Keesokan harinya, aku baru akan menagih uang keamanan, saat tiba-tiba Ujang, temanku datang d
Bab 5 - Mulai BerubahPOV LeonTanganku masih gemetar saat membuka pintu kamarku. Betapa tidak, baru kali ini aku menyaksikan sendiri orang berkelahi apa lagi sampai menggunakan senjata seperti tadi.Aku tahu kalau Bela pandai membela diri karena telah melihatnya sendiri saat menggagalkan penjambretan dulu. Namun, yang kulihat kali ini membuatku harus berpikir ulang dengan rencana semula.Agak ngeri juga sih, jika aku sampai menikah dengan Bela dan suatu saat dia marah karena sesuatu hal, bisa-bisa benda pusaka ku yang jadi sasaran kemarahannya.Aku bergidik ngeri, untung lah teman-temannya datang serta membawanya pergi tadi. Bela hanya melihat padaku menunggu responku, sementara aku sendiri masih terkejut dan syok.Aku tak tahu harus berbuat apa. Semuanya terjadi begitu cepat dan diluar dugaanku. Sepertinya aku harus memikirkan kembali semuanya sebelum terlambat.Ting ... sebuah notifikasi pesan masuk ke ponselku. [Selamat malam, Pak Leon. Sudah sampai di rumah 'kan?] Begitu pesan
Bab 6 - Malaikat Tak Bersayap"Ma, Mas Leon bawa cewek cakep banget," Aku yang akan masuk ke kamar menghentikan langkahku karena mendengar suara Yola yang bicara pada mamanya."Dimana dia sekarang?" Kudengar suara mama bertanya pada Yola. Pasti mereka merasa penasaran karena sore ini aku membawa Nadine ke rumah. Yola masih hendak menjawab tetapi dibatalkannya karena mendengar pintu kamar kubuka dengan kasar. Aku memang sengaja melakukannya, agar mereka tak bergunjing lagi saat aku ada di rumah.Tak terdengar lagi suara mereka berdua, aku pun melanjutkan rencana ku untuk mandi. Setelah selesai aku pun keluar dari kamar. Namun, aku kaget saat melihat pemandangan yang ada di depan mata.Dua wanita yang kubenci itu sedang mengobrol akrab dengan Nadine. Mereka bahkan sampai tertawa akrab begitu."Eh, itu Leon. Kalian mau pergi, ya. Bagaimana kalau kita makan di rumah saja biar Mama yang masak!" Mama bicara sambil menggenggam tangan Nadine dengan erat."Saya, sih, terserah Leon saja, Tant
Bab 7POV ARABELASebenarnya sejak awal aku sudah menyadari keberadaan Mas Leon. Aku mengenali mobilnya yang terparkir di dekat warung tempat aku biasa membeli nasi. Kubiarkan saja dia mengikuti aku, siapa tahu dia merasa tergerak juga untuk melakukan hal yang sama. Setiap Jumat malam aku memang biasa membagikan nasi bungkus pada orang yang membutuhkan di sekitarku. Jumat berkah istilahnya, aku sih dengarnya dari pak ustaz yang sering kasih ceramah di masjid dekat rumah. Alhamdulillah sudah empat tahun ini aku bisa menjalankannya. Sempat terhenti sebentar karena nenekku meninggal dunia, tapi tak lama aku melanjutkannya kembali.Kembali ke Mas Leon, dia merasa kaget saat tiba-riba aku menyapanya. Mungkin dia gak menyangka kalau aku tahu keberadaannya di situ. Setelah puas mengikutiku, Mas Leon pun pamit setelah meminta maaf padaku. Aku menatap kepergian Mas Leon dengan perasaan campur aduk. Sebagian merasa kesal karena aku merasa menjadi korban PHP-nya. Sebagian lagi meraasa lucu,
Bab 8 - Orang Kaya Rese"Leon, apa Mas Leon itu yang dimaksud ibu ini?" Tanyaku dalam hati. Ah, mana mungkin. Leon di kota ini 'kan banyak. Belum tentu dia yang dimaksud ibu itu. Lagi pula, ngapain juga aku mikirin dia terus. Akhirnya aku meninggalkan si ibu dan mobil mogoknya karena Mang Diman telah datang beserta teman-temannya. Melanjutkan perjalanan menuju ke pasar. Sampai di pasar suasana sudah ramai oleh orang yang berlalu lalang mencari barang kebutuhannya. "Pagi, Bang Ramon," sapaku. Bang Ramon sedang menikmati gorengan plus kopi hitam yang sudah tinggal setengahnya."Hei, pagi Bel. Sudah sarapan, kalau belum, pesan, gih!" "Aku sudah sarapan, Bang. Mana yang lain? Kok sendirian aja?" "Sedang keliling, memantau keamanan pasar. Sepertinya hari ini bakalan ramai, karena besok hari libur. Oh, ya, pria yang bersamamu kemarin itu siapa, Bel?" Aku mengernyitkan dahi, pria mana yang di maksud Bang Ramon?"Itu, lho. Yang berdiri ketakutan di pojokan waktu kamu diserang anak buah
Bab 9 - Kebakaran di PasarPOV LEONHari ini aku berangkat agak siangan, memang sengaja karena hari ini tak ada meeting atau rapat yang harus aku hadiri.Yola dan mamanya telah berangkat sejak tadi, mama mengantar Yola ke sekolah lalu dia sibuk dengan aktifitasnya sendiri. Biasanya ke salon atau kalau tidak bertandang ke rumah teman sosialitanya.Begitulah kehidupan yang dijalani mama tiriku, menghamburkan uang untuk sesuatu yang tidak perlu. Jika mengingat mereka moodku langsung buyar, seperti pagi ini. Aku menyetir dengan kesal, apalagi jalanan mendadak macet. Padahal aku sudah dekat dengan kantor, hanya tinggal melewati pasar sampai perempatan lalu berbelok ke kiri. "Mengapa pagi ini jalanan bisa macet begini?" tanyaku pada diri sendiri sambil melihat kenderaan di depanku berjalan dengan sangat lambat. "Pak, ada kejadian apa di depan sampai jalanan semacet ini?" tanyaku pada seorang penjual cilok yang lewat. "Pasar kebakaran, Mas. Sudah banyak yang hangus tokonya!" jawab si
Bab 10 - Bela yang KuatSyukurlah tak berapa lama kami tiba di rumah sakit, Bela langsung dibawa ke ruang UGD untuk pemeriksaan lebih lanjut. Aku menunggu di depan ruangan dengan hati cemas dan khawatir.Lima belas menit kemudian, dokter yang memeriksanya keluar dengan senyum di bibirnya. Hatiku langsung terasa adem, itu berarti Bela akan baik-baik saja. "Bagaimana, Dok?" Tak urung aku bertanya juga. "Sejauh ini dia masih baik-baik saja. Sekarang sudah sadar. Namun untuk pemeriksaan lebih lanjut, sebaiknya pasien dirawat beberapa waktu di sini. Jika hasil pemeriksaannya bagus, pasien boleh pulang," terang dokter panjang lebar. "Alhamdulillah, terima kasih dokter. Apa saya boleh menjenguknya?" tanyaku. Dokter mengangguk lalu permisi untuk kembali ke ruangannya. Setelah mengucapkan terima kasih, aku masuk ke ruangan Bela. Dia sedang duduk melamun di atas tempat tidur. Aku merasa iba melihat keadaanya sekarang. "Bel, bagaimana keadaan kamu?" tanyaku pelan. Bela kaget melihat kedata