Share

Istriku Preman Pasar
Istriku Preman Pasar
Author: Nur Meyda

Bab 1

 

 

Bab 1 - Arabela Putri

 

POV Bela

 

"Uang keamanan, Pak!" seru Bela.

 

"Ampun, Neng. Bapak belum dapat penglaris, nanti saja balik lagi, ya!" mohon seorang pedagang kelontong pada Bela yang datang untuk menagih uang keamanan.

 

"Oke, nanti aku balik lagi. Harus sudah ada ya nanti!" ancamku dengan wajah dibuat seseram mungkin.

 

"Iya, Neng. Bapak janji!"

 

Sambil menepuk bahu si bapak, aku berlalu dari tokonya menuju ke toko di sebelahnya untuk menagih uang iuran keamanan pasar.

 

Ini lah kegiatanku sehari-hari. Perkenalkan namaku Arabela putri, biasa dipanggil Bela. Pekerjaanku sebagai anak buah dari Ramon si Kribo, preman yang menjaga keamanan pasar.

 

Aku merupakan satu-satunya anggota perempuan, walau begitu tak ada dispensasi dari Bang Ramon, biasa aku memanggilnya. Aku harus ikut semua kegiatan yang diperintahkan oleh Bang Ramon.

 

Jika harus kelahi dengan geng lain, aku juga akan ikut serta. Semua anak buah Bang Ramon diajarkan ilmu bela diri termasuk diriku.

 

"Gimana, Bel? Aman?" tanya Bang Ramon saat melihatku.

 

"Aman, Bang. Hanya kurang pedagang kelontong di blok 3, belum buka dasar katanya!" jawabku sambil menyerahkan hasil yang kudapatkan.

 

Bang Ramon mengangguk mengerti, aku paham kalau dia pasti tak masalah jika ada yang menunggak pembayaran. Bang Ramon paling tidak bisa melihat orang susah, pasti akan dibantu sebisanya.

 

"Bang, aku pamit ya. Gerah, mau mandi dulu di rumah!" pamitku.

 

"Ngapain pulang, neng. Mandi di toilet pasar aja napa. Biar Abang jagain di depan pintu," tawar Bang Vero, tangan kanannya Bang Ramon.

 

"Enak aja, Abang itu bukan jagain. Yang ada malah Abang yang ngintipin aku!" 

 

"Tau aja si Eneng," balasnya sambil tertawa.

 

Segera ku tinggalkan mereka yang masih tertawa meledekku, sebagai satu-satunya wanita di dalam geng, membuat aku menjadi bahan ledekan mereka. Aku, aku tahu kalau mereka hanya bercanda saja.

 

Keluar dari lingkungan pasar, aku disambut oleh teriknya matahari di tepi jalan. Sambil menunggu angkot, aku memperhayikan sekelilingku. Banyak orang yang berlalu lalang dengan tujuannya masing-masing. 

 

Pemandangan yang sudah biasa kudapatkan setiap hari. Sedang asyik mengamati sekeliling, tiba-tiba aku dikagetkan oleh teriakan seorang wanita di belakangku.

 

"Jambret! Tolong!" 

 

Aku menoleh, tampak seorang wanita terduduk di atas tanah sambil berteriak-teriak menunjuk pada seorang pria yang sedang berlari ke arahku. Rupanya pria itu baru saja menjambret tas wanita tadi. 

 

Saat pria tersebut lewat di sampingku, kupukul dadanya dengan tangan kananku. Dia jatuh tersungkur, tas yang dipegangnya terlepas. 

 

"Bangs**! Berani-berani Lu mukul gue!" makinya sambil berusaha bangkit.

 

Dia mengeluarkan pisau belati dari balik  jaketnya, aku mundur sekngkh dan memasang kuda-kuda. Saat pria itu menyerang segera saja kukeluarkan jurusku, tak butuh waktu lama dia sudah tak berkutik lagi.

 

Sementara orang disekitarku hanya menonton saja. Setelah penjambret itu kutangkap, baru mereka ramai-ramai menghajarnya sampai seorang polisi datang melerai. 

 

Wanita tadi segera mengambil tasnya yang tergeletak di atas tanah. "Terima kasih Neng, kamu hebat banget!" pujinya. 

 

"Ah, biasa aja, Mbak. Lain kali hati-hati kalau di jalan!" ingatku.

 

"Iya, Neng. Terima kasih."

 

Angkot yang kutunggu tiba, segera saja aku naik meninggalkan wanita itu dan kerumunan orang yang masih ingin menghajar penjabret tadi. 

 

Sampai di rumahku, bukan, rumah peninggalan nenekku, aku segera mandi lalu beristirahat. Hari ini sungguh melelahkan.

 

 

Bersambung.

 

 

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status