Share

Sepucuk Surat

Matahari mulai bersinar terang saat Cloudy menata langkahnya menuju taman. Perasaan dalam dadanya bagai seekor kelinci yang berloncatan menghindari tangkapan. Sepanjang jalan ia berdoa semoga hari ini pria kemarin tak lagi mengganggunya. Kejadian semalam membuatnya merasa cemas yang berebihan.

Sekilas kelebat bayangan kejadian kemarin menghampirinya kembali, ada bayangan senyum pria itu di netranya, senyum yang tampak tulus. Namun sebagian hatinya tetap merasa harus terus waspada.

"Bukankah di masa lalu telah mengajarkan orang yang terlihat baik ternyata malah menyimpan niat jahat kepadaku," bisik hatinya tak membiarkan terlena dalam penilaian pandangan pertamanya. 

Langkah Cloudy yang pelan dan segudang pemikiran yang saling menimbang dalam pergulatan kata, terus membawanya hingga ke kursi taman tempat biasanya ia melepas segala perasaan yang menghimpit dada.

Sementara Habibie telah menunggu cukup lama di balik pohon akasia berseberangan dengan kursi tempat Cloudy sering menulis dan melukis. Lebih dari setengah jam ia menunggu, sampai dari kejauhan tampak Cloudy datang menuju kursi tempat biasa ia melakukan kegiatannya. 

Cloudy berjalan pelan, ia hanya memperhatikan jalan dan sekitar tempat kursi yang akan ia duduki. Saat Cloudy hendak menghempaskan tubuhnya ke atas kursi, ia menyadari ada sebuah amplop kertas yang di atasnya diletakkan setangkai mawar merah.

Sebuah amplop berwarna merah senada warna kelopak mawar. Cloudy berusaha mengacuhkan keberadaan benda itu. Tapi tulisannya untuk kamu membuat ia merasa bila surat itu ditujukan kepadanya.

"Apa artinya amplop itu buatku?" Cloudy membatin. 

Berkali-kali matanya melirik ke arah amplop, sampai akhirnya ia memutuskan melukisnya sebagai kenang-kenangan. 

Dari jauh Habibie menatap aktivitas Cloudy,  dalam hati ia sangat berharap Cloudy membuka amplop itu. Tapi tampaiknya Cloudy hanya tertarik memandanginya saja. 

Cloudy begitu asyik menjadikan amplop dan bunga mawar sebagai obyek lukisannya, hingga saat semuanya selesai, baru tangannya meraih kedua benda itu. Perlahan-lahan dibukanya amplop dengan hati-hati, ada selembar kertas dengan tulisan di dalamnya. Lalu dibacanya dalam hati.

Assalamu'alaikum 

Selamat pagi, mawar merahku. Maaf jika kemarin membuatmu terkejut dan marah. Maaf ya, jika caraku salah. 

Aku hanya ingin berkenalan denganmu, namaku Habibie umurku 25 tahun. Aku kost tak jauh dari taman ini. 

Semoga Kamu mau memaafkan kesalahanku ...

Jika Kamu berkenan memberikan maafmu, balaslah surat ini. Tulislah namamu di atas kertas dan ambillah bunga mawar itu sebagai tanda terima kasihku. 

Tertanda 

Habibie

Cloudy melipat surat dan memasukkan kembali ke dalam amplop, matanya mencari-cari pria yang menuliskan surat itu. Tapi Cloudy tak menemukan sosok yang kemarin sempat membuatnya terkejut. 

Cloudy mengambil pinsilnya dan menuliskan nama serta sebaris pesan untuk Habibie. Lalu ia beranjak pergi sambil membawa setangkai mawar pemberian Habibie, ingin sekali ia mencium wanginya,  tapi ia takut bila hal itu semacam sebuah intrik untuk mencelakai. 

Habibie merasa sangat senang, memperhatikan semua hal yang dilakukan Cloudy. Lalu dengan sigap ia menguntit perjalanan pulang Cloudy ke rumah kakeknya, menyebrang jembatan dan dengan cepat mengambil amplop di tempat Cloudy duduk dengan gerakan kilat.

Sebuah rumah berwarna cream dengan kombinasi warna coklat tanah. Halaman depan yang tampak luas dengan taman yang tertata rapi. Rumah yang dituju Cloudy, rumah yang menanunginya saat ia kehilangan kedua orang tua yang dicintainya.

Cloudy datang dan disambut tantenya, dari jauh Habibie memperhatikan semua. Tepat seperti harapannya. Setelah ini akan ada banyak informasi yang akan didapatnya.

"Akhirnya, cukup berbekal nama dan alamat. Akan dengan mudah bagiku menaklukkannya," ucapHabibie dalam hati.

Mata Habibie mengikuti Cloudy sampai bayangan Cloudy masuk ke dalam rumahnya. Lalu kemudian ia pergi meninggalkan tempat itu menuju kostannya. 

Sesampai di kamar kost, dibukanya amplop surat yang ditinggalkan Cloudy di atas tempat ia duduk tadi. Habibie membukanya dengan penuh perasaan. Wajah Habibie yang semula berseri tiba-tiba mengeras saat membaca tulisan Cloudy. Ia langsung memasukkan kertas ke dalam amplopnya dan menarik nafas, kecewa dan sedih.

Hai, Habibie

Namaku Cloudy, usiaku 20 tahun. Aku menerima maafmu, dan aku juga memohon satu hal darimu. Tolong jauhi aku! 

Terima kasih

Cloudy

Perasaan kecewa dan harapannya tiba-tiba tercabik-cabik, menyeruak dalam dada Habibie, ia merasa kecewa pada Cloudy untuk kesekian kalinya. Padahal ia sudah menunjukkan bahwa ia berniat baik.

Berkali-kali pria tampan itu menghembuskan nafasnya, mengatur perasaan yang belum mampu dikendalikan. Ribuan pertanyaan singgah dibenaknya, mengapa seorang perempuan seperti Cloudy membuatnya merasa demikian putus asanya? mengapa seorang Cloudy bahkan tak membuka hati walau hanya untuk berkenalan bahkan mungkin bersahabat dengannya. 

Habibie berusaha menerka-nerka bagaimana sifat dari Cloudy, pikirannya telah menghasut harapannya, namun sifat keras kepalanya sebagai pria lagi-lagi menebas semua kata-kata jahat yang melesat dalam pikiran.

"Aah, apa isi suratku tadi yang membuatnya makin tak peduli, ya? aku menyebutnya mawar merahku, seolah aku telah memilikinya. Apa karena itu ia makin memintaku untuk menjauhi, apa kata-kataku tadi sangat lancang untuk seorang perempuan berhijab sepertinya? Ya, Tuhan aku merasa begitu lemah dihadapan perempuan ini. Sendi-sendiku serasa tak berdaya untuk kutegakkan lagi," gumam Habibie tak lagi menyadari Anton yang mendengarkan kata-katanya tersenyum-senyum sendiri saat menyadari sahabatnya ini sedang dilanda asmara.

"Wooii! sadar ..." teriak Anton tepat di telinga Habibie.

"Astagfirullah ... dasar mulut tak punya akhlak!" seru Habibie yang tak mau kalah nyaringnya meneriaki sahabatnya yang sudah berlari menuju kamar mandi.

"Tapi sebenernya Anton ada benarnya, saat ini mungkin aku sedang tidak sadar. Atau barangkali aku sedang mendapatkan karma dari perbuatanku di masa lalu. Eh, tunggu, memangnya aku pernah berbuat apa di masa lalu? Aku tak pernah mengacuhkan gadis. Eeits, mungkin iya aku tak pernah mengacuhkan tapi aku seringkali memberi harapan palsu pada perempuan dan gadis-gadis yang nyata sekali menyukaiku. Tapi, sebenarnya lagi aku tak berniat seperti itu. Mereka hanya baper berlebihan terhadap sikap dan perhatianku yang sama pada semua perempuan." Suara batin Habibie saling bersahutan membuat Habibie merasa perlu mencurahkan perasaannya pada sesuatu yang membuatnya bahagia.

Ia melepakan pakaian olah raga yang telah basah oleh keringat, dilapnya wajahnya dengan tisue basah berikut tubuhnya. Minyak wangi mahal pemberian salah satu klien yang memujanya disemprotkan hampir keseluruh tubuh. Memberikan kesegaran pada raganya yang merasa gerah dengan kejadian yang baru dialami. Ia tak ingin menunggu Anton selesai mandi, telinganya enggan mendengar kicau suara Anton yang akan mencibiri perasaannya saat ini. 

Sebuah sweater kerah tinggi berwarna abu-abu tua yang pas di tubuhnya  dipadu padankan dengan blazer berwarna hitam dan celana jeans berwarna biru tua dipilihnya untuk menemani aktivitas hari ini. Lalu ia bergegas pergi dengan motornya menuju cafe.

Habibie memarkirkan sepeda motor gedenya di parkiran karyawan. Beberapa pasang mata wanita menatap lekat pada tubuh tinggi atletis yang melintasi halaman parkir menuju cafe. Beberapa karyawan wanita pun berdecak kagum pada wajah tampan dan tubuh yang terjaga milik Habibie. Sementara para karyawan prianya sebagian menganggapnya sedang pamer dan sebagian lagi berharap memiliki tubuh sepertinya. 

Habibie hanya mengangguk hormat pada tatap mata yang sedang menilainya. ia sedang tidak bernafsu memikirkan tatapan-tatapan aneh milik para wanita dan para karyawannya itu.

Tas ransel yang berisi laptop diletakkannya dalam kantornya. Blazer yang dikenakan kini berganti dengan seragam chef. Di kepala Habibie sedang muncul beragam ide menu yang  ingin dicobanya untuk melepas semua resah hati.

Ia ingin melupakan Cloudy untuk beberapa saat. Dan berkutat dengan bahan-bahan masakan, melepaskan ketegangan pikiran sekaligus menambah varian rasa dalam menu cafe sehat miliknya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status