Share

Kencan Pertama

Alleya menatap meja yang penuh dengan hidangan jawa. Dengan semangat empat lima, Alleya mengambil menu kesukaannya dan mulai menikmatinya dengan sepenuh jiwa. Ia tidak memperhatikan kedatangan Aditya.  

Semua orang di meja itu menikmati hidangan yang tersaji, kecuali Aditya yang masih berusaha menerima kenyataan yang ada.

"Mari, Nak Aditya. Jangan menunggu makanannya menjadi dingin," ajak Rudy kepada Aditya yang menatap kosong piringnya.

"Oh, eh, iya Om,"Aditya menjawab dengan salah tingkah diikuti tatapan tidak suka Ryan dan Bima. Ia mulai mengisi piringnya dengan sedikit nasi dan beberapa sayur. 

"Sedang diet ya?" tanya Bima menyindir Aditya.

"Hah? Oh, nggak Kak. Tadi di rumah sudah sempat mengisi perut dan sekarang masih agak kenyang." Aditya keder juga melihat tatapan tidak suka kedua kakak calon istrinya itu. Apakah sikapnya tadi sudah keterlaluan, meninggalkan meja setelah mengetahui sosok gadis calon istrinya seorang yang buruk rupa? Aaaah, dirinya merutuki sikap bodohnya. Harusnya ia bisa sedikit halus tadi.

Setelah meja makan itu kembali kosong, mulailah mereka ke pembicaraan inti.

"Bagaimana, Bram? Apakah rencana perjodohan ini diteruskan atau tidak?" Rudy bertanya tanpa b**a-basi. Ia juga ingin segera mengetahui akhir dari penyamaran putrinya.

Abraham tertawa."Yang akan menikahkan bukan aku, Dy. Tapi anakku yang jelek ini." Jawaban Abraham memancing tawa seisi ruangan itu, membuat Aditya salah tingkah sendiri.

"Tidak apa-apa kalau tidak suka. Alleya ya seperti itu. Setidaknya, kalau kamu pengen merasakan sop rasa sayur asam, Alleya jagonya..." seloroh Ryan, yang justru menjelekkan kemampuan memasak Alleya. Sekali lagi, suara tawa menggema di ruangan vip nomor 6.

Aditya melihat sosok Alleya yang sangat akrab dengan kakak-kakaknya. Ia bisa melihat hubungan mereka begitu erat sehingga jika ia berani macam-macam dengan adiknya, dirinya jelas akan mendapatkan bogem mentah dari kakaknya, belum lagi Rudy, ayahnya yang terlihat jelas sangat menyayangi putrinya itu.

"Bagaimana, Nak?"Kali ini Lisa yang bersuara. Ia sangat ingin mendengar anaknya mengatakan iya.

Aditya mengangguk setuju. Lisa tersenyum senang, begitu juga Rita. Lain halnya dengan Abraham tapi ia tidak menyerah. Jika Aditya tetap tidak bersedia menggantikannya, maka ia akan meminta menantunya yang memegang perusahaannya. Jadi, apapun keputusan Aditya, Abraham sama sekali tidak merasa rugi.

"Mungkin setelah ini kalian bisa bertukar nomor, jadi bisa saling mengenal satu sama lain. Saya harapkan tidak usah lama-lama kenalannya. Kalau bisa, tidak sampai satu tahun kita sudah bisa menggelar resepsi untuk anak-anak kita ini." Abraham memberikan kata penutupan yang disambut anggukan setuju Rudy.

-0-

"Uhuy! Sebentar lagi rumah Papa bakalan rame, janur kuning akan melengkung di depan gerbang, bau bunga setaman di mana-mana..." Ryan masuk ke kamar Alleya, menggoda Alleya yang sedang melepas topeng buruk rupanya.

"Iiiish! Kak Ryan usil," teriak Alleya melemparkan aneka botol kosmetiknya ke arah Ryan. Gelak tawa mereka memancing kedatangan Rita. 

"Ada apa ini?"

"Nggak tau deh, Ma. Kak Ryan itu ngomong nggak jelas."

"Ini nomor telpon Aditya. Barusan Tante Lisa sms ini." Alleya menerima kertas itu dan mulai memasukkannya ke ponselnya.

"Jangan lama-lama, Al. Ntar khilaf di tengah jalan bahaya...!' Ujar Ryan ke luar dari kamar Alleya.

"Kakaaak!!!!"

Ryan tertawa terbahak dari kamar sebelah.

-0-

Keesokan harinya, Alleya berangkat seperti biasa ke rukonya. Hari ini, ia tidak mengenakan topeng dari rumah, melainkan di tokonya, sekalian memberitahu karyawannya tentang aksi penyamarannya. Alleya merasa Aditya akan datang mengunjunginya di ruko miliknya, membuat ia cepat mengenakan topeng penyamarannya. 

Semua karyawannya sudah diberitahu tentang penampilan barunya dan dilarang untuk menanyakan alasan dibalik penyamarannya. Cukup mereka dengarkan instruksi darinya dan menuruti semua aturan yang ia tetapkan.

Suara ketukan di depan ruangannya mengejutkan Alleya yang sedang memeriksa laporan persediaan barang. Ia mengangkat kepalanya, tampak sosok Nia, asisten tokonya membuka pintu.

"Bu, ada tamu. Boleh diijinkan masuk? Katanya sudah buat janji."

"Ya, suruh masuk." Alleya meneruskan pekerjaannya, dan baru berhenti ketika Aditya menyapanya dan duduk di kursi depan mejanya.

"Sedang sibuk?" tanya Aditya b**a-basi.

"Sedikit." Jawab Alleya pendek. Aditya menelisik wajah Alleya. Gadis ini. Andai bukan putri dari sahabat papanya, pasti akan ia tolak. Kalau bukan karena ancaman dirinya harus meneruskan bisnis IT orangtuanya, Aditya akan mencampakkan gadis yang kini sedang menata tumpukan kertas di depannya.

"Mau menemaniku makan siang?' Aditya menghentikan sikap b**a-basinya.

"Hmm, boleh. Sebentar, aku bersiap dulu." Alleya berdiri mengambil sweater tipis berwarna hitam miliknya. Aditya melirik Alleya. Dilihat dari selera berpakaiannya, gadis ini jelas mengikuti tren yang berkembang. Rambut panjangnya jelas sering mendapatkan perawatan ekstra. Tinggi badannya pun ideal, seimbang dengan bentuk tubuhnya, yang artinya gizi gadis itu sangat terjaga. Aiish! Aditya menonyor keningnya sendiri. Ia sudah terlalu lama memandangi Alleya hingga lupa jika Alleya sudah berjalan lebih dulu ke luar dari ruangannya.

"Berangkat sekarang?" tanya Alleya membuyarkan lamunan Aditya, membuat pengacara muda itu salah tingkah sendiri. Sikap gadis ini justru sering membuatnya mati kutu. Kenapa dia yang jadi gugup sendiri? Kan harusnya gadis itu yang merasa gugup berdekatan dengan pria tampan seperti dirinya.

-0-

"Makan siang di mana?" Aditya menatap Allleya yang sedari tadi diam, melihat ke depan.

"Terserah, asal bersih, murah dan enak." Jawaban Alleya membuat kening Aditya berkerut. Tidak terbiasa makan di restoran mewahkah? 

Aditya membawa Alleya ke restoran bernuans jawa. Entah mengapa Aditya, sejak acara pertemuan keluarganya dengan keluarga Alleya, memilih masakan jawa dari pada makanan asing yang selama ini menemaninya. Melihat Alleya yang kemarin begitu menikmati makanannya, jujur membuat Aditya tergiur untuk mencicipi masakan itu lagi. 

Alleya menautkan kedua alisnya. 

"Ke sini lagi? Kemarin kan sudah kemari?" tanya Alleya heran. Ia tidak mengerti mengapa Aditya membawa dirinya ke restoran yang kemarin mereka datangi.

"Tidak suka?" Aditya menatap Alleya tajam. Bukannya gadis ini begitu menikmati hingga mengabaikan dirinya. 

"Oh, suka sekali. Terima kasih sudah kembali mengajak kemari." Wajah Alleya begitu senang, bersegera ke luar dari mobil Aditya.

Aditya berjalan di belakang Alleya. Siang itu, angin bertiup kencang, membuat beberapa helai rambut Alleya secara tidak sengaja menerpa wajah Aditya.

"Tidak bawa ikat rambut? Rambutmu mengganggu," ucap Aditya lalu berjalan mendahului Alleya yang berhenti jalannya mendengar teguran Aditya.

Tsk. Andai tidak ingat papa dan mama, sudah kutendang kau dari tadi, sungut Alleya dalam hati sambil mengambil ikat rambutnya. Ia menguncir rambutnya kemudian melanjutkan langkahnya menyusul Aditya. Balok es, gumamnya kesal sambil berlari kecil menyusul Aditya yang sudah jauh meninggalkan dirinya.

Ketika Alleya sudah sampai di dekat meja yang dipilih Aditya, dirinya melihat beberapa pria sedang berbicara dengan Aditya. Alleya membuka kursi untuk dirinya sendiri, mengabaikan Aditya yang berdiri tidak jauh darinya.

"Sama siapa ke sini, Dit?"

"Sendiri," jawab Aditya singkat.

'Nah, itu siapa?" Pria berkacamata di sebelah kanan Aditya menunjuk ke arah Alleya. Alleya pura-pura tidak tahu tetapi membuka telinganya lebar-lebar.

"Oh, itu anak tetangga, tadi kebetulan ketemu di jalan, kelihatan sedang kelaparan, jadi aku ajak ke sini, daripada nanti pingsan di jalan, repot juga kan." Jawaban Aditya mendapatkan anggukan setuju dari temannya, tapi tidak dengan Alleya. Ia menahan emosinya mendengar  perkataan Aditya. 

Jadi, apa sebenarnya motif Aditya menerima perjodohan dengan Alleya jika hanya ingin mempermalukan gadis itu  di depan teman-temannya?

Komen (2)
goodnovel comment avatar
Mazlan Kanun
kelihatan menarik
goodnovel comment avatar
Sarino Wiriantama
mantap sangat bagus di baca Utuk mengisi waktu kosong
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status