Share

Perkenalan Pertama

Meminta izin orang tua tentu tidak mudah bagiku, tetapi menjaga kepercayaan yang sudah diberikan oleh orang tuaku adalah yang lebih tidak mudah. Sebagai orang tua, mereka pasti tidak tenang melepas anak gadisnya yang sudah berumur 25 tahun merantau sendirian ke ibu kota. Oleh karena itu, aku harus membuat diriku dalam kondisi aman di sini agar orang tuaku tidak khawatir padaku.

Siang hari ini, aku tiba untuk yang kedua kalinya di bandara ibu kota. Berbeda dari yang sebelumnya, kali ini aku dijemput oleh supir khusus dari agensi yang akan mengantarku ke bertemu ketujuh member terlebih dahulu. Karena kali ini aku sudah tahu acara yang akan dilakukan, aku pun berusaha membaca beberapa artikel tentang mereka agar saat bertemu nanti sudah tidak secanggung pertama kali aku bertemu Mas Yogi dan Mas Keyjo.

Pihak agensi memintaku meninggalkan barangku di dalam mobil saja karena sebentar lagi aku akan diantar ke tempat aku tinggal selama di sini. Aku hanya diminta masuk ke ruangan mereka di saat mereka sedang berlatih vokal bersama.

Sesuatu yang indah pun terjadi. Aku terpukau seperti melihat tujuh orang malaikat sekaligus memandang ke arahku.

“Wah, apakah mereka semua manusia?” kataku pada Pak Abdul yang ikut menemaniku masuk ke dalam ruangan latihan mereka.

“Itulah sebabnya di kontrak kutulis Mbak Sheyki jangan sampai jatuh cinta pada mereka!” jawabnya.

“Ah, mana mungkin saya...oh tidak, maksudnya, mana mungkin mereka jatuh cinta pada saya!” jawabku.

“Wow, lihat, ada siapa ini?” tanya salah satu member menyapaku terlebih dahulu dengan sangat ramah.

“Nama saya Sheyki!”

“Hei, pakai aku-kamu ajalah Mbak Sheyki! Biar kita akrab!” kata Mas Keyjo yang sudah mengenalku.

“Mas Keyjo udah kenal?” tanyanya.

“Sudah, dong! Selamat datang Mbak Sheyki! Kami berharap bisa bekerja sama dengan baik!” katanya menjabat tanganku.

“Kenalin, aku Muhabi! Panggil aja Habi!” kata yang periang tadi mengenalkan namanya padaku.

“Aku Vino! Umurku 25 tahun, umurmu berapa?” tanya yang lain.

“Aku seumuran Mas Vino!” jawabku mulai santai dengan mereka.

“Oh ya? kalau begitu jangan memanggilnya ‘Mas’, panggil saja namanya! Umurku setahun lebih tua darimu!” kata Mas Habi.

“Benar, panggil saja aku Vino!” kata Vino yang menolak kupanggil ‘Mas’.

“Hah, kalian banyak bicara! Giliranku! Kenalin, aku Joni! Aku leader di grup ini dan aku dua tuhan lebih tua dari Mbak Sheyki!” katanya.

“Jangan begitu dong, Mas Joni! Panggil seseorang yang lebih muda dengan namanya atau ‘Adek’, sedangkan yang lebih tua memanggilnya ‘Mas-Mbak’ begitu!” kata seseorang yang nampak sangat muda.

“Kamu pasti yang paling muda ya?” tanyaku.

“Benar! tapi, ototku paling kuat di sini! Kenalin, aku Juki, umurku 23 tahun!” jawabnya dengan sangat menggemaskan.

“Tentu kamu yang paling kuat, kami memberimu susu setiap hari kan?” kata Mas Yogi mengusilinya.

“Ah, sudah-sudah! Giliranku! Kenalin, aku Maxime! Kita juga seumuran!” kata satu member terakhir yang mengenalkan dirinya.

“Mbak Sheyki nanti tinggal di mana?” tanya Juki yang paling muda.

“Dia akan tinggal di dorm kalian!” jawab Pak Abdul.

“Sendirian? Di tempat yang luas itu?” kata Vino kaget.

“Kalau begitu aku akan sering mengunjungimu, Mbak!” kata Juki seolah dia khawatir padaku.

“Kali ini, kalau kalian ke sana harus ketok pintu dulu! Tempat itu sekarang sudah dihuni seorang wanita, jadi kalian harus masuk dengan izin dia!” kata Mas Yogi mengingatkan.

“Yang paling penting itu, Mbak Sheyki harus mengunci pintu rapat-rapat! Jangan sampai kami kelupaan dan masuk ke dalam tanpa izin!” kata Maxime.

“Ya sudah, sekarang siapa yang mau mengatarnya mengenalkan setiap ruangan di gedung ini?” tanya Pak Abdul.

“Aku!” jawab Juki, Maxime, dan Vino bersemangat.

“Ah, biar aku saja! kalian bantu Mas Keyjo masak saja!” kata Ketuanya.

“Oke, let’s go, Mas!” jawabku dengan semangat seolah aku sudah akrab dengannya.

Seketika respon mereka agak kaget melihatku adalah orang yang mudah akrab dengan orang yang baru dikenal.

“Ah, maaf! Maksudku aku hanya mencoba akrab dengan kalian! Maaf!” kataku.

“Oh, tenang, itu justru bagus sekali! Aku harap kamu bisa akrab dengan kami!” kata Mas Habi yang ramah.

Kemudian, aku ditemani Mas Joni untuk melihat-lihat gedung yang harus aku tahu selama di sini. Dia menjelaskan dengan sangat jelas layaknya tour guide ahli padaku.

“Sudah Mas, aku sudah paham kok! Lagian kalau semua dijelaskan saat ini juga, aku tidak mungkin ingat semuanya!” kataku.

“Ah, begitu..terus kalau gitu mbak apa sudah lihat tempat tinggalnya?” kata Mas Joni memulai pembicaraan di saat dia menunjukkan setiap ruangannya.

“Belum, setelah dari sini, aku akan segera ke sana! Oh ya, apa semua member sudah tidak tinggal di sana lagi?” tanyaku.

“Benar, tapi kami masih cukup sering mampir ke sana. Terlebih kalau sudah ada perjalanan ke luar kota atau luar negeri, biasanya kami akan menginap dulu satu malam di sana!” jawabnya.

“Apa ada ruangan yang tidak boleh kukunjungi di sini? aku takut salah masuk ke dalam ruangan” kataku yang sebenarnya sangat penasaran dengan salah satu ruangan tertentu.

“Emm...seharusnya tidak ada sih, terlebih kalau Mbak Sheyki masuknya bersama kami! Sejauh ini tidak ada ruangan yang tidak bisa kami akses di gedung ini!” jawabnya meyakinkan.

“Oh, oke! Cukup!” jawabku tidak ingin membuat Mas Joni kesusahan karena harus menjelaskan padaku.

“Belum selesai, aku akan tunjukkan tempat kerja Mbak Sheyki! Karena Mbak Sheyki harus bekerja di dekat kami, jadi kupikir akan lebih memudahkan jika ruangannya diletakkan di sebelah ruangan kami masing-masing!” katanya menunjukkannya padaku.

“Oh, aku baru tahu kalau aku punya ruangan juga!” jawabku.

“Lah, terus selama ini Mbak Sheyki di sana tidak punya tempat kerja?” tanya dia penasaran.

“Tidak punya! Aku hampir setiap hari bekerja di kamarku. Hanya sesekali saja harus ke kantor!” jawabku.

“Oh begitu, lalu sekarang bagaimana dengan tempat kerja Mbak Sheyki?”

“Tentu saja aku harus mengundurkan diri” jawabku semudah itu.

“Demi kita yang hanya butuh Mbak Sheyki beberapa bulan saja? Apa yang akan Mbak lakukan setelah ini?” tanya dia seolah khawatir.

“Demi aku sendiri! Sementara itu, bertemu dengan ketujuh member seperti kalian adalah bonusku dan mungkin setelah dari sini, aku akan menganggur sebentar, kemudian aku akan berpikir lagi apa yang ingin aku lakukan!” jawabku mudah.

“Kalau begitu silahkan dinikmati bonusmu! Boleh foto sepuasnya, tetapi tidak boleh diunggah ke sosial media!” katanya sedikit memperingatiku.

“Aku bahkan sudah tidak aktif di sosial media sejak dua tahun yang lalu!” jawabku sambil bercanda seolah kami teman yang kenal sejak lama.

Kemudian ketika kami masih asik melanjutkan pengenalan ruangan, salah satu member tertua mendatangi kami.

“Joni, kosongkan acara nanti malam ya! Kita akan makan bersama di dorm!” katanya dengan bersemangat.

“Tanya Mbak Sheyki dulu, dong! Bolehkah kita mengadakan acara malam ini di sana?” katanya.

“Kenapa tanya aku?” kataku bingung.

“Oh, ya harus! Kami mau mengadakan acara makan malam sebagai tanda penyambutan untuk Mbak Sheyki! Boleh kan?” tanya Mas Keyjo.

“Oke, boleh!” jawabku yang tidak pernah menolak ajakan teman manapun.

Aku merasa beruntung bahwa aku sangat diterima di sini. Bagiku ini seperti awal yang baik untuk bekerja sama dengan mereka yang semenyenangkan ini.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status