Share

4. Ketakutan

Lelaki itu mengangkatkan kepala, melirik ke arah Liana. Ekspresi wajah menunjukkan keheranan. Liana menjadi salah tingkah ketika lelaki itu melihat ke arahnya. Astaga keberuntungan apa ini? Sudah terlambat berangkat kerja, eh berada dalam satu lift bersama pangeran .... 

Liana tidak tahu harus menyebut apa. Mungkin pangeran tampan.

Liana merasa canggung, dia tersenyum paksa lalu mengangguk memberi hormat, bentuk kesopanan.

Sungguh pria itu sangat menarik. Mengabaikan senyuman Liana, gayanya acuh, tetapi berhasil menarik perhatian dan Liana merasa terpesona. 

Baru pertama kali bertemu sudah terpesona? Haha. Bisa jadi, 'kan? Liana juga tidak menyangka akan terpesona kepada lelaki itu. Benar-benar tampan. Tubuhnya jangkung, tinggi dan berbadan atletis. Belum lagi bibirnya, ah ... sangat menggoda, tipis dan berwarna merah muda yang alami.

Sempurna bukan?

"Upss ..., idaman aku banget," batin Liana tergila-gila akan ketampanan lelaki itu. Astaga, dia berhasil menarik perhatian Liana hanya dalam waktu satu detik saja. "Omg! Kulitnya ... bersih dan berwarna kuning langsat. Pasti lembut dan halus seperti kulit wanita." 

Mata Liana semakin mencari kesempatan dari kesempurnaan lelaki itu. “Perfect!" kagum Liana, dia memberi nilai 100 untuk kegantengan lelaki itu.

Lelaki itu menyipitkan mata heran melihat Liana yang memperhatikannya.

Setelah puas mengagumi ciptaan Tuhan, kepala Liana memutar ke depan, berdehem juga untuk menghilangkan keheningan namun tetap saja keheningan tercipta. 

Hari pertama berada dalam lift bersama pangeran? Wow. Apakah Liana sedang bermimpi?

Liana muncubit pipinya dan meringis sakit, ternyata bukan mimpi. Ya Tuhan ... Liana merasa sangat beruntung di hari pertama bekerja sebagai sekretaris.

Tiba-tiba terdengar bunyi berderak lift. Lift pun sedikit terguncang beberapa sesaat membuat lift langsung berhenti bergerak dan lampu padam seketika.

Gelap. Pandangan Liana gelap. Dia menjadi tidak keruan dengan kegelapan yang secara tiba-tiba. 

"Astaga? Ini kenapa? Kok tiba-tiba menjadi gelap, sih? Akhh! Lampu padam. Tolong, tolong!" Tanpa sadar Liana sudah berteriak histeris. 

Dia Ketakutan.

Liana takut gelap. Takut sekali. Dia menjadi tidak suka gelap. Kegelapan adalah hal pertama yang Liana benci dan tidak sukai. Gelap tanpa penerangan lampu atau pun cahaya bulan, ditengah kegelapan Liana berteriak histeris dan jantungnya sudah berdetak kencang, keringat dingin bercucuran, kembali membasahi sekujur kulit di tubuh. 

"Tolong! Tolong!" Liana berteriak meminta tolong lagi. Lampu tidak menyala-nyala, Liana kira hanya beberapa saat saja lampu padam. Kini Liana menjadi bertambah takut kegelapan. "A-a-aku. Ta-kut gelap---" gagap Liana dengan bibir bergetar.

Tanpa sadari Liana menangis kini terisak-isak, histeris kembali tanpa bisa mengendalikan diri. 

"Aku takut, aku benci gelap ...." Liana mengadu pada dirinya sendiri. Dia masih menangis terisak-isak. Dalam hati Liana berharap lampu menyala kembali, semoga saja. Liana sudah tidak kuat lagi melawan kegelapan. 

Sesaat kemudian Liana merasakan tangan kuat memeluk dirinya dari samping, dan suara lelaki itu berusaha menenangkan membuat Liana sadar, dia tidak sendirian yang terjebak lift dan terjebak dalam kegelapan.

"Tenang, kamu yang tenang .... Jangan takut. Hanya lampu mati biasa. Kamu tidak sendiri di sini. Ada saya di sampingmu. Jangan takut, kamu harus tenang, kamu aman." 

Suaranya lembut menelusup telinga Liana. 

"Jangan takut, jangan takut."

Sepersekian detik kemudian perasaan Liana jauh lebih tenang dan suara itu sungguh menenangkannya. Tangan besar mengelus-elus rambut Liana dengan sangat lembut. 

Perlahan-lahan, ketakutan Liana berkurang. Liana merasakan aman dipelukannya. Ini bukan modus, tapi nyata Liana nyaman dalam pelukan lelaki itu.

Tidak ada lagi isakan dari Liana. Jurus dari lelaki itu yang sangat ampuh ketika menenangkan wanita sedang ketakutan. "Jangan takut, ya. Lift hanya macet sebentar, tidak lama. Mungkin karena sedikit kesalahan teknis. Ini sudah biasa," jelas lelaki itu.

Liana mengangguk kaku. Dia sadar sudah cukup lama berada dipelukkan seorang lelaki yang tidak dikenal. Kesadaran Liana kembali, dia membatin berkata, "Ingat Lian, sekarang kamu sedang berada di lift bersama lelaki tampan! Jangan mempermalukan diri sendiri! Cengeng sekali!"


Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status