Share

4. Ketakutan

Author: Lusia
last update Last Updated: 2020-08-05 12:47:22

Lelaki itu mengangkatkan kepala, melirik ke arah Liana. Ekspresi wajah menunjukkan keheranan. Liana menjadi salah tingkah ketika lelaki itu melihat ke arahnya. Astaga keberuntungan apa ini? Sudah terlambat berangkat kerja, eh berada dalam satu lift bersama pangeran .... 

Liana tidak tahu harus menyebut apa. Mungkin pangeran tampan.

Liana merasa canggung, dia tersenyum paksa lalu mengangguk memberi hormat, bentuk kesopanan.

Sungguh pria itu sangat menarik. Mengabaikan senyuman Liana, gayanya acuh, tetapi berhasil menarik perhatian dan Liana merasa terpesona. 

Baru pertama kali bertemu sudah terpesona? Haha. Bisa jadi, 'kan? Liana juga tidak menyangka akan terpesona kepada lelaki itu. Benar-benar tampan. Tubuhnya jangkung, tinggi dan berbadan atletis. Belum lagi bibirnya, ah ... sangat menggoda, tipis dan berwarna merah muda yang alami.

Sempurna bukan?

"Upss ..., idaman aku banget," batin Liana tergila-gila akan ketampanan lelaki itu. Astaga, dia berhasil menarik perhatian Liana hanya dalam waktu satu detik saja. "Omg! Kulitnya ... bersih dan berwarna kuning langsat. Pasti lembut dan halus seperti kulit wanita." 

Mata Liana semakin mencari kesempatan dari kesempurnaan lelaki itu. “Perfect!" kagum Liana, dia memberi nilai 100 untuk kegantengan lelaki itu.

Lelaki itu menyipitkan mata heran melihat Liana yang memperhatikannya.

Setelah puas mengagumi ciptaan Tuhan, kepala Liana memutar ke depan, berdehem juga untuk menghilangkan keheningan namun tetap saja keheningan tercipta. 

Hari pertama berada dalam lift bersama pangeran? Wow. Apakah Liana sedang bermimpi?

Liana muncubit pipinya dan meringis sakit, ternyata bukan mimpi. Ya Tuhan ... Liana merasa sangat beruntung di hari pertama bekerja sebagai sekretaris.

Tiba-tiba terdengar bunyi berderak lift. Lift pun sedikit terguncang beberapa sesaat membuat lift langsung berhenti bergerak dan lampu padam seketika.

Gelap. Pandangan Liana gelap. Dia menjadi tidak keruan dengan kegelapan yang secara tiba-tiba. 

"Astaga? Ini kenapa? Kok tiba-tiba menjadi gelap, sih? Akhh! Lampu padam. Tolong, tolong!" Tanpa sadar Liana sudah berteriak histeris. 

Dia Ketakutan.

Liana takut gelap. Takut sekali. Dia menjadi tidak suka gelap. Kegelapan adalah hal pertama yang Liana benci dan tidak sukai. Gelap tanpa penerangan lampu atau pun cahaya bulan, ditengah kegelapan Liana berteriak histeris dan jantungnya sudah berdetak kencang, keringat dingin bercucuran, kembali membasahi sekujur kulit di tubuh. 

"Tolong! Tolong!" Liana berteriak meminta tolong lagi. Lampu tidak menyala-nyala, Liana kira hanya beberapa saat saja lampu padam. Kini Liana menjadi bertambah takut kegelapan. "A-a-aku. Ta-kut gelap---" gagap Liana dengan bibir bergetar.

Tanpa sadari Liana menangis kini terisak-isak, histeris kembali tanpa bisa mengendalikan diri. 

"Aku takut, aku benci gelap ...." Liana mengadu pada dirinya sendiri. Dia masih menangis terisak-isak. Dalam hati Liana berharap lampu menyala kembali, semoga saja. Liana sudah tidak kuat lagi melawan kegelapan. 

Sesaat kemudian Liana merasakan tangan kuat memeluk dirinya dari samping, dan suara lelaki itu berusaha menenangkan membuat Liana sadar, dia tidak sendirian yang terjebak lift dan terjebak dalam kegelapan.

"Tenang, kamu yang tenang .... Jangan takut. Hanya lampu mati biasa. Kamu tidak sendiri di sini. Ada saya di sampingmu. Jangan takut, kamu harus tenang, kamu aman." 

Suaranya lembut menelusup telinga Liana. 

"Jangan takut, jangan takut."

Sepersekian detik kemudian perasaan Liana jauh lebih tenang dan suara itu sungguh menenangkannya. Tangan besar mengelus-elus rambut Liana dengan sangat lembut. 

Perlahan-lahan, ketakutan Liana berkurang. Liana merasakan aman dipelukannya. Ini bukan modus, tapi nyata Liana nyaman dalam pelukan lelaki itu.

Tidak ada lagi isakan dari Liana. Jurus dari lelaki itu yang sangat ampuh ketika menenangkan wanita sedang ketakutan. "Jangan takut, ya. Lift hanya macet sebentar, tidak lama. Mungkin karena sedikit kesalahan teknis. Ini sudah biasa," jelas lelaki itu.

Liana mengangguk kaku. Dia sadar sudah cukup lama berada dipelukkan seorang lelaki yang tidak dikenal. Kesadaran Liana kembali, dia membatin berkata, "Ingat Lian, sekarang kamu sedang berada di lift bersama lelaki tampan! Jangan mempermalukan diri sendiri! Cengeng sekali!"


Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • It's Okay That's Love (INDONESIA)   57. Hiking ke Gunung

    Dan Liana membuat daftar; dia mengajak Nova untuk mendaki gunung besok. Iya! Besok! Haha, Liana jadi bersemangat.Di sisi lain. Presdir tahu Evan menyukai Liana; dia menilai sikap Evan. Saat berada di lift, Dika memuji Evan."Aku baru tahu bahwa kamu adalah anak yang baik dalam menilai seorang wanita. Sepertinya kamu mencintai wanita tidak hanya dari sudut pandang fisik atau kekayaan."Presiden Dika memuji Evan sebagai orang yang tepat, dan dia tidak mengkhawatirkan Evan lagi. Evan hanya mengangguk sopan, tapi dia tidak mengerti apa yang dikatakan Presiden Dika.Lol.****Keesokan harinya, Nova dan Liana pergi ke pegunungan. Kesempatan bagi Liana untuk mencoba mencari informasi dari Nova. Mereka berbincang-bincang dalam perjalanan ke atas bukit, dengan kaos pendek berwarna putih yang dikenakan Liana membuatnya terlihat seksi. Jaket rajut merah muda diikatkan di pinggangnya. Sepatu bot hitam tingginya dua sentimeter, dan dia mengenakan j

  • It's Okay That's Love (INDONESIA)   56. Tidak dipecat

    Kata-kata Dika sedikit menusuk hati Liana. Sakit? Ya. "Aku tahu. Aku sadar akan diriku dan hidupku, Presdir." Liana tidak pernah mau menerima perasaan Nova, cinta dari Nova. "Saya tidak akan pernah menikah dengan orang kaya," kata Liana.Liana mengaku tidak memiliki perasaan pada Nova dan tidak memiliki perasaan pada Nova atas perintah Dika yang hanya menjadikan Nova orang sukses dan sekretarisnya."Hari demi Hari aku tidak bisa menepati janjiku, tidak punya perasaan cinta atau ketertarikan pada Nova. Tapi aku akan berusaha menyingkirkan perasaan itu."Namun, dia tidak bisa menerima perasaan Nova, tetapi dia akan berusaha menghilangkan perasaan itu.Direktur Utama Dika berpesan agar Liana berusaha keras bahkan untuk menyelesaikan tugasnya sebagai sekretaris. “Ingat, kamu hanya sekretaris. Kamu harus bekerja keras untuk membantu Nova sembuh dari fobia,” kata Dika."Oke Pak Direktur, saya akan bekerja keras dan tidak akan mengeluh," kata Liana, mengerti a

  • It's Okay That's Love (INDONESIA)   55. Tergoda???

    Liana hanya menunduk, ketakutan."Semua orang membuatku kesal! Kenapa hanya aku yang tidak tahu masalah sebenarnya dari Nova dan Evan!” bentaknya.Dika sejak awal curiga, tapi dia mengabaikan pikiran itu."Sekretaris Liana, jawab dengan jujur. Apakah Nova dan Evan menyukaimu pada saat bersamaan ?"Diam. Liana tidak bisa berkata-kata. Tidak tahu apa yang akan dia jawab. Jadi, Liana diam saja."Kenapa diam saja? Tidak menjawab pertanyaanku?""Tidak seperti itu." Liana mengelak. "Saya tidak tahu—”"Berhenti berbicara!" ucap Dika memotong ucapan Liana. Tak hanya Nova, Evan juga menyukai wanita itu. "Jawab dengan jujur, sekretaris Liana!"“Iyaa,” jawab Liana, perlahan menundukkan kepalanya, suaranya nyaris tak terdengar karena terlalu kecil untuk didengar.Namun, Dika juga mengakui bahwa dia menyukai dan tergoda kepada Liana.

  • It's Okay That's Love (INDONESIA)   54. Amarah dari Presdir

    Ternyata Presdir Dika tidak datang ke tempat kerja Nova; dia hanya menelepon Liana dan mulai menginterogasinya. Kejadian aneh dan dia masih tidak bisa mempercayainya. Dika selalu bertanya-tanya, siapakah sebenarnya wanita yang menyebabkan Nova dan Evan bertengkar? Masalah pekerjaan? Dika sedikit tidak yakin. Maka, Dika memanggil Liana untuk bertanya dan menginterogasi.Liana bingung. Mengapa Dika menyuruhnya pergi ke tempat kerjanya? Apakah ada masalah atau sesuatu?Liana duduk di tempat kerja Dika dengan canggung. Dua cangkir teh di depan mereka untuk mencairkan suasana agar tidak canggung. Presdir Dika duduk di kursi khusus, dan Liana duduk di kursi panjang khusus untuk tamu."Maaf, kenapa Anda menelepon saya?" tanya Liana memecah kesunyian. "Saya tidak tahu mengapa Anda menyuruh saya datang ke sini."Dika menghela napas. Ia ingin bertanya pada Liana dan ingin menanyakan jawaban yang jelas. “Rumor yang beredar itu

  • It's Okay That's Love (INDONESIA)   53. Sudah Gila

    "Akhh !!! Jangan sentuh rambutku! Sekretaris Liana! Sakit—"Sakitnya, apalagi Liana sebagai wanita yang jago beladiri. Liana tidak peduli dengan Nova yang berteriak kesakitan. "Dasar Direktur mesum!"Awalnya, Nova mengeluh kesakitan, tapi kemudian dia tertawa. "Hei! Apa maksudmu? Mesum? Serius. Aku benci otak kotormu, Sekretaris Liana!" Nova mencibir.Mendengar perkataan Nova, pipi Liana memerah dan malu. Dia mundur selangkah, membuang muka.Nova merapikan baju putihnya sedikit berantakan gara-gara Liana. "Liana, apa kamu merasa gugup?" Nova bertanya. Sedetik dia menyadari apa yang dia katakan. "Umm ... maksudku, apa kamu gugup saat melihat wajahku?" Nova menjelaskan, mengulangi kata-katanya.Apa? Apa yang Nova bicarakan? Tidak gugup tapi malu. Tentu saja, Liana membantah dan menjawab dengan alasan lain. Sekarang dialah yang tertawa dengan aneh. "Gugup? Bagaimana menurutmu Direktur. Aku tidak pernah

  • It's Okay That's Love (INDONESIA)   52. Direktur Mesum

    Nova mengabaikan kata-kata Liana, membuatnya semakin berani dan mendekat. Hanya berjarak satu langkah, punggung Liana bertabrakan dengan pintu. Nova dengan berani mendekatkan wajahnya ke wajah Liana, Liana memejamkan mata karena tidak berani menatap wajah Nova sedekat ini.Dan .... Sebaliknya, Nova mengalami nasib buruk. Saat Nova menatap wajah Liana sedekat ini, dadanya mulai berdebar kencang. Pria itu memegangi dadanya, tidak menyangka reaksinya akan seperti ini. Liana dengan berani membuka kelopak matanya sedikit, mengintip. Keduanya saling bertatapan, tanpa sadar Nova mendekat ke wajah Liana. Keduanya saling menatap dengan tatapan bertabrakan. Kemudian Liana membuka matanya lebar-lebar saat wajah Nova berada lima sentimeter darinya.DOENK !!Liana beraksi dengan membenturkan kepalanya ke kepala Nova lalu meraih lengan Nova dan menjambak rambut Nova. "Apa-apaan ini, Direktur! Kamu mau menciumku ya?! Dasar Direktur mesum," kata Li

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status