Share

Pertemuan yang Tak di Sengaja

Bunyi lonceng restaurant berbunyi salah satu staffnya bingung, ia masuk ke dalam tempat kerjanya itu. “Permisi, Pak, maaf terlambat,” sapanya yang kebingungan bahwa toko sudah di buka.

Kevin yang kala itu ada di dalam dapur tak tahu bahwa salah satu staffnya sudah hadir, keluar dengan membuat nasi goring kesukaannya. Kevin terkejut ketika melihat staffnya sudah datang. "Kau kapan datang?” tanyanya.

“Belum lama, pak. Maaf jika saya terlambat,” katanya yang masih kebingungan.

Kevin yang duduk sembari makan nasi gorengnya. “Bukan salahmu, aku habis mengantar Lia,” ujarnya yang memberitahu kepada karyawannya tersebut. “Jadi, otomatis aku langsung buka. Bukan salahmu, kau mungkin tidak tahu tapi tak masalah,” ujarnya yang memberitahu.

“Aah begitu, Pak,” katanya dengan perasaan lega. “Saya pikir, saya yang kesiangan,” tawanya.

“Bukan masalah,” katanya yang menelan sesuap nasi ke dalam mulutnya. “Kamu sudah sarapan? Di dapur ada nasi goreng, sama yang saya buat bagiin ke karyawan,” pintanya.

“Baik, Pak, terima kasih banyak,” sahutnya dengan semangat.

Staff tersebut masuk ke dalam dapur, ia membagi-bagikan sisa nasi goreng yang di buat Kevin. Kevin dengan segera membuka tokonya, beberapa petugas lainnya juga sudah datang. Mereka dengan segera berada di posisinya masing-masing.

Kevin juga meminta salah satu chef untuk membuatkan pesanan pelanggan yang lainnya sementara ia membuat sate ayam yang di pinta oleh Lia. Keahlian masaknya juga tidak kalah saing dengan para chef yang berada di luar tersebut.

Sementara ia meminta office boy untuk membawakan beberapa barang Lia yang ia simpan di rumahnya dekat salah satu ambalan, ia tetap menjalankan tugasnya sebagai seorang chef.

Office Boy yang membawanya telah kembali, ia masuk ke dalam. “Yang ini, pak?” tanya yang sembari membawa dua jinjingan tersebut.

Kevin membersihkan tangannya dengan approne kain yang ia pasang pada pinggangnya sendiri. “Aah yaa, betul,” katanya yang sudah melihat barang Lia tersebut. Dia membuka appronenya sendiri. “Perhatian semuanya!” serunya dengan suara lantang.

Petugas restaurant yang mendengarnya dengan segera menghentikan tugas mereka masing-masing, semua chef dan para petugas lainnya juga sudah mendekat pada Kevin. “Hmm,” gumamnya, “Sementara waktu selama satu jam ke depan saya ada urusan dengan adik saya, Lia, jadi saya mohon dengan sangat kalian bisa mengaturnya dengan baik,” paparnya.

“Baik, pak,” sahut mereka bersamaan.

“Dan, pukul 18.00 saya ada pertemuan sementara restaurant tutup pukul 22.00, jadi saya mohon lakukan dengan yang terbaik dan kalau ada masalah segera hubungi ayah saya atau saya,” jelasnya sekali lagi.

“Baik, pak,” ucap mereka bersamaan.

“Oke jadi itu saja pengumuman saya hari ini, saya pergi dulu,” pamitnya dengan sopan kepada para chef dan petugas lainnya. “Selamat bekerja,” ledeknya dengan membawa sate ayam dan bawaan Lia.

Sementara ia menstarter motor besarnya beberapa pelanggan melihat kepada Kevin yang masih muda namun sudah memiliki restaurant. “Tampan sekali,” ejek salah satu pelanggan.

“Sudah punya pacar belum yaa?” goda temannya tersebut.

“Kenapa kau mau menjodohkannya?” ledek temannya tersebut, “Dengar-dengar sih sudah,” katanya dengan memakan makanannya.

Harapan pelanggan tersebut salah, Kevin menaikkan tubuhnya ke atas motor dan membawa motornya menuju kampus Lia. Kevin juga sudah mengirimkan pesan singkat kepada Lia untuk menunggu di tempat seperti tadi pagi.

Selama di perjalanan itu ia menyenandungkan lagi favoritenya, hampir empat puluh menit ia akhirnya sampai di kampus Lia. Lia sudah menunggu dengan muka cemberut. “Lama sekali,” ledeknya.

“Namanya juga jam makan siang, gimana sih,” ledeknya balik. Kevin menyerahkan dua buah tas jinjingan milik Lia dan Sate Ayam pesanannya. “Jangan beritahu ayah dan Ibu,” katanya yang mengingatkan.

“Tenang saja, aku tidak akan memberitahukannya.” Bau sate tersebut menguar, Lia bisa menghirup wanginya. “Kenapa masakanmu lebih enak di bandingkan dengan Ibu?” ejeknya.

“Hahahaha, kau ini bisa saja. Setidaknya hargai juga masakannya, dia yang melahirkanmu,” katanya yang memperingatkan adik kecilnya itu.

“Aaahh dasar anak, Ibu,” umpatnya, “Ya sudah kakak hati-hati, aku masuk, kak,” sahutnya dengan sumringah.

“Ya, kau beritahu aku,” katanya dengan memberikan kode tangan yang berupa telepon. Lia yang melihatnya senang bahwa ia bisa melihat kakaknya seperti itu.

Sementara Kevin kembali ke restaurant, ia melihat paman Sandra yang sudah hadir. Kevin sendiri yang melihatnya juga terkejut, ia memang berjanji pukul 18.00 tapi bukan di tempat kerjanya.

Heru yang melihat Kevin juga terkejut, ia sendiri malahan sedang bersama-sama dengan teman-teman sekerjanya. “Paman, mau makan apa?” sapa Kevin.

“Hei, Kevin, kau bekerja di sini?” terka Heru.

“Ini restaurant ayahku, aku membantunya,” jawabnya yang tanpa malu.

“Wah, pantas Sandra menyukaimu,” timpal Heru yang tertawa.

“Paman, sudah pesan?” tanyanya, “Jika, sudah biar aku yang buatkan,” goda Kevin.

“Aku baru sampai sepuluh menit yang lalu jadi aku belum tahu mau pesan apa. Menurutmu kau bisa buatkan aku apa?” tanyanya balik.

“Kalau begitu, aku yang akan siapkan untuk kalian,” tukasnya.

“Boleh,” jawab teman-teman Heru yang lain. Sementara Kevin bangun dari kursinya, ia mendekat kepada staff kasirnya, mereka berbincang sebentar lalu meninggalkan staff kasir tersebut yang ikut kebingungan.

Kevin masuk ke dalam dapur, ia mengenakan appronenya dan memasak untuk empat orang. Dia meminta staff waiternya untuk membawakan ke meja Heru, sementara Kevin sendiri membuka approne dan bergabung bersama dengan mereka. “Ada yang kurang, paman?” tanyanya.

“Waah, ini kau yang masak?” tebak salah satu temannya tersebut.

“Ya. Di sini terkenal akan ayam saus mentega, mie goreng dan babi hong,” akunya tanpa malu. “Satu lagi sedang di buatkan chefku, sapo tahu, dia handal dalam membuat sapo tahu,” paparnya.

Mereka semua dengan sigap hampir berebutan untuk mengambil makanan ala Chinese food tersebut. Pertemuan yang tidak di sangka itu membuat Heru terkesan akan Kevin, ia tahu mengapa Sandra begitu memendam perasaannya kepada Kevin.

Mereka makan dengan lahap hingga hampir habis. “Bagaimana, paman, enak?” tanya Kevin.

“Kenapa kau tidak ikut acara Master Chef?” goda Heru, “Aku mau bungkus yang sama, aku akan bawakan untuk Sandra,” katanya dengan meminum teh hangat yang ada di samping kirinya tersebut.

Kevin terkejut bukan main bahwa Heru akan membungkus makanan dari restaurant miliknya. Sementara itu sahabat Heru menuju kasir untuk membayar tagihan makan siang. “Maaf tidak perlu di bayar,” sahut staffnya tersebut dengan suara kecil.

Tubuh laki-laki itu mendekat ke arah wanita itu, ia tidak ingin pembicaraan mereka di dengar. “Kau yakin? Kevin itu yang menyuruhmu?” terkanya.

“Benar, jika Tuan Kevin sudah bicara kami tidak bisa menolak,” sambungnya.

“Hanya kami saja ‘kan?” katanya yang tidak enak.

“Betul hanya anda saja,” jelasnya.

“Kalau semuanya jelas tekor,” ledeknya, “Terima kasih,” ucapnya yang memberitahu. Sahabat Heru kembali ke tempat duduknya dan menunggu pesanan yang di pesan oleh Heru untuk di bawa pulang, ia tidak berani menyinggungnya namun rasa penasaran tetap mengganjal di dalam hatinya.

“Berapa semuanya, Goy?” tanya Heru.

Laki-laki yang bernama Igoy juga ikut penasaran. “Kau ada hubungan apa dengan anak pemilik restaurant?” tanyanya.

Heru yang sedang membersihkan giginya dengan tusuk gigi terkejut. “Jangan bilang kalau dia menggratiskan semuanya?” terkanya dengan memelankan suaranya.

“Jelas saja, dia menggratiskan untuk kita. Cepat, katakan, ada hubungan apa kau dengan laki-laki itu,” tukasnya.

Heru tak bisa berkutik lagi, ia tertangkap basah dengan sahabatnya itu beberapa teman-temannya juga saling sikut. “Heru, katakanlah kami juga tidak enak,” desak Danny temannya itu.

“Dia calon suami Sandra,” jawabnya.

Igoy yang mendengarnya sudah tidak kaget lagi, “Pantas! Jadi, Sandra akan menikah dengan Kevin?” tanya Igoy.

“Ya, cuman dia belum tahu banyak tentang Sandra jadi aku akan bertemu dengannya di tempat lain pukul 18.00,” jelasnya.

“Kau hebat bisa menikahkan Sandra dengan Kevin, sudah jago masak, tampan pula,” ledek Danny.

“Benar kau hebat sekali!” timpal Herry laki-laki dengan rambut klimisnya tersebut. Kevin keluar dengan membawa pesanan Heru, Heru yang sudah tahu menepuk Kevin.

“Kau buat aku malu,” ledek Heru, “Aku akan sering-sering makan di sini,” akunya sembari mengambil makanan yang di buatkan Kevin. “Jangan lupa nanti sore,” sambungnya lagi.

Kevin yang mendengarnya cukup senang. “Iya, Paman,” sahut Kevin.

Igoy dan Danny bangkit dari tempat duduknya. Mereka juga sama menepuk pundak Kevin. “Nak, terima kasih banyak,” sahut Igoy.

“Sering-seringlah menggodanya,” ledek Danny.

“Bersabarlah pasti semua akan indah,” goda Herry juga.

Mereka berempat semuanya pergi pertemuan itu membuat Kevin sedikit terkesan walau ia harus menggratiskan demi mendapatkan Sandra dan hati pamannya itu. Kevin yang senang kembali bekerja hingga jam pertemuannya dengan Heru.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status