Home / Romansa / JANGAN PERGI BUNDA / BAB 4 status w******p

Share

BAB 4 status w******p

Author: Malica
last update Last Updated: 2024-03-21 15:11:54

“Alhamdulillah cucuku sudah lahir, di mana mereka sekarang?”, tanya bu Ismi dengan wajah sumringah. Satrio bingung menjawabnya karena dia sendiri belum tahu di ruangan VIP mana Miranti di rawat.

“E nanti kita cari bersama sama di mana cucu ibu di rawat yang jelas diruang VIP”, jawab Satrio sambil tersenyum. Mereka berjalan beriringan menyusuri koridor rumah sakit menuju bagian informasi untuk menanyakan di ruang mana Miranti dan anaknya di rawat.

“Maaf suster untuk pasien bernama ibu Miranti berada di ruang apa ya?” tanya Satrio pada petugas yang ada.

“Oh sebentar ya pak saya lihat dulu “, jawab suster itu kemudian membuka buku besar di hadapannya.

“Ibu Miranti pasien paska melahirkan berada diruang VIP Flamboyan 2”.

“Terima kasih sus”, ucap Satrio kemudian mengajak bu Ismi untuk segera menuju ruangan tadi. Sepanjang perjalanan menuju ruangan rawat Miranti bu Ismi tidak banyak bicara, beliau lebih banyak diam dan menunduk seakan ada beban berat yang dia tanggung.

“Maaf bu, suami Miranti kok ngga kelihatan ke mana?” tanya Satrio penasaran. Mendengar pertanyaan Satrio bu Ismi mendongak dan menatap Satrio kemudian menghela napas.

“Radite ada di rumah mungkin besok pagi dia ke sini”, jawab bu Ismi dengan hati gundah dan gelisah.

“Harusnya dia tahu istrinya melahirkan langsung datang kok malah ibu yang repot”, Satrio mencecar pertanyaan demi pertanyaan pada bu Ismi membuat wanita tua itu mendesah.

“Jujur saja bu, apa hubungan mereka tidak baik baik saja?” tanya Satrio penasaran.

“Sejujurnya iya, sejak di keluarkan dari perusahaan saat setelah menikah dengan Miranti, Radite belum dapat kerja. Untuk memenuhi kebutuhan kami menggunakan uang tabungan Miranti, sehingga di saat melahirkan seperti ini kami tidak memiliki tabungan. Tapi untunglah kemarin saya berhasil pinjam sama bu Yola sebanyak lima juta untuk persiapan lahiran. Kira kira uangnya cukup ngga yah sedangkan Miranti di rawat di ruang VIP”, kata bu Ismi lirih sambil menunduk.

“Bu Yola itu siapa, saudara ibu?” tanya Satrio menghentikan langkahnya dan menatap bu Ismi sambil memegang bahu wanita tua itu.

“Bukan tapi rentenir di kampung kami, ibu terpaksa pinjam sama dia”, jawab bu Ismi merasa bersalah.

“Bu nanti pulangnya uang itu ibu kembalikan saja, biaya lahiran sudah dibayar semua.Kalau pijam sama rentenir itu bunganya besar dan mencekik nanti hidup ibu tidak tenang, belum lagi mikir uang kontrakan dan kebutuhan hidup sehari hari.Kalau bisa ibu nasehati anak ibu agar cepat cepat cari kerja semua itu tanggung jawab suami Miranti bukan tanggung jawab ibu”, ucap Satrio sambil mengelus bahu bu Ismi. Namun ucapan dan perlakuan Satrio membuat bu Ismi menitikkan air mata.

“Lho ibu mengapa menangis, apa omongan saya bikin ibu tersinggung?” tanya Satrio bingung. Bu Ismi cepat cepat mengusap air matanya dengan lengannya dan menatap mata Satrio.

“Nak Satrio itu apanya Miranti, saudaranya?” tanya bu Ismi lagi. Satrio tertawa lirih mendengar pertanyaan bu Ismi, namun dia tidak mungkin mengatakan yang sebenarnya kalau dia orang yang sampai saat ini mengharapkan Miranti, menantunya.

“Oh saya dan Laura teman kuliahnya, kami sudah lama berteman semenjak masih sama sama SMA”, jawab Satrio kemudian mengajak bu Ismi untuk meneruskan langkahnya.

“Oh teman, nak Satrio ibu bisa minta tolong?’ tanya bu Ismi dengan tatapan memelas.

“Minta tolong apa bu?” Satrio menghentikan langkahnya kembali dan menatap wajah sendu wanita itu.

“Nanti kalau Miranti sudah sehat dan bisa beraktivitas kembali ajak dia kerja, biar ada hiburan, nanti biar aku yang merawat bayinya saat Miranti kerja”, permintaan bu Ismi membuat Satrio melotot.

“Kok ibu ngomong begitu, bukannya yang harus kerja itu Radite suaminya Miranti?”.

“Apa yang bisa diharapkan dari anak itu sekarang kerjanya cuma luntang lantung dan mabuk mabukan saja”, ucap bu Ismi lirih.

“Astaghfirullah”.

“Ibu pengin Miranti kembali ceria bertemu dengan teman temannya.Dia itu wanita cerdas ulet dan juga cantik pasti banyak perusahaan membutuhkan orang seperti dia”, tambah bu Ismi.

“Kalau itu permintaan ibu, ibu ngga usah khawatir masalah itu gampang”, Satrio kembali meyakinkan mertua Miranti.

“Assalamualaikum”, ucapan salam membuat Laura bergegas membukakan pintu ruang rawat yang ditempati Miranti.

“Satrio dari mana saja, kok bareng sama ibu?” tanya Laura heran melihat mereka bersama.

“Alhamdulillah, selamat Miranti kamu sekarang sudah menjadi ibu, mana cucuku?” sapa bu Ismi sambil mencium kening menantunya.

“Makasih bu, terima kasih atas semua yang ibu lakukan pada Mira,cucu ibu perempuan tuh ada di box sedang tidur”, kata Miranti memeluk mertuanya sambil berurai air mata. Bu Ismi mendekati box bayi dan mengangkat bayi yang berada disana kemudian mendekati menantunya sambil menciumi pipi bayi tersebut.

“Cantik sekali cucu nenek”,kata bu Ismi. Laura yang dari tadi memperhatikan interaksi mereka tidak mensia sia kan moment itu dia mengabadikan melalui ponselnya. Satrio yang penasaran ikut mendekat dan berdiri disamping Miranti. Bu Ismi meletakkan bayinya disamping Miranti.

Tak ingin melewatkan moment itu Laura kembali mengabadikan kejadian itu melalui ponselnya dan mengunggahnya di status w******p.

Baru saja ponsel itu dimasukan dalam tas, terdengar notifikasi pesan masuk berulang ulang.

Laura duduk kembali di sofa yang tersedia sambil membuka ponselnya. Benar saja banyak teman teman yang bertanya tentang status yang aku unggah bahkan mami Yuliana langsung menelponnya.

Kriing

“Astaga, aku lupa kalau mami juga melihat statusku, gimana ini”, gumam Laura panik. Melihat sikap dan tingkah sahabatnya Satrio mendekati dan bertanya.

“Kenapa lo kok panik?” tanya Satrio penasaran. Laura tidak langsung memjawabnya tapi malah menarik tangan Satrio keluar ruangan.

“Gawat Sat,aduh kenapa aku bisa lupa dasar ceroboh” Laura ngomong sendiri.

“Ada apa kok panik begitu?” tanya Satrio lagi.

“Sebentar aku terima telepon dulu lo diam jangan bersuara”.

“Halo mami apa kabar,” Laura mulai berbasa basi.

“Kabar mami baik, Laura sekarang dimana?” tanya Mami Yuliana

“E.. aku sedang cuti keluar kota emang kenapa Mi?” tanya Laura berbohong.

“Itu di status w******p kamu Miranti kan, gimana kabar dia nak, mami rindu sekali, tolong kalau kamu sudah balik ke Jakarta temui tante, ada yang ingin tante omongin sama kamu”, isak tangis mami Yuliana terdengar sangat memilukan.

“Iya mami kami akan secepatnya menemui mami, udah dulu mi nanti kita sambung lagi”, Laura mengakhiri sambungan teleponnya. Satrio yang mendengar dengan jelas kaget dan melongo.

“Gimana ini Sat padahal aku sudah menyembunyikan keberadaan Miranti dari keluarganya selama ini”, keluh Laura. Satrio diam sejenak memikirkan solusi dari permasalahan yang Laura hadapi.

“Katakan saja apa yang sebenarnya terjadi, agar mami Yuliana tahu kondisi anaknya.Dan jika Mami akan menjemput Mira, itu lebih baik.”

“Maksud kamu?” tanya Laura tidak mengerti arah pembicaraan Satrio.

“Tadi bu Ismi sudah cerita banyak, kalau suaminya Miranti, si Radite itu..” Satrio tidak meneruskan ucapannya melihat bu Ismi keluar.

Bersambung

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • JANGAN PERGI BUNDA   BAB 45 Masa lalu bu Miranti

    “Iya bi, memangnya ada apa kok bi Idah kaget,” tanya suster Lina heran. “Oh ngga, sudah sana di tidurkan dulu non Desy nya nanti kita ngobrol lagi,” kata bi Idah kemudian meneruskan menyapu halaman. Suster Lina bergegas membawa Desy ke kamarnya setelah memastikan keadaan anak majikannya aman suster Lina keluar lagi menemui bi Idah. “Ada apa bi Idah bikin penasaran saja,” tanya suster Lina sambil menepuk bahu bi Idah yang sedang menyapu. Bi Idah tidak menjawab melainkan meneruskan pekerjaannya setelah selesai baru menarik tangan suster Lina menuju bangku di taman samping rumah. “Sini ada yang ingin aku sampaikan,” Suster Lina menurut saja kemudian duduk di samping bi Idah. ‘Cepetan dong bi nanti keburu Desy bangun,” gerutu suster Lina tak sabar. Bi Idah menarik napas dalam dalam kemudian baru memulai ceritanya. “Kata bu Ismi, Desy itu bukan anak pak Ricard, tapi anak dari Radit anaknya bu Ismi. Entah gimana ceritanya saya kurang tahu tapi bu Ismi ingin sekali bi

  • JANGAN PERGI BUNDA   BAB 44 Pertanyaan mengejutkan dari Desy

    “Pertanyaan Desy sontak membuat Miranti gelagapan. Ricard juga kaget dengan apa yang ditanyakan anaknya itu.Miranti dan Ricard tidak menyangka Desy akan memberikan pertanyaan yang sangat mengejutkan. “Sayang dari mana kau tahu itu semua. Nenek Desy itu omah Yuli,” jawab Miranti berusaha untuk menyembunyikan permasalahan yang sebenarnya. Belum waktunya anak sekecil Desy tahu kemelut rumah tangga orang tuanya. “Tapi Bun, beliau ngaku neneknya Desy bahkan nunjukin fotonya sama bunda dan dede bayi, kata nenek itu Desy waktu masih bayi. Apa bener Bun Desy yang merawat nenek Ismi,” cerocos Desy. Alih alih menjawab pertanyaan anaknya Miranti langsung muntah muntah lagi.Kepalanya pusing dan napasnya tersengal sengal.Melihat keadaan istrinya Ricard panik dan langsung menghubungi dokter. “Non Desy kita keluar dulu yuk, jalan jalan ke taman, kasihan bunda muntah muntah lagi,” suster Lina menggandeng tangan mungil Desy keluar dari ruangan. Melihat keadaan bundanya Desy diam dan

  • JANGAN PERGI BUNDA   BAB 43 Pak syukur bebas

    “Tentang bapakmu?” tebak bu Ismi. “Ya salah satu di antaranya, ada lagi yang ngga kalah penting dari itu bu,” jelas Radit menatap ibunya. “Apa, jangan bikin teka teki Radit, ibu lagi pusing,” Tegas bu Ismi, dirinya kecewa atas sikap Radit yang tidak bisa merayu anaknya untuk bisa lebih dekat dengannya. “Bahrudin tertangkap, dan semua harta miliknya jatuh pada saya, Radit,” ucap Radit bangga sambil membusungkan dada. “Ibu ngga percaya, bukannya kamu selalu bikin kecewa ibu?, sudahlah jangan berhalu,” Ibu beranjak dari tempat duduknya , tapi Radit menarik tangan bu Ismi untuk duduk kembali. “Apalagi ibu memanggilmu ke sini agar bisa bertemu dengan anakmu dan kalian bisa lebih dekat tapi nyatanya apa?, kau hanya diam saja,dan tak berbuat apa apa. Sudah lah Radit ibu masih banyak pekerjaan,”ucap ibu kesal. “Bu dengerin Radit dulu. Aku mau mengajak ibu menemui bapak karena hari ini bapak bebas.” “Benarkah bapak bisa bebas?, alhamdulillah akhirnya kita bis

  • JANGAN PERGI BUNDA   BAB 42 Nenek?

    “Assalamualaikum,” salam yang diucapkan oleh bi Idah saat memasuki gerbang rumah bu Hilda. “Waalaikumsalam, eh Saidah, sama siapa?” tanya bu Ismi yang berjalan tergopoh gopoh membukakan pintu. Desy yang sedang asyik makan es cream cuek saja mendengar sapaan dari bu Ismi.Bu Ismi melihat keberadaan cucu yang di rindukannya di depan mata, beliau tidak menyangka akan di pertemukan kembali. “Desy!.. cucu nenek, apa kabar sayang?” tanya Bu Ismi berjongkok dihadapan cucunya itu. Namun Desy bukannya menyambut sapaan neneknya malah bersembunyi di belakang tubuh bi Idah. “Bi dia siapa,kenapa panggil Desy cucu?, Desy ngga kenal Desy takut bi,” rengek Desy sambil menarik tangan bi Idah minta pulang. “Sebentar kita kan baru sampai lagian Bunda juga ngga ada di rumah, nanti Desy sendirian”.Melihat tamunya ngambek bu Ismi yang tidak lain adalah nenek Desy mengajaknya duduk di sofa. “Dah ajak Desy duduk dulu,” kemudian Bu Ismi masuk ke dalam dan mengambilkan puding coklat dari

  • JANGAN PERGI BUNDA   BAB 41 Miranti ngidam

    Waktu terus berjalan hari pun terus berganti kini sudah dua bulan sejak kepulangan Ricard dan Miranti dari bulan madu. Semua kembali ke aktivitas semula. Ricard pergi ke Mini market dan Miranti pergi ke butik setelah sekian lama di handle oleh orang kepercayaannya. Mami Yuliana juga sudah kembali ke rumahnya setelah lama menemani cucunya juga mendaftarkan cucunya sekolah.Saat ini Desy sudah sekolah di taman kanak kanan. Setiap pagi pergi ke sekolah di antar oleh pengasuhnya.Hari sudah menunjukkan pukul tujuh tapi Miranti belum juga bangun, dia masih meringkuk di bawah selimut. Ricard yang baru pulang olah raga pagi kaget karena ngga biasanya istrinya masih bermalas malasan. “Sayang, kok belum bangun, katanya mau ke butik sana mandi dulu nanti kita sarapan bareng, kasihan Desy sudah nungguin di meja makan,” kata Ricard sambil mengoyang goyangkan tubuh istrinya. “Aku lagi kurang enak badan, kelapa ku pusing dan perutku mual,” jawab Miranti kemudian menarik selimut menutupi s

  • JANGAN PERGI BUNDA   BAB 40 Titipan Bahrudin pada Pardi

    Pardi menatap Radit tak berkedip, dengan pandangan menyelidik membuat Radit merasa risih. “Benar pak, saya menikah dengan Suharti anak satu satunya pak Bahrudin, karena dia sedang hamil jadi Suharti tidak ikit ke sini,” jawab Radit meyakinkan Pardi. “Begini pak, pak Bahrudin memberikan kunci cadangan pada saya karena setiap hari saya yang di tugaskan untuk merawat dan membersihkan villa ini. Apalagi pak Bahrudin jarang sekali ke sini. “Saat ini bapak ada masih ada di villa kan, bisa antar saya ke dalam villa menemui bapak?,”tanya Radit. Pardi geleng geleng kepala sabil kebingungan. “Lho bukannya bapak dari kemarin berada di villa itu?” tanya Radit dengan dahi mengernyit. “Bapak sudah pergi dengan dua orang anggota polisi yang menangkapnya kemarin,sebelum bapak pergi bapak menitipkan amplop coklat berukuran besar dan tebal.” “Isinya apa pak, dan mana amplop itu?,” berondong Radit penasaran. “Kalau isinya saya tidak tahu, tapi sebentar saya ambilkam amplopn

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status