Share

Bab 2. Aku Dijebak!

Author: Any Anthika
last update Last Updated: 2025-08-25 09:51:43

Rendra turun dari tempat tidur. Nafasnya masih terasa berat. Dia mengambil handuk untuk menutupi tubuh bagian bawahnya. Lalu segera mencari ponselnya untuk menghubungi Ken.

Baru saja panggilannya selesai, dia mendengar suara tangisan samar dari ruang tengah.

Dia menoleh, kemudian meletakkan ponselnya di meja.

Perlahan dia melangkah mendekati Mutia yang duduk lemah di lantai, menyandarkan dirinya pada sofa.

Jubah mandi yang dipakai Mutia adalah miliknya. Tersingkap di beberapa bagian menandakan bahwa dia baru saja berusaha menjauh dari kamarnya.

Dengan ragu, Rendra duduk di sampingnya. “Maafkan aku,” ucapnya dengan suara berat.

Mutia menoleh, matanya basah oleh air mata. “Pergi, Tuan!”

“Tolong dengarkan aku dulu,” kata Rendra, berusaha menenangkan.

“Kenapa melakukan ini padaku? Kenapa Tuan…?” Suara Mutia bergetar. Dia benar-benar merasa hancur. Tuan yang ia hormati, telah menghancurkan kehormatannya.

Rendra menunduk. Dia bingung bagaimana caranya untuk menjelaskan. “Aku tidak sengaja. Aku… benar-benar tidak sengaja.”

Mutia menutup wajahnya dengan tangan, dia menahan isak tangis. “Aku sudah percaya padamu, Tuan. Tapi ini… kenapa kamu merusak hidupku.”

Rendra merasa dadanya sangat sesak. Efek obat itu sudah mereda, tapi sekarang justru rasa bersalah yang membakarnya.

Perlahan, dia mengulurkan tangan, ingin menyentuh lengan Mutia. Namun wanita itu menepisnya. “Jangan… Tuan!”

Mutia kembali menunduk, air matanya terus mengalir. “Apa aku ini benar-benar tidak pantas untuk hidup lebih baik? Aku tidak ingin hidup lagi…”

Mutia telah berada di ibukota ini selama hampir setahun. Sejak dia menikah dan suaminya membawanya ke kota ini, dia tidak pernah merasa hidup dengan baik.

Dia harus bertahan hidup sendirian di kota asing ini. Menutupi semuanya dari sang ayah yang sedang sakit di kampung.

Lalu dia bertemu dengan Bu Darsih yang menawarkan pekerjaan untuk menjadi penggantinya di rumah ini.

Dia merasa lega karena ternyata dia sebelumnya telah mengenal Tuan rumah.

Rendra, pria yang pernah dibantunya secara tak sengaja saat pingsan di taman beberapa waktu yang lalu.

Menurut mereka, di dalam rumah ini tidak pernah ada pelayan wanita kecuali Bu Darsih yang memang telah bekerja pada orang tua Rendra ketika mereka masih hidup dulu.

Mungkin karena Rendra ingin membalas kebaikannya, itu sebabnya dia bersedia menerimanya disini.

Meskipun Rendra terlihat dingin, tapi dia memperlakukannya dengan baik.

Rendra terdiam. Melihat kesedihan wanita itu, rasa bersalahnya semakin menekan.

"Aku sudah menyuruhmu pergi. Kenapa kamu malah mendekatiku?”

Mutia kembali menatap Rendra. Kali ini tatapannya penuh kebencian dan rasa tidak percaya. "Aku hanya ingin membantumu, tapi anda justru melakukan ini padaku!”

“Aku dijebak, Mutia. Kamu tidak mengerti.”

Mutia mengusap air matanya. Suaminya dan Rendra, sekarang dia merasa jika dua pria itu sama jahatnya. Hanya berbeda saja cara memperlakukannya.

“Aku memang tidak mengerti, tapi seharusnya Tuan mengerti, aku ini bersuami! Jika suamiku tahu, aku benar-benar tidak sanggup untuk menanggungnya! Ini akan jadi masalah, Tuan. Anda memperkosa istrinya!”

"Diam!” Rendra tiba-tiba bersuara keras.

Dia bangun dan menarik tangan Mutia.

"Kamu jangan berpura-pura lagi. Ikut aku!"

"Lepas! Sakit, Tuan, lepas..." Mutia merasa pergelangan tangannya perih karena cengkraman tangan Rendra yang menariknya dengan kasar.

Rendra menyeretnya kembali ke dalam kamar dan mendorongnya hingga terduduk di atas tempat tidur yang kusut itu kembali.

"Lihat itu!” Rendra menunjuk bercak darah di atas sprei.

Mutia menoleh, melihat apa yang ditunjuk oleh Rendra.

Dia membeku.

Itu adalah darahnya. Tanda jika dia memang masih perawan.

“Kamu selalu bilang kalau kamu sudah menikah! Lalu itu apa? Kamu pikir aku bodoh?”

Mutia tidak bisa menjawab. Dia hanya menunduk dan kembali menangis.

Rendra mendengus sembari mengacak rambutnya lalu meninggalkan Mutia.

Dia duduk di sofa sambil memijat pelipisnya.

Dia melirik Mutia yang masih menangis.

Rendra juga tidak banyak berpikir saat Mutia mengatakan sudah menikah. Meskipun dia belum pernah melihat siapa suaminya.

Kecuali hanya nama Dion yang pernah disebut Mutia. Dia juga tidak tahu Dion yang mana dan siapa itu.

Tidak mungkin itu Dion Winata kan?

Dion Winata adalah teman sekelasnya dulu. Dan sekarang orang itulah yang selalu menganggapnya sebagai musuh dan saingan. Dan lagi, Dion Winata adalah pacar Natali. Mereka sudah lama berpacaran.

Lagipula, tidak penting untuk dia mengenal suami Mutia.

Tapi yang membuat Rendra benar-benar terkejut adalah, ternyata Mutia masih perawan!

Itu artinya, dia adalah orang pertama yang menyentuhnya?

Awalnya, dia menerima Mutia bekerja di rumahnya hanya karena ingin membalas kebaikan wanita itu tempo lalu.

Tapi malam ini dia malah memperkosanya.

Sial!

Dia benar-benar kesal.

Brak!

Tiba-tiba pintu kamar terbuka dengan kasar.

"Tuan!" Ken sudah berdiri di depan pintu dengan wajah panik.

Rendra menoleh, “Apa yang kamu dapatkan?”

Ken melihat kekacauan kamar itu. Menoleh pada Mutia yang meringkuk diatas tempat tidur.

Ken menarik nafas berat. Dia membayangkan kejadian beberapa jam yang lalu dikamar ini pasti sangat luar biasa. Dia menelan ludah.

"Semua sudah terjadi." Kata Rendra.

Ken mengangguk pelan. “Aku sudah mendapatkannya.”

Dia melangkah dengan membawa laptop. Dia duduk di sofa dan mulai memeriksa memori card.

Rendra melangkah dahulu untuk mengenakan pakaian, kemudian kembali duduk bersama Ken yang sedang menelusuri rekaman CCTV. Dan mereka menemukan jebakan seseorang. Mulai dari hotel, persiapan kamar, hingga wine yang sudah dicampur obat. Sayangnya, video asli sudah disabotase. Jadi mereka tidak bisa langsung mengetahui siapa dalang dibalik kelicikan ini.

Meskipun sebenarnya, mereka yakin jika orang itu adalah Dion.

Mereka masih memerlukan bukti yang kuat.

"Maaf. Aku benar-benar teledor, “ ucap Ken, menoleh pada Rendra. "Aku akan segera menemukan orangnya."

Rendra menepuk bahu Ken. “Aku yang salah. Seharusnya aku mendengarkan perkataanmu,”

Ketiga orang yang berada di dalam kamar itu tenggelam dengan pikiran masing-masing.

Rendra sedikit lega, jika kejadian memalukan itu terjadi disana, reputasinya benar-benar akan hancur. Tapi dia merasa terpukul karena Mutia harus menjadi korbannya.

Sementara Ken, perkiraannya meleset. Dion tidak mengincar nyawa Rendra, melainkan menginginkan kehancuran Rendra dengan hal yang sangat menjijikkan itu.

Lalu Mutia, dia berpikir kalau kehadirannya di kota ini benar-benar membuatnya malang. 'Ayah, aku ingin pulang.’

Dia benar-benar ingin kembali pada ayahnya.

__

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • JANGAN SALAHKAN AKU SELINGKUH (Hasrat Panas Musuh Suamiku)   Bab 78. Ken tak terkontrol

    Deru nafas Ken sudah tak terkontrol lagi, terus kerakus kedua gumpalan itu. Ken tak pernah melakukan itu sebelumnya, namun gairah pria dewasanya dapat menuntunnya dengan sangat sempurna. Tangannya Ken tak bisa dicegah, kini meraba paha Rimbun. Semakin keatas dan berhenti di pangkal pahanya. Sempat menekan sebentar disana, kemudian berusaha menerobos.Tangan itu berhenti disana, bisa merasakan setruman begitu dahsyat dari sana, padahal masih terbatas selembar kain lagi.Ken terperanjat, seketika menarik tangannya."Ya Tuhan!! Apa yang ku lakukan??" tercengang dengan perbuatan kejinya. Memukul kepalanya sendiri.'Tenang Ken, tenang. Si jelek tidak tau ini.' Ken cepat membetulkan baju Rimbun."Hah! Sial, sial. Kenapa meninggalkan bekas?? Mati aku!" Ken ingin menjerit sekuatnya ketika menyadari bahkan kelakuannya tadi meninggalkan beberapa jejak di dada dan leher Rimbun.Ken segera membetulkan Bra Rimbun yang sempat ia sibak tadi. Kemudian mengancingkan satu persatu baju Rimbun.Tangannya

  • JANGAN SALAHKAN AKU SELINGKUH (Hasrat Panas Musuh Suamiku)   Bab 77. Mutia Pelit

    “Nah, kan? Kalau mereka tinggal berdua, bagaimana kalau Ken kelabasan?” tanya Mutia sambil menatap Dwintara.“Seperti aku dulu?” sahut Rendra, menunjuk hidungnya sendiri.“Kalian itu sama saja! Ken pasti mirip dengan bosnya. Tidak jauh beda!” Mutia mendengus kesal.Rendra tertawa kecil. “Biarkan saja, Mutia. Ken sudah dewasa. Umurnya tidak jauh berbeda denganku. Dia tahu apa yang terbaik untuk dirinya.”“Ah, Rendra, kelabasan di mana pun tetap tidak baik. Aku tidak ingin cerita kita terulang pada Ken,” protes Mutia.“Itu tidak akan terjadi. Percintaan Ken tidak serumit kita dulu. Kamu tenang saja. Lagipula, kalau pun benar terjadi, pasti itu keputusan Ken sendiri.”Mutia terbelalak. “Apa maksudmu?”“Ken sendiri bilang kalau Rimbun menolaknya, tapi dia sudah jatuh hati. Mungkin saja dia akan melakukan apa pun agar bisa mendapatkan gadis itu. Aku tidak akan menyalahkannya.”“Dasar laki-laki! Egois! Selalu saja melakukan apa pun demi mendapatkan keinginan,” Mutia menuding Rendra dengan j

  • JANGAN SALAHKAN AKU SELINGKUH (Hasrat Panas Musuh Suamiku)   Bab 76. Natali Hamil

    “Tuan, kenapa?”Rimbun menoleh, merasa Ken tampak gelisah karena terus bergerak di tempat.“Tidak apa-apa. Jangan menoleh.” Ken menahan wajah Rimbun agar tetap menghadap ke depan.“Tuan, kamu terus bergerak. Apa kamu tidak nyaman?” Rimbun kembali menoleh dengan polos.“Jangan menatapku, Rimbun. Kamu ini…” Ken kembali mendorong wajahnya dengan sedikit jengkel.“Aku bisa menerkammu, tahu!” desis Ken dengan nada tertahan.“Menerkam? Maksudnya apa?” Rimbun mengerutkan kening bingung.“Ah, sudah diam! Jangan banyak bergerak!” Ken mendekatkan tubuhnya lebih rapat, membuat Rimbun tak bisa bergerak sama sekali.Sesaat, suasana menjadi hening. Hanya suara napas mereka yang terdengar, terasa begitu dekat dan menegangkan. Tangan Ken bergerak, tanpa sadar meremas lengan Rimbun.“Arg…!” tiba-tiba Ken berteriak kecil, membuat Rimbun terkejut.“Tuan, kenapa?” tanya Rimbun cepat.“Tidak… tidak apa-apa,” jawab Ken gugup, sama terkejutnya dengan suaranya sendiri.“Rimbun, sebaiknya kamu ke ranjang saja

  • JANGAN SALAHKAN AKU SELINGKUH (Hasrat Panas Musuh Suamiku)   Bab 75. Otong yang terusik

    Masih di tempat dan waktu yang sama.Rimbun sudah selesai mengelap tubuh bagian bawahnya. Ia kemudian berganti pakaian—setelan tidur yang baru dibeli Ken, lengkap dengan pakaian dalamnya yang juga dibelikan oleh pria itu. Sambil melirik ke arah Ken yang hanya tampak ujung kepalanya dari balik sofa, bibirnya tersenyum kecil.“Hihi…” Rimbun terkikik melihat pantulan dirinya di cermin. Lucu dan imut, seperti boneka Barbie versi sederhana, dengan pakaian tidur ala anak konglomerat.“Lucu banget aku. Jadi gemes sendiri. Gemes sama yang beliin bajunya,” gumamnya geli.Ia lalu melangkah ke kamar mandi untuk menggosok gigi, mencuci muka, dan melakukan ritual kecil khas perempuan. Namun, baru sebentar menyentuh air, tubuhnya sudah menggigil.“Heh, ternyata aku belum sembuh,” keluhnya sambil mendekap tubuh sendiri. Ia keluar dari kamar mandi dan berjalan menghampiri Ken.“Tuan!” panggilnya.Ken menoleh. Wajah gadis di depannya itu tersenyum manis—senyum yang sukses membuat detak jantungnya mela

  • JANGAN SALAHKAN AKU SELINGKUH (Hasrat Panas Musuh Suamiku)   Bab 74. Badannya penuh setrum!

    “Kamu pernah membeli ini? Artinya aku bukan wanita pertama yang kamu perhatikan?” tanya Rimbun dengan tatapan tajam.“Memang bukan. Astaga! Maksudnya—”“Dasar pria murahan! Playboy!” potong Rimbun ketus.“Eh, Rimbun, bukan begitu maksudku. Dengar dulu,” ucap Ken panik. “Wanita pertama yang aku perhatikan itu Nona Mutia. Aku harus menjaganya kalau Tuan Rendra sedang tidak bersamanya. Soal barang-barang wanita, aku memang pernah membelinya… maksudku, menemani Tuan Rendra membeli untuk Nona Mutia. Begitu.”“Aku tidak percaya!”“Sungguh, Rimbun. Kalau tidak percaya, kamu bisa tanya langsung ke mereka. Saat itu pertemuan pertama mereka. Tuan Rendra membawa Nona Mutia dalam keadaan basah kuyup karena kehujanan. Karena dia tidak punya baju ganti, kami berdua terpaksa mencarikannya. Kami bahkan sempat berdebat di toko soal ukuran itu.”Ken menarik napas panjang. “Sejak saat itu, aku berpikir kalau suatu hari aku punya istri, aku harus tahu ukuran tubuhnya. Supaya tidak bingung kalau nanti har

  • JANGAN SALAHKAN AKU SELINGKUH (Hasrat Panas Musuh Suamiku)   Bab 73. Aku cintai kamu, Jelek!

    “Tidak mungkin. Tuan Rendra itu bos paling pengertian. Jadi kamu tidak perlu cemas. Cepat sembuh, supaya bisa kembali membantuku di kantor,” ucap Ken lembut sambil menggenggam jemarinya.Rimbun tersenyum tipis. “Terima kasih, Tuan Ken. Kamu sudah sangat baik padaku.”“Sudah kubilang, aku ini baik. Kamu saja yang belum mengenalku dengan benar,” jawab Ken sambil tersenyum hangat.“Iya, Tuan. Maafkan aku,” sahut Rimbun lirih.“Sekarang tidurlah. Kamu perlu banyak istirahat. Maafkan aku, mungkin kamu kelelahan karena terlalu sibuk membantuku,” ucap Ken lembut.“Tidak juga. Penyakit ini memang sering kambuh kok,” jawab Rimbun santai.“Kalau bisa, mulai sekarang jangan kambuh lagi. Asal kamu mau menjaga pola hidup yang sehat dan bersih, penyakit ini akan menjauh darimu. Jadi setelah sembuh nanti, kamu harus pindah dari kos kumuh itu. Aku akan bantu carikan tempat tinggal yang lebih layak. Atau kalau kamu mau, kamu bisa tinggal di sini sesuka hatimu. Bagaimana?”Rimbun tersenyum kecil. “Kala

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status