Share

Bab 6

last update Huling Na-update: 2024-02-21 18:56:01

Hah, ternyata pria ini adalah orang-orang yang sangat licik. Dia mau menggenggam kedua hati dalam hati tangannya dengan niat membuat keduanya tetap utuh, padahal tidak. Justru keduanya akan ikut hancur.

Jadi, sebelum hal itu terjadi, aku akan menarik batasku dan mundur. Karena kita sudah berjuang bersama-sama dari nol, maka tidak ada yang lebih berhak atas semua yang kita punya selain anak-anak.

Aku mendekat ke arah Via. "Tugas kita sudah selesai! Sekarang aku sudah tahu apa yang harus dilakukan setelah mengetahui semuanya. Kita tidak punya banyak waktu," bisikku dengan pandangan tetap ke depan.

Via tidak mengatakan apa pun sampai kami tiba di mobil dan menjalankannya hingga ke rumah tempat Giska dan dokter anak itu berada.

"Bersiaplah, kita pulang sekarang!"

Setelah mengucapkan itu kepada dokter dan Via, segera aku pergi ke kamar dan berganti pakaian. Tentu dengan topeng baru yang harus digunakan. Aku tidak ingin rencana yang sudah susah payah dibuat hancur karena keteledoranku.

Ketika semuanya sudah siap, aku langsung keluar menemui keduanya.

"Apa tidak akan ada yang mencurigai kami?" tanya Via dan dokter itu bersamaan.

"Ada apa? Bukankah barusan kalian baik-baik saja?" Aku menatap mereka heran.

"Itu karena aku baru dengar dari dokter, kalau sejak tadi ada orang yang mondar-mandir di depan pintu gerbang perumahan ini. Aku takut setiap orang diperiksa," jelas Via membuatku tersenyum kecut.

Ternyata Mas Rayan sangat ketakutan perihal aku tahu tentang kelakuannya ini. Kenapa? Bukankah beberapa menit yang lalu dia baru saja berkata di hadapan semua orang kalau dia tidak mencintaiku? Lantas untuk apa dia melakukan hal-hal berlebihan seperti itu?

Sungguh terlalu banyak drama dan merasa paling hebat karena memiliki segalanya.

Sebentar lagi, aku akan membuatmu sadar, Mas, kalau pengkhianatan akan menghancurkan semuanya. Aku ingin kamu tahu tidak semuanya bisa dibeli dengan uang.

"Mas, aku sedang ada di wilayah Jalan Sirsak, bisakah datang ke sini untuk membereskan sesuatu?" tanyaku kepada seorang kenalan di telepon.

Rumahnya tidak jauh dari sini, jadi aku yakin dia juga tahu kalau Mas Rayan menikah dengan salah satu warga sini.

"Apa itu?"

"Aku ingin Mas memastikan jalanku dari sini sampai ke rumah aman tanpa diketahui oleh orang-orang Mas Rayan. Baik yang tersembunyi ataupun yang terang-terangan," pintaku tanpa basa-basi.

"Baiklah. Nanti Mas kirimkan lewat pesan. Sekarang kalian bersiap dulu di dalam rumah, tunggu lima menit," sahutnya cepat.

Aku segera mematikan sambungan telepon dan langsung mendapati tatapan penasaran Via.

"Ada apa?"

"Sekarang aku jadi paham kenapa kamu menjadi istri Rayan, ternyata sikap kalian sangat mirip," ucapnya melantur.

"Jangan katakan yang tidak-tidak. Terlebih, aku tidak mau disamakan dengan pria yang tidak setia itu."

"Baiklah. Jadi, orang yang barusan itu siapa?"

"Seorang kenalan, namun dia juga tahu ciri orang-orang yang bekerja untuk Mas Rayan. Dulu, aku pikir kenal dengannya tidak berguna. Namun sekarang aku paham, tidak ada hal yang tidak berguna di dunia ini." Aku menjelaskan singkat.

Mereka langsung menatapku dengan berbinar. Sementara aku hanya fokus ke arah ponsel dan baru bisa tersenyum lebar setelah satu pesan kuterima.

"Pulanglah! Jalanmu sudah aman. Aku sudah memastikan tidak ada orang Rayan di area jalan yang akan kamu lewati. Jangan lama-lama, takutnya orang-orangnya kembali menyebar."

"Ayo, masuk mobil!" seruku sambil memberikan Gisya kembali ke dokter anak dan aku yang menyetir.

Aku lebih terbiasa membawa mobil atau motor dengan kecepatan tinggi, beda dengan Via yang banyak takutnya karena terlalu sayang padaku juga anak-anak. Di saat genting seperti ini, aku tidak bisa cuek dan menyerahkan banyak hal.

Karena pada akhirnya, aku hanya bisa mengandalkan diri sendiri agar bisa terus hidup di dunia ini. Walau tidak selalu, tetapi saat itu pasti ada menghampiri setiap manusia.

Hanya dalam hitungan menit, kita sudah sampai di rumah orang tua Via. Lalu, aku membawa anak-anak ke supermarket dan makan di taman.

"Abang mau seperti ini lagi nanti kalau Papa sudah enggak sibuk," ucap Gibran tiba-tiba membuatku tanpa sadar menitikan air mata.

"Abang laki-laki dan Abang punya dua adik, Mama ingin Abang enggak begitu tergantung dengan Papa, ya. Apalagi selama ini Abang sendiri tahu kalau Papa suka sibuk," jelasku berusaha memberikan pengertian.

"Iya juga, sih. Cuman kan enggak mungkin kalau Papa sibuk terus. Kecuali kalau semua pekerjaan Papa yang kerjakan."

"Bang, kita jangan bergantung kepada orang lain."

"Papa bukan orang lain, kok."

Aku kembali diam. Inilah suasana yang paling kutakutkan kalau berpisah dari Mas Rayan. Aku pasti kewalahan menghadapi mereka, karena selama ini yang mereka tahu papa mereka adalah pahlawan hebat yang baik hati.

Ditambah anak-anak juga lumayan dekat dengan suamiku kalau dia ada di rumah. Takutnya Mas Rayan menolak untuk berpisah denganku, lalu dia memanfaatkan anak-anak untuk membuatku bertahan.

Di saat hatiku bimbang, ponselku berdering keras, dan ternyata telepon dari Mas Rayan.

"Halo, Sayang!" sapanya lebih dulu dengan nada seperti biasa. Penuh semangat.

"Iya, Mas. Kamu pulang kapan?"

"Minggu depan. Kenapa? Kamu sudah kangen sama aku, ya?" tanyanya membuat tangan kiriku mengepal.

"Iyalah, Mas. Anak-anak juga. Oh iya, dari sejak lama aku kepikiran tentang sertifikat rumah, Mas. Bagaimana kalau kita ubah atas nama Gibran?" tanyaku memberanikan diri.

"Terserah kamu saja," sahutnya santai.

"Kamu enggak marah?"

"Untuk apa? Dia anak kita dan kita orang tuanya."

"Makasih, Mas."

"Boleh aku bicara dengan Gisya?" pintanya yang aku tahu dia sedang mencari tahu apa yang kita lakukan seharian ini.

Dia tahu kalau anak kecil tidak pernah berbohong, terutama Gisya. Anak berusia mau lima tahun itu selalu mengatakan apa yang dilihatnya.

Aku memberikan ponsel itu pada anak keduaku setelah menyentuh pengeras suara agar aku tahu apa yang akan dia tanyakan.

"Hai, Sayang. Sedang apa?" tanyanya dengan kalimat yang sama kalau dia hendak mencari tahu sesuatu.

Dulu, aku pikir sikapnya ini adalah bentuk perhatian. Nyatanya aku salah dan selama ini aku sudah menikah dengan orang yang tidak normal, karena tidak pernah mempercayai istrinya.

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Mga Comments (1)
goodnovel comment avatar
Rania Humaira
kau aja yg tidak normal krn dikibuli suami tapi tetap merasa itu perhatian dan cinta. suami sering dinas keluar kota koq percaya
Tignan lahat ng Komento

Pinakabagong kabanata

  • JATUH MISKIN SETELAH MENIKAH LAGI   Bab 45 Tamat

    Aku mengalah, tidak lagi membicarakan tentang hal itu, dan bersikap biasa saja seolah tidak ada yang terjadi. Namun ada yang berbeda dengan Gibran dan Gisya. Mereka seperti menjauhi aku secara tidak langsung karena aku merasa asing di antara mereka.Sama seperti yang terjadi sekarang. Mereka asik bermain berdua dan tidak menganggap aku yang ada di dekat mereka. Padahal, selama ini mereka lebih dekat denganku daripada Delisa. Apa mungkin ada orang yang bilang pada mereka untuk menjauhi aku?"Jangan berpikir yang tidak-tidak, Mas. Apa yang kamu tabur, itulah yang kamu tuai." Delisa tiba-tiba mendekat dan mengatakan sebuah kalimat yang membuatku merenungkan kembali apa yang sudah kulakukan pada mereka selama ini."Maaf, aku pikir psikis mereka tidak akan terganggu." Aku menghela napas panjang.Ingin sekali aku merasakan pelukan mereka lagi dan mendengar suara nyaringnya ketika memanggil namaku. Namun ketika aku panggil saja, mereka hanya menanggapi dengan santai dan singkat. Seolah perk

  • JATUH MISKIN SETELAH MENIKAH LAGI   Bab 44 Hancur Berantakan

    "Mas tahu hati kamu tidak akan langsung sembuh seperti dulu, namun Mas harap kamu bisa melupakan semua tentang Ratih. Terlebih sekarang dia sudah masuk ke penjara," ucapku berusaha membuatnya yakin karena Delisa terdiam cukup lama."Entahlah, Mas. Aku tidak tahu aku bisa percaya lagi sepenuhnya padamu atau justru akan hilang selamanya, yang jelas meski Ratih di penjara sekalipun, aku tetap saja cemburu. Ada luka yang tidak bisa dijelaskan dan ada kehancuran jiwa yang selalu coba aku tahan," ungkapnya membuatku terdiam.Kata-kata yang diucapkan Delisa mengandung arti yang dalam dan indah, namun menusuk. Aku tahu betul letak kesalahanku dana kalau posisinya dibalik, aku juga tidak yakin akan memaafkan Delisa dengan muda. Keputusanku sudah bulat. Dapat atau tidak maaf darinya, aku tetap akan melakukan yang terbaik sebagai seorang suami dan ayah untuk anak-anak. Aku akan menebus semua kesalahan yang pernah kulakukan dulu, termasuk waktu yang sudah aku buang sia-sia."Aku tahu semuanya b

  • JATUH MISKIN SETELAH MENIKAH LAGI   Bab 43

    "Sayang bangun, sudah saatnya salat malam," bisik Mas Rayan tepat di telinga membuatku agak merinding.Langka sekali dia melakukan ini, lalu sekarang kenapa tiba-tiba melakukannya? Apa dia tahu kalau aku masih marah dengan kebiasaannya yang suka berbohong itu?Tanpa membalasnya perkataannya, aku langsung bangun dan pergi ke kamar mandi. Karena masih malas melihat wajah serta mendengar suaranya, aku sengaja berlama-lama.Akan tetapi, belum ada lima menit, dia kembali mengetuk pintu kamar mandi."Sayang, jangan lama-lama kalau di kamar mandi," ucapnya dan daripada membalas dengan perkataan, aku langsung menyalakan shower saja. Agar dia tahunya aku tengah mandi, padahal enggak.Suaranya kembali tidak terdengar dan aku hanya bisa menghela napas lega. Semoga ketika aku keluar dari sini, dia sudah berubah normal seperti biasanya. Meski dia berubah menjadi lebih baik, namun tetap saja aku masih tidak terbiasa. Kek geli gitu.Dulu, aku biasa mandi di jam segini. Namun sejak dia dinas, ya mes

  • JATUH MISKIN SETELAH MENIKAH LAGI   Bab 42

    "Anakku punya sikap yang baik, tidak mungkin dia melakukan sesuatu hal yang membuatnya harus di penjara. Dia juga punya anak kecil!" lagi-lagi Ibunya Rina berteriak dan hal ini membuatku jengah.Sementara Dion hanya menatapku tak percaya. Untuk orang yang tidak tahu tentangnya, pasti akan berpikir kalau dia lebih baik dariku. Aslinya, justru dialah yang lebih berengsek. Aku tidak mengatakan ini untuk memuji diriku sendiri, tetapi mana ada pria baik yang menempatkan seorang wanita di rumahnya? Apa dia tidak paham ilmu agama? Padahal, di keluarga kita diajarkan tentang batas-batas dengan yang bukan mahram.Karena sebelumnya Delisa juga dihasut olehnya agar bisa menumbangkan aku dengan kedok menolongnya, jadi aku yakin dia juga yang ada di belakang layar atas pemecatanku. Sudah lama sekali dia bilang iri padaku dan ingin merebut semuanya.Sayangnya dia tidak bisa melakukan hal itu, karena aku lebih dulu sadar kalau cintaku pada Ratih tidak nyata. Justru di alam bawah sadar pun, aku hany

  • JATUH MISKIN SETELAH MENIKAH LAGI   Bab 41

    "Aku ingin anak-anak punya kehidupan yang layak, meskipun nanti mereka harus jauh darimu. Karena sekarang kamu bisa mengatakan akan selalu ada di sisi kami, Mas. Namun tidak dengan nanti. Siapa tahu nanti kamu juga sama seperti yang sudah, tiba-tiba punya wanita yang dicintai," tegas Delisa tanpa basa-basi.Kini, dia sadar kalau kebahagiaan anaknya sedang dipertaruhkan. Oleh karena itu, Delisa bahkan tidak memikirkan tentang perasaan dan harga dirinya. Karena bagi seorang ibu, kebahagiaan anak-anaknya merupakan hal yang paling utama.Rayan mengangkat wajahnya dan menatapnya lekat. "Aku bersedia. Asal kamu mau memaafkan aku dan kembali ke kehidupan kita seperti sebelumnya, aku akan melakukan semua yang kamu katakan.""Penuhi dulu janjimu, baru kamu boleh membatalkan sidang perceraiannya, Mas." Delisa kembali bicara dengan tajam tanpa ingin melihat cinta yang ada di mata Rayan.Hati dan jiwanya sudah membeku, hingga cinta yang sempat ia miliki juga ikut pergi. Begitupun dengan perasaa

  • JATUH MISKIN SETELAH MENIKAH LAGI   Bab 40

    "Mau bertemu dengan Rayan?" tanya papa mertua."Iya, Sayang. Tidak ada salahnya memberikan dia kesempatan kedua. Bukankah kamu juga tidak mau kalau papanya anak-anak ada dalam kapal yang sama dengan wanita penjahat itu?" sahut ibu mertuanya berusaha membujuk.Apa yang terjadi padanya beberapa waktu lalu sudah membuatnya trauma. Dia yang bahkan enggan memikirkan tentang perusahaan, rela ikut dengan suaminya yang di tempat itu. Padahal, papanya Rayan juga sudah lama memutuskan untuk tidak ikut campur lagi. Akan tetapi, apa yang sudah Ratih lakukan benar-benar menimbulkan luka yang mendalam.Setelah kejadian itu papanya Rayan mendadak datang lagi ke perusahaan yang tengah diurus oleh anak keduanya, itu pun dengan membawa istrinya. Sang anak tentu bahagia dengan kedatangan kedua orang tuanya, ditambah rumahnya dengan orang tua juga jauh karena dia sudah punya rumah sendiri.Namun demikian, dia tetap menyelidiki apa yang menyebabkan kedua orang tuanya tiba-tiba tertarik dengan perusahaan.

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status